Ciuman Pertama Aruna

Tempat Bersembunyi



Tempat Bersembunyi

0Tepat ketika salah satu berupaya memegang bahunya. Pewaris tunggal DM group menodongkan senjata: "Mundur kalian"     

Perlahan gerakan mundur dari para ajudan ditunjukkan termasuk salah seorang yang tertodong ikut mengangkat kedua tangannya dia mundur ke belakang perlahan.     

"Di mana Hery". Ucapan itu terdengar dingin dan mengancam. Belum ada yang berani menjawab hingga gerakan menarik pelatuk hampir saja tersuguh, sekejap diurungkan ketika yang ditodong berteriak: "tolong hentikan tuan"     

Tak lama Hery datang dan dilempar di dekatnya, dia cukup hebat sebab bukan hanya dirinya yang terlihat babak belur. Sudut bibirnya tampak robek dan sebuah luka pada pelipis tersaji dengan sempurna, lucunya anak itu malah tersenyum pada tuannya: "aku sudah menumbangkan 10 orang tuan"      

"bagus ikut dengan ku" Hendra baru saja menemukan kunci yang ditaruh pengirim motor pada bagasi motor. sengaja pengirim itu menyelipkan benda itu di tempat tersebut, karena mereka tak mungkin bertemu.     

Dalam sekejap dua orang dari ajudan menodongkan pistolnya di kepala Hery, tampaknya mereka tidak peduli jika Hendra membunuh salah satu dari mereka. Asal tuan muda tidak melarikan diri: "haha kalian sungguh tidak manusiawi sama seperti kakek tua"     

Hendra masih saja tertawa santai bahkan dalam kondisi seperti ini, tapi gerakan berikutnya membuat semua orang terpaksa menanggalkan senjata mereka di lantai.      

Pewaris itu menodongkan pistol tempat ke pelipisnya sendiri: "jatuhkan senjata kalian! sekali kau tembak Hery mudah saja bagiku untuk menembak diriku sendiri, kalian tahukan aku sedang frustrasi sekarang"     

Para ajudan tak bisa berbuat apa-apa, bagi mereka ke selamatan Hendra adalah segalanya. Mereka ada karena diminta menjaga tuan muda penerus satu-satunya keluarga Djayadiningrat. Tuan muda yang sedang kacau karena dipisahkan secara paksa dari istrinya.      

Perempuan yang kabarnya sengaja dinikahi untuk penyembuhan tuan muda dari sindrom psikologis yang diderita. Tapi sayangnya hari ini para ajudan melihat tuan muda mereka tampak lebih parah dari penyakit sebelumnya. Secara terang-terangan menunjukkan sikap frustrasi  dengan mengancam untuk membunuh dirinya sendiri.     

Motor itu melesat dikendarai tuan muda dan seorang pengawal bernama Hery ikut serta bersamanya.      

"Gunakan pistolnya" Hendra sempat memberikan senjata itu pada Hery yang sedang sibuk memperhatikan jalanan di belakang. Mereka tahu kumpulan pengawal akan mengejar mereka.      

"Tembak ban mobil mereka" perintah Hendra ketika kumpulan mobil berwarna hitam mulai bergerak mendekat.      

"Baik tuan"     

Suara tembakan tak bisa dihindari. di sisi lain mereka yang berasal dari dalam mobil juga berupaya untuk menembak motor yang dikendarai tuan muda.      

Hendra melesat dan menukik memasuki jalanan sempit. Mobil itu tak lagi bisa mengejar ketika dia menyelinap ke gang sempit. Sengaja sekali Hendra memilih motor tujuannya untuk hal seperti ini pria kacau itu sudah menduga.     

"Mau ke mana kita tuan?" tanya ajudannya.     

"Kita temui Surya, hanya dia orang yang bisa aku percaya saat ini. Dia bisa menyembunyikan kita sementara" balas Hendra sambil memberikan tekanan makin kuat pada gas motor di pergelangan tangan.      

.     

Ketika pintu terketuk dibuka, seorang yang baru saja mengundurkan diri dari statusnya sebagai sekretaris pribadi Mahendra. Dibuat tercengang sejenak lalu memasang wajah biasa saja 'tidak ada hal yang tidak mungkin di keluarga Djayadiningrat' termasuk larinya pewaris tunggal yang raut mukanya saja masih terlihat pucat.     

Surya tidak banyak bicara, dia sudah menemukan pemahaman dari pengamatan yang dia lakukan. Hery wajahnya penuh luka dan Hendra, bekas infus masih segar dicabut.     

"Kenapa kau mengundurkan diri?" Tanya Hendra.     

"Kau tahu aku tidak tahan melihat perilaku mereka pada mu"     

"Bukan berarti kau harus mengundurkan diri kan?"     

"Tidak tahan ku sudah mencapai level muak"     

"Lalu bagaimana denganku? aku tidak punya siapa-siapa sekarang. bukan cuma istri, sekretaris pribadi ku saja memilih pergi" akhirnya mata biru bisa mengeluh, Dia terlihat memegangi pelipisnya.     

"Tapi kau belum kehilangan sahabat mu, ingat aku punya dua status" Surya tersenyum dan beranjak.      

"Lihat! Ibu ku syok melihatmu seperti ini"     

"Nak Hendra.." Ibu terpana itu ditarik putranya menyusup masuk ke dalam, sejenak kemudian Surya keluar membawa tas ransel dan kantong penuh makanan.      

"Hery bawa motornya, Hendra kau ikut aku bersama mobil" perintah sekretaris itu segera dituruti kedua lawan bicaranya.      

Kemudian langkah kaki itu terhenti karena ada suara perempuan yang memanggil, seorang ibu berlari pada mereka: "jangan lupa bawa selimut ini" itu ibu Surya, menyerahkan selimut sekedar alasan. Perempuan itu membungkus semua makanan yang tersaji di meja makan. Tadi Surya hanya membawa persediaan di kulkas.      

"Maafkan saya Bu, Surya.." Hendra ingin mengucapkan permintaan maaf karena melibatkan Surya padahal dia sudah tak lagi bekerja sebagai sekretarisnya.     

"Sudah.. sudah.. cepat berangkat.." ibu Surya segera mendorong mereka keluar dari pintu, sambil berkaca-kaca perempuan itu membuat gerakan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari di atas bibirnya seolah sedang menutup resleting. Sebuah tanda bahwa dia akan mengunci mulutnya rapat-rapat.      

"Bu.. kalau ada yang tanya aku pergi ke mana bilang aku liburan merayakan pengunduran diriku" ada anggukan kecil membalas pesan dari putranya. Surya menatap sejenak ibunya kemudian mobil itu melesat cepat menembus keramaian ibu kota.      

Ada sedikit guratan rasa khawatir dari wajah Surya, perempuan yang baru saja dia tinggal hanya hidup berdua dengan adik perempuan yang tiga bulan sebelumnya lulus kuliah dan mulai bekerja. Surya tak lagi punya ayah, lima tahun yang lalu ayahnya yang sakit-sakitan sejak dia SMA akhirnya tutup usia setelah menjalani cuci darah begitu panjang.      

Bertepatan dengan kepulangan Surya dan Hendra dari USA ke Indonesia. Hendra pulang bukan sekedar karena perintah kakeknya, tapi karena sahabatnya sudah tak mungkin lagi tinggal jauh di negeri asing. Dia ingin kembali pulang menemani ibunya yang hidup sendiri bersama tiga adik perempuannya.      

Dua dari tiga adik perempuan Surya sudah menikah, pria ini menjadi tulang punggung keluarga bahkan sejak di SMA. Pulang sekolah anak itu punya jadwal part time di beberapa tempat. Untungnya Hendra memberi beasiswa tambahan dari charity keluarga Djoyodiningrat hanya karena berkenan dijadikan teman.     

Setelah lulus SMA pun charity itu masih berlanjut bahkan mendapat tunjangan keluarga karena keberadaannya di USA menemani Hendra dianggap sebagai pekerjaan.     

Kini saatnya sahabat balas Budi: "Apakah kamu punya ide kita akan ke mana?" tanya Hendra yang menangkap tekad bulat Surya yang seolah tahu tujuan mobil yang mereka dikendarai.      

"ada satu rumah yang kamu beli tanpa sepengetahuan kakekmu" balas Surya menatap Hendra memberi keyakinan. Sedangkan Mahendra tertangkap bingung.      

Kadang Surya lebih tahu dari pada CEO itu sendiri, sahabat satu satunya ini memang mengurusi segala hal kebutuhan Hendra dan si bos menerima jadi apa apa yang dia kerjakan.     

"Kamu ingat sky tower? Rumah di atap gedung yang kamu beli dadakan sekarang sudah selesai di renovasi, tinggal di sana akan sulit ditemukan dibanding tinggal di tempat lain. Dan lagi kalau butuh apa-apa kita tinggal belanja di lantai bawah" di bawah sky tower memang ada mall besar termasuk foodcourt serta supermarket.     

"Terima kasih kau selalu punya cara supaya aku bisa bertahan" balas Hendra menerawang jalanan di luar.      

"Oh ya sebelum semua kartumu dibekukan oleh kakekmu, kita ambil secukupnya" tak lama mereka berhenti sejenak di ATM kemudian melesat.      

.     

.     

"Istirahatlah Hen.. aku siapkan makanmu" Surya menjelma menjadi penyuruh yang pandai. Seolah posisi keduanya tiba-tiba berubah.      

"hei Hery jangan taruh motornya di luar kamu harus sembunyikan motor itu kalau ingin selamat" Surya pun memberi perintah kepada Hery dengan suara lantang.      

Sedangkan Hendra kembali ke dirinya yang dulu, tak lagi banyak bicara. Masih sibuk mengamati setiap jengkal ruangan yang dulu dia beli karena ingin menjahili Aruna.      

_tempatku bersembunyi pun, ada bekasmu_      

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat untuk kreasi ku. Beri aku lebih banyak semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.