Ciuman Pertama Aruna

VI-261. Kado



VI-261. Kado

0Semalam Mia datang Aruna membiarkan perempuan tersebut masuk ke dalam kamarnya. Memberi kesempatan seorang perempuan yang dengan senang hari menawarkan buket bunga yang dia rangkai sendiri.      

Buket bunga dari memetik taman Rumah induk di letakkan oleh perempuan bernama Mia pada Vas di kamar Aruna. Biasanya oma Sukma yang mengisi Vas tersebut. Hari ini bunga yang di rangkai Oma sukma turun lebih awal dari jadwalnya dan dengan gerakan yang cekatan Mia menata  sekumpulan bunga menghiasi nakas di kamar Aruna.      

"terima kasih," malam ini Ratna tak ingin keluar ruangan, asisten rumah induk itu entah bagaimana menjelma seperti susi. Dia berdiri di pojok ruangan dan tidak ada tanda-tanda keluar. Walaupun secara samar Mia menatapnya beberapa kali.      

Sepertinya kejadian yang sempat mengakibatkan perempuan paling berharga di rumah keluarga Djoyodiningrat ini berduka adalah alasan mendasar mengapa ratna tak mau beranjak.      

"apakah ada sesuatu yang ingin anda sampaikan?" aruna bertanya dengan sopan. Dia mencoba menangkap makna tatapan Mia.     

"Mungkin lain kali," melirik ratna enggan mia mengangkat bahunya.      

"Apakah lain waktu kita bisa bicara secara pribadi dengan anda nona?" saat Mia bertanya Aruna tak bisa berbuat banyak selain mengangguk.      

"jangan khawatir aku hanya berharap bisa menjadi teman anda nona," dia melenggang pergi dengan membawa sesuatu rahasia. Aruna seolah menemukan itu, jadi dia sangat penasaran.      

Rasa penasarannya dia bawa hingga siang ini. sejak beberapa menit lalu aruna duduk di balkon sisi kanan rumah induk. Ibu Juan suka berjalan-jalan di taman. Perempuan itu di ketahui aruna suka dengan tanaman kabarnya kesukaannya tersebut menjadikan salah seorang tukang kebun terkesan.     

Dia menanam bahkan merawatnya, Mia memperhatikan pertumbuhan tiap-tipa tumbuhan yang terhampar luas di rumah induk dengan seksama. Benar-benar seperti merawat anaknya sendiri. Anehnya perempuan tersebut belum nongol sejak tadi.      

.     

.     

"Mengapa anda menghalangi saya," seseorang berdiri di balik tirai jendela bersama seorang laki-laki bermata biru.      

Ada senyum yang mengantung di bibir lelaki bermata biru tersebut. "Biarkan dia penasaran," gumamnya.      

"anda menyiksa istri anda,"      

"aku mengenal istriku dengan baik, dia bakal kian penasaran dengan mu jika kamu menahan diri untuk menemuinya hari ini," Ujar Mahendra menutup trai yang sempat di gunakan untuk mengintip keberadaan aruna.      

"mengapa anda menginginkan dia menemukan rasa takut, anda sangat..," mia menghentikan kalimatnya perempuan ini tak sanggup untuk mengatakan kata aneh, bahkan kata unik saya tak akan berani dia ujarkan.      

"Karena aku juga menemukan rasa takutku, jauh lebih besar dari yang kamu bayangkan, dan rasa takut itu adalah keselamatannya," Ujar Mahendra. Matanya menatap serius Mia.      

"Orang lain akan menganggapku aneh, atau mungkin egois, Ya, aku tak bisa mengatakan aku tidak egois. Aku tak akan membela diri. Bagiku lebih baik aku di katakan gila dari pada melihatnya berlumur darah, tergeletak tak berdaya," Mahendra mengenang hari dimana Aruna mengalami tragedi mengerikan. Bukan sekali dua kali dia berada dalam bahaya. Jadai kali ini dalam benak mahendra, ia merasa membuat istrinya menemukan rasa takut adalah sesuatu yang logis.      

Mia mengangguk, dia merasa maklum atas apa yang dia katakan Mahendra.      

Selebihnya lelaki ini pergi dan mengatakan bahwa Mia sementara menghindari Aruna. rasa penasaran cukup untuk hari ini.      

***      

"Lihatlah," Hendra bukan lelaki yang romantis, tentu saja berlebih mengatakan bahwa dia manis atau semacamnya. Semua orang mengetahui ini.      

Tapi hari ini tak ada Hujan dan tak ada petir pria itu membawa satu kota kado berukuran besar.      

Di letakkan kotak kado berwarna biru laut tersebut di depan meja tempat aruna duduk. Selebihnya sebuah gerakkan hati-hati dia tunjukan untuk membukannya.      

Tersenyum dan menawarkan lesung pipi yang menawan dia begitu bangga atas apa yang Mahendra tunjukan untuk Aruna.      

Guan, mengapa dia memberi aruna sebuah gaun? Aruna sempat mengernyit. Memberi gaun mewah dalam ukuran badan yang seperti ini bukan sesuatu yang wajar.      

Tinggal hitungan hari Aruna bakal melahirkan bagaimana bisa pria ini memberinya gaun rancangan desainer dengan ukurannya yang sekarang?      

Bibir aruna masam seketika hal tersebut menjadikan Hendra bingung, "ayolah sayang apakah ini tak indah?" paket kado lainnya datang.      

Aruna melihat susi mendorong manekin setengah badan, disusul tika dengan kotak kado berukuran beda namun sama warnanya.      

Guan pada kotak pertama dibawa susi mendekati manekin. Sejalan kemudian manekin setengah badan tanpa wajah dan kaki mau pun tangan hanya sebuah tempat untuk meletakkan gaun perlahan-lahan di selimuti gaun yang di belikan Mahendra.      

Gaun ibu hamil yang indah, simpel dan elegan. Tak banyak manik manik atau brokat bunga. Hanya sebuah kristal melingkar pada potongan krah. Midi dress yang cantik dengan panjang rok mencapai di bawah lutut.      

Warnanya krem lembut dengan lengan jatuh memanjang. Sejalan kemudian sepatu flat shoes berwarna serupa di keluarkan dari wahdahnya oleh tika.      

Warna flat shoes juga senada. Krem lembut. Tentu saja ukurannya pasti ukuran kaki aruna saat ini. Sedih membayangkan benda-benda di hadapan Aruna hanya dapat dia kenakan beberapa hari saja. Atau jangan-jangan hanya sekali. Sebab selepas dia melahirkan tubuhnya tak akan sebesar ini. itu harapannya.      

"Kamu tak suka?" hendra berdiri di dekat  manekin yang berbalut gaun krem lembu.      

"Suka... sangat suka..." aruna mengamatinya sesaat, "sayang sekali, beberapa hari lagi aku melahirkan dan benda-benda spesial ini tak akan bisa aku kenakan,"      

Hendra terkekeh, "Kau ini, aku masih belum mengerti dengan pola pikirmu,"      

"Pola pikir minimalis sedang tren di era sekarang Tuan," Aruna menimpali.     

"Ya... ya ,.. ya ,.. pemikiranmu boleh juga, tapi sayang," dia yang bicara mendekat, menekuk kakinya untuk menyejajarkan tinggi dengan istrinya yang duduk pada sofa.      

"Tapi pilihanku tak buruk kan?" dia mengharapkan pujian.     

"Tidak asal aku di beri tahu ke mana aku akan di bawa dengan gaun itu? Apakah kita bakal makan malam romantis di luar? Atau..." matanya bermain untuk menemukan ide.      

"lebih dari itu," ujar hendra bangkit, sejalan kemudian duduk di samping istrinya.      

"aku akan membawa istriku pada pesta tahunan DM grup yang lama tertunda, aku berharap kamu cukup sehat untuk hadir dan mendampingiku,"      

"Benarkah??" dari semua kado yang berangsur-angsur bertambah jumlahnya. Ungkapan mahendra barusan yang membuatnya antusias. Perempuan ini meraih telapak tangan Mahendra memeganginya sebelum mengecupnya dan menghamburkan dirinya dalam dekapan lelaki bermata biru. Lelaki yang secara spontan bergerak memeluk tubuhnya dan mengusap-usap baby.      

"apa kamu senang?"      

Aruna membuat anggukan kepala.      

.     

.     

Penulis buku [Ciuman Petama Aruna]      

Nama Pena : dewisetyaningrat     

IG & FB : @bluehadyan      

Discord : bluehadyan#7481     

Jika anda menemukan buku ini di aplikasi dan website selain WEBNOVEL itu artinya buku saya sedang di bajak dan anda membuat pencuri untung, sedangkan saya sekedar menerima rasa lelah.     

Ciuman Petama Aruna = https://www.webnovel.com/book/ciuman-pertama-aruna_14262772605804205     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.