Ciuman Pertama Aruna

IV-262. Adopsi Keluarga



IV-262. Adopsi Keluarga

0Para lelaki ini kesal bukan main saat mereka datang ke rumah sakit sayangnya tidak mendapati Thomas.      

Kabarnya Thomas secara sepihak menghentikan rawat inap. Ia bersama salah satu korban yang menurut dokter mungkin kekasihnya memilih rawat jalan.      

Pasien keras kepala itu merindukan rumah. Dan berkeras hati mengatakan rumah sakit akan memperlambat pemulihannya.      

Ungkapan dokter martin mendorong Raka dan Pradita menuju salah satu hunian di Cluster yang sama dengan rumah mereka. Tahu begini mereka tak perlu menghabiskan waktu pergi ke rumah sakit.      

"Lala..., buka pintunya,"      

"Ya...," Suara nyaring gadis kecil yang baru saja menanggalkan boneka barbie. Sejalan dengan larinya menuju pintu. Ketika pintu dibuka.      

Seorang lelaki bertubuh gempal. Dagunya di penuhi dengan rambut halus. Dia membuat Lala tercenung beberapa detik. Mendongak ke atas mengamati Raka.      

Raka merengut, pria ini lebih bingung dari si kecil. Hingga Pradita berujar "boleh kami masuk sayang?"      

Keduanya terbangun.      

"Sejak kapan Thomas mengadopsi anak?" Raka berbisik lirih pada Pradita.      

"Panjang ceritanya?" Jawab Pradita.      

"Lala, siapa yang...," ini Ricky. Muncul dari ruangan lain.      

"Dia mengadopsi dua anak?" kembali Raka berujar mengumbar penasaran.      

"Huuuh," Pradita menatap jengkel, "Thomas mengadopsi satu keluarga," jelas Pradita mencoba membisikkan pemahaman pada Raka.      

"Wow, aku pernah memikirkan ide itu, sindrom kesepian sangat menyiksa, tentu saja," Ungkapan Raka membuat Pradita ingin menjelaskan secara gamblang kisah asli yang seharusnya mudah dipahami pria bertubuh gempal ini.      

Tapi pikirannya lekas buyar. Pemilik rambut yang mereka bicarakan sudah ada di depan mereka. Raka bisa bertanya dengannya langsung tentang rumah-rumah sunyi para bujang pekerja keras mendadak seperti rumah sebuah keluarga.      

Terlihat berantakan dengan boneka dan peralatan masak seorang anak usia sekolah dasar yang tercecer tak jauh dari ruang televisi yang biasa digunakan sebagai tempat mereka nongkrong.      

Lantai dari tempat yang menjadi kebiasaan mereka berkumpul dikuasai gadis kecil yang dipanggil lala oleh Thomas.      

"lala bantu kakakmu, buatkan minum untuk kami," anehnya gadis itu berdiri dengan patuh dan mengikuti anjuran Thomas tanpa keluh kesah seperti kebanyakan anak kecil yang harus berpisah dari mainannya.      

"Jadi..," Raka menimbang ungkapan yang ingin dia ujarkan. Ada berbagai pertanyaan untuk Thomas hari ini.      

"Kalau bertanya apakah aku baik-baik saja, aku sangat baik," dia yang bicara baru melepas celemek di badannya, "Senang melihatmu lagi, Bro," Ujar thom berikutnya.      

"Bagaimana proyek di timur apakah berjalan lancar?"      

"tentu, sangat baik, dan tempat itu memesona, jika tidak ada perintah untuk pulang mungkin aku tak ingin meninggalkan pecahan surga yang jatuh di bumi Timur itu," Raka mengagumi Raja Ampat. Tempat yang menjadi impian sebagian besar penduduk negeri ini untuk melepas penat. Semua akan tersihir. Sihir yang sama sedang menyusup di kepala dua orang lelaki yang detik ini mendengarkan cerita Raka.      

"aku menyesal tidak ada di sini untuk menjaga dirimu," Raka mengurai resahnya atas apa yang dialami Thomas.      

"Tidak ada yang bisa menduga apa yang akan terjadi pada seseorang jadi jangan menyalahkan dirimu," Thomas menimpali Raka.      

Tapi sejujurnya raka lebih penasaran pada gadis kecil yang detik ini membawa biskuit dan seorang remaja seusia SMA dengan patuhnya membawa minuman hangat untuk mereka.      

Raka tak henti menatapnya. Mengamati bagaimana Lala kembali duduk di selasar lantai dan mengambil sisir mainan untuk merapikan boneka barbie miliknya.      

"kau membuatku ingin menikah dan punya anak" si tubuh gempal ini sempat terkekeh dan mendapatkan tatapan yang lain. Mereka akhirnya menatap lala secara bersama-sama.      

"kalian tahu apa yang paling menyedihkan dari hidup kita," tiba-tiba si gempal berujar.      

"Sejak kapan kamu belajar menjadi melankolis, jangan sampai jiwamu serupa dengan Thomas," Pradita mengambil sebuah biskuit dan setik berikutnya lelaki tersebut memasukkan kue kering ke dalam mulutnya      

"ha ha, " Thomas terkekeh, dan berujar, "kenapa aku?"      

Siapa pun dalam lingkaran mereka yang terbatas ini Thomas paling melankolis dalam hal asmara walaupun pembawaannya tenang dan cara bicaranya sering kali tak terduga bahwa ia punya jiwa yang demikian halus. Dia pandai bicara dan setiap katanya tak terlihat apakah itu manipulatif tahu sungguh dirinya yang asli.      

"Aku tidak sedang bercanda," Raka menyeruput secangkir berisikan minuman hangat, tanpa gula tentu saja sesuai instruksi Thomas pada riky satu dari tiga gelas yang harus dibuat oleh anak usia SMA tersebut haruslah tanpa Gula. Raka menjaga tubuhnya dengan baik, "aku mempelajari sesuatu dari negeri di timur, mempelajari bahwa kepiluan tentang tidak memiliki ikatan dengan siapa pun menjadi benar-benar terasa di sana."      

"aku tidak paham denganmu,"      

"tentu saja kamu tak paham," Raka menghentikan ungkapan Pradita, "dia menatap miris dan sedikit menghujat pada Pradita. Raka menduga pria ini masih berkencan dengan hologram aneh kesayangannya. Sebagian jiwa manusiawinya telah pergi. Itu yang ada di benak raka.      

"aku mengunjungi banyak tempat di sana. Dalam salah satu kunjungan untuk pembebasan lahan, aku menemukan suku Dani, kami sempat tinggal dengan salah satu keluarga untuk bernegosiasi dengan seorang tetua di sana, meminta mereka berkenan memberikan beberapa lahan untuk proyek. Dan di hari kedua tinggal di sana, seorang dari keluarga itu meninggal, aku begitu terkejut bagaimana mereka menunjukkan sebuah duka dengan memotong jari-jari mereka, para perempuan memotong salah satu jari ketika suaminya meninggal,"      

Dua orang yang mendengar cerita raka tercengang bukan main.      

"mengapa mereka melakukan itu?"      

"itu tradisi mereka,"      

"aku rasa itu terlalu ekstrim,"      

"aku pikir begitu, ada satu orang perempuan yang jarinya tersisa dua saja, dia memotong satu persatu ketika ayah ibu dan saudara-saudaranya mati, tapi perempuan itu masih bisa beraktifitas seperti biasa dengan keterbatasan jemari mereka, sangat luar biasa," jelas raka.      

"Aku rasa itu ngeri bukan luar biasa," pradita merasa ungkapan raka kurang tepat.      

"mereka tidak menyesal, mereka bangga atas tindakan yang mereka lakukan, itu adalah kesetiaan, cinta yang diwujudkan melalui pengorbanan, satu pertanyaan yang aku rangkai di otakku ketika aku berbincang dengan salah seorang perempuan yang jari-jarinya habis terpotong, "Adakah seseorang yang akan," raka menahan kalimatnya, ini terdengar pilu, "minimal menangis untuk kepergianku?"      

"tak perlu memotong jari atau apa pun, minimal ada air mata yang jatuh ketika aku menemui ajal dan menghilang dari bumi ini? Atau jangan-jangan kita hanya sosok yang tak berjejak. Lahir dengan orang tua yang tak menginginkan kita, lalu menghilang tanpa peduli ada orang yang akan mengenang," ketiganya termenung beberapa saat sampai salah satu dari mereka berceletuk.      

"Momo, hologram kesayanganku akan aku tanam memori tentang diriku,"      

"Dia hanya mesin!" raka menggertak pradita, "kalau dia rusak kau tak bisa berbuat banyak!" suaranya menelanjangi keanehan pradita.      

"Momo tak akan pernah menangis untukmu, kesedihannya adalah manipulatif yang kau ciptakan sendiri," koding tentang kesedihan yang ketika Pradita mengeluh. dan hologram itu akan berbicara dengan kelembutan buatan untuk menghibur Pradita. Semua tahu tentang kegilaan lelaki yang saat ini -entah terinspirasi apa- dia mewarnai rambutnya menjadi ungu terong yang menyala kuat.      

"Aku akan putuskan aku bakal mencari istri dan menikah, seperti Vian, sudah saatnya kita memiliki keluarga, keluarga yang asli, aku juga senang melihatmu mengadopsi sebuah keluarga," tekat raka, pria bertubuh kekar ini manggut-manggut.      

"Adopsi keluarga? apa maksudmu?" Thomas bingung atas ungkapan yang diujarkan raka.      

"tadi Pradita mengatakan begitu," raka membela diri.      

"jangan sampai kamu tertipu oleh pecinta hologram," keluh Thomas.      

"kalian hanya tak tahu konsep hidup modern, Metaverse sebentar lagi datang. Apa yang aku lakukan hari ini sangat relate untuk lima sampai sepuluh tahun ke depan, lihat saja," Pradita membela diri.      

"aku tidak mengadopsi apa pun, aku sedang membalas budi pada keluarga yang memberiku kesempatan hidup kedua, mereka adik-adik kihrani," Thomas menjelaskan.      

"Kihran? Pacar Vian??" raka kian tak paham.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.