Ciuman Pertama Aruna

IV-259. Menyedihkan



IV-259. Menyedihkan

0Ketukan pintu menyeruak, sayangnya bukan Juan yang keluar dari kamar yang didatangi Vian. Melainkan seorang dari arah belakang Vian. Herry hadir menyentuh bahu Vian. Untuk itu Vian menyerahkan benda berwarna hijau bolot tersebut kepada Herry.        

Kamar Herry terletak dekat di samping ruangan Juan.      

"katakan padanya, dia berhutang kepadaku, karenanya aku...," mendesah, "sudahlah," lalu melenggang pergi.      

"Hai tunggu," Herry membawa benda itu di tangannya, "apakah kamu tidak ingin menitipkan pesan? dari mana benda ini berasal?"      

"Sepertinya tidak perlu," Vian percaya, Juan pasti tahu siapa yang mengirim benda itu untuknya.       

***      

Dan kini ketika Benda berwarna hijau tersebut telah sampai di tangan orang yang dituju.      

Lelaki itu lekas membawanya dalam ruang kesendirian. Tak ada yang bakal menitipkan sesuatu padanya kecuali kekasihnya Syakila.      

Syakila mengetahui dimana dia berada. Dan Syakila juga pasti paham siapa-siapa Saja menjadi bagian dari orang-orang pemilik rumah induk ini.      

Dia sempat tinggal di tempat ini. Jadi tidak mustahil untuk nya mengirim dan menitipkan sesuatu pada Juan.      

Untuk itu Tatkala benda berwarna hijau botol lekas di buka. Gelang cantik yang selalu melingkar di pergelangan tangan Syakila ada di dalamnya.      

Degup jantung Juan bergetar hebat. Ada firasat yang kurang menyenangkan dari keberadaan benda tersebut.      

Shakila selalu mengenakannya, kalaupun tidak ia kenakan di  pergelangan tangannya gadis itu akan menyimpannya dengan rapi. Benda tersebut adalah lambang ikatan kasatmata antara dirinya dan Syakila.      

Juan menelusurinya, memegangnya dan mengangkatnya untuk diamati. Sesaat kemudian mata juan teralihkah  pada secarik kertas yang ada di dalamnya.      

Iya raba Lembaran yang terlipat-lipat tersebut pelan-pelan. sebelum dipungut lalu dibuka. Pemuda itu sempat menghirup nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya.      

'maafkan aku. aku menyerah untuk bertahan dalam kemurnian'      

Baris pertama yang cukup membingungkan.      

Kondisi tidak memungkinkanku untuk mempertahankan hubungan kita.      

Bukan hanya dirinya yang sakit saat ini. Aku lebih dari terluka atas apa yang menimpa kita. Kau lebih tahu dari semua orang bahwa kakakmu menginginkanku.      

Dan jiwa gadis rapuh ini sudah tak sanggup lagi menolaknya.      

Aku akan menerimanya. Dan ketika kamu membaca surat ini mungkin aku sudah bukan Syakilla yang sama lagi.      

Jiwaku, hidupku dan duniaku bakal aku gadaikan. Jangan pernah menatapku saat kita bertemu nanti, sebab aku bukan diriku lagi sampai pada hari aku yakin aku memiliki kekuatan lebih untuk membalik keadaan.      

Aku menggadaikan jiwa ini sampai titik di mana aku biasa menghancurkan keluargaku, lalu menghancurkan mereka yang menjeratku dalam belenggu ketidak berdayaan yang mengerikan ini.      

Mungkin dulu aku memilih menyakiti diriku dan menjadikan semua orang tak mampu menyentuhkan. Karena jalan tersebut tak juga membuat orang lain menyesal. Aku lelah menjadi sia-sia.      

Maafkan aku Gesang. Maafkan aku sayang. Kita tak akan lagi sama. Suatu saat jika ada kesempatan aku akan berlari padamu. Entah kapan itu. Aku pun tak tahu.      

Namun, dalam peta perjalananku di situlah aku letakkan kata Finis. Aku letakkan dirimu.      

Andai finis tak tergapai aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku selalu berjalan menuju ke arahmu.      

I love you, I Miss You. Goodbye Honey. Sampai jumpa di hari yang tak terprediksi.      

Juan termenung, dia masih bingung. Kecuali satu makna bahwa Syakilla akan membiarkan Gibran memilikinya.      

Yang Juan bingung adalah cara berani syakilla membuat keputusan ini. Dari mana gadis ini dapatkan keberanian tersebut. Sejak kapan jiwanya menjadi tertangkap abu-abu.      

Juan melipat kembali kertas itu lalu memasukkan gelang tangan berharga milik syakilla. Meletakkannya pada almari di rak tertinggi.      

Dia menatap dirinya di cermin tatkala usai menutup pintu almari dan benda yang digunakan untuk menyimpan  baju-baju tersebut menawarkan wujud dirinya dalam sosok Maya.      

Shakila sudah seberani itu. Dia akan menggadaikan jiwanya. Dan Juan detik ini mengukur keberaniannya.      

***      

Di tempat lain, di waktu yang sama.      

"Periksa dia!" sekelompok orang tiba-tiba mendekati gadis kurus yang sehari-hari berada di dalam kamar sang cucu dari perempuan yang saat ini sedang membuat perintah.      

Paramedis yang terdiri dari 2 orang menatapnya lalu berjalan perlahan mendekati dirinya.      

Sedangkan perempuan yang diketahui shakila bernama julia, nenek dari pria yang akan menjadi suaminya berdiri di ambang pintu. Di mana dua lelaki kekar mengiring keberadaannya. Mereka berdiri di belakang perempuan tersebut.      

Shakila menolak apalagi berontak. Ketika paramedis menyuntik tubuhnya setelah dia diminta berbaring. Hysterosalpingography, salah satu paramedis membisikkan kata itu di telinganya. Dan mengatakan bahwa suntikan ini ialah suntikan cairan kontras x-ray.      

"Harus membawanya ke laboratorium kami," cara salah satu paramedis yang berdiri di dekat Shakila. Gadis kursi itu baru saja duduk.      

"Lakukan saja, bawa dia," Shakila bangkit meraih tas selempang masukkan handphonenya ke dalam satu kantong yang disajikan tas yang terpasang di bahunya.      

"Aku akan memberitahu Gibran, supaya dia tidak mencariku, nyonya Julia," barulah syakila mengangkat wajahnya dan menatap perempuan di ambang pintu.      

"okey," persetujuannya mengawali langkahnya pergi. Dia pergi bersama salah satu pengawalnya. Atau mungkin asisten pribadinya. Yang pasti salah satu dari mereka saat ini mobil yang sama dengan shakila ketika para medis membawanya ke sebuah tempat yang mereka sebut laboratorium.      

"jangan takut, tidak akan terjadi apa-apa padamu," salah satu paramedis mengatakan kalimat yang menenangkan. Mungkin tenaga medis yang saat ini berbicara dengan shakila. Sedang kasihan padanya yang berwajah pucat.      

"Nyonya Julia memerintahkan kami untuk mencari tahu tingkat kesuburan rahimmu,"      

"Oh' begitu ya," kalimat ini shakila utarakan untuk menimpali penjelasan paramedis. Sebelum tubuhnya melalui prosedur pemotretan X-ray, untuk mengetahui apakah rongga tersebut normal sekaligus memastikan cairan mengalir dengan baik dari tabung saluran indung telur.      

.      

.      

[Sayang kamu dimana?] Gibran mengirim pesan, [berikan alamatnya, aku ingin menjemputmu]      

[Tanyakan saja pada nenekmu. Mereka bilang tempat ini laboratorium]      

Dan telepon genggam syakilla serta mereta bergetar di irinya suara minta di sambut.      

Syakilla tidak mengangkatnya gadis ini menatapnya. Tersenyum tipis melihat Gibran berjuang menghubungi dirinya berkali-kali.      

***      

"Aku tak suka dengan warga desa, mengapa mereka menganggap Bella aneh?!!"      

"Ini film fiktif, jangan mengomel seperti ibu-ibu,"      

"walaupun film ini fiktif, kita tahu itu dongeng masa lalu. Keadaan masyarakat saat itu mungkin memang seperti yang digambarkan,"      

"Huuuuh... Kau sudah tahu jawabannya, sayang, kenapa kamu ikut dongkol. Kendalikan hormon marahmu. Ada ada saja," ini suara Mahendra. Lelaki bermata biru ini berhasil mengalihkan perselisihan di antara dirinya dan istrinya dengan menonton film bersama-sama.      

Dan entah bagaimana ujung-ujungnya perempuan hamil lagi-lagi marah atas sesuatu yang sesungguhnya tidak layak diperdebatkan.      

Pembuka film beauty and the beast. Diceritakan gadis desa bernama Bella dianggap sebagai sosok yang aneh hanya karena dia suka membaca buku dan menghabiskan waktunya di perpustakaan.      

Bagian  yang paling dibenci oleh Aruna adalah adegan Bella, tokoh utama perempuan, tengah dimaki-maki oleh sekelompok penduduk desa kalau gadis itu mengajari seorang anak kecil membaca.      

Baju yang iya cuci menggunakan tong kayu yang didorong oleh keledai ditendang dan di tuang tanah.      

"menyedihkan! Percepat beberapa menit ke depan,"      

"Ya Tuhan," keluh Hendra menatap gemas kelakuan istrinya.      

      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.