Ciuman Pertama Aruna

Pillow Talk



Pillow Talk

0[Apa yang perlu dilakukan? Ini cara suami menghadapi istri marah:     

1. Jangan sekali sekali kamu tanya, "kamu kenapa sih?"     

Ya, nggak bakalan dijawab, paling kamu akan dilempar centong panas bekas goreng nasi. Itu pun kalau istrimu masih sudi gorengin nasi.] (Artikel)     

_Ah untung saja, Aku tak perlu bertanya "kenapa apa kamu?"_     

Hendra sudah tahu Aruna marah karena dirinya pulang terlalu telat.     

[2. Pasang muka senyum, suara lembut, pijitin mesra.     

Biasanya istri menolak, tandanya badannya masih kaku semua. Baru kalo udah lemas, bisikin, "Maaf, ya, bun". Walaupun kamu nggak tahu salahmu apa,  ya sudah itu cukup, Sekali lagi, ingat poin pertama,  JANGAN TANYA.] (Artikel)     

_Oke.. oke.. ini akan aku lakukan_ merasa terinspirasi.     

[3. Tawarkan bantuan untuk TAKE OVER pekerjaan yang setelah ini akan dia lakukan.     

Misal lagi tiduran butuh sesuatu, bisikin "Aku aja yang bangun ya…"     

Pokoknya tawarkan bantuan apapun yang kamu mampu. Ini salah satu cara yang ampuh untuk memuluskan agar 'Proposal maaf' mu mudah di-ACC.] (Artikel)     

_Wah, tips ini juga berguna.. aku perlu bertanya : Apakah ada persiapan ke rumah ayah yang belum beres?!_ Semakin termotivasi.     

[4. Jangan didiamkan.     

Ini yang agak sulit, karena suami-suami yang frekuensi ngambekan istrinya cukup RAPID, akan berpikir, "Apa lagi ini??". Tolong, buang jauh pikiran itu, karena itu memang takdir kita sebagai suami, tidak bisa diubah.]     

_Yaach gawat.. tiap kali dia ngambek aku selalu bertanya : 'apalagi ini', Oh ternyata seperti itu sebaiknya dihindari. Baiklah aku paham sekarang_ merasa tercerahkan.     

[5. Jangan dinasihati.     

Ini lagi, penting ini, nggak bakalan masuk pas istrimu marah. Yakin lah, percaya sama omonganku ini. Bisa-bisa malah dilempar tatapan tajam kalau  istri lagi marah malah kamu nasehati.]     

_Bisalah aku lakukan.. aku memang tidak pernah menasehatinya.. kecuali dia yang suka pakai baju sembarang atau makan berantakan_     

[6. Terakhir deh, PILLOW TALK.     

Ini saat di mana istrimu cukup tenang secara emosi, pas mau tidur. Pijitin dulu kakinya. kalo mbah dukun pijet pake jampi-jampi, kalian hanya perlu senyum sambil bilang"maaf", cuma itu kuncinya.]     

_Baiklah aku harus segera beraksi_     

Mata biru merasa tercerahkan, dengan tangkas menuju kamar mandi segera membersihkan diri dan mengenakan baju yang disiapkan Aruna.     

Setelah itu baru gilirannya untuk beraksi. Begitulah pola yang akan dia realisasikan.     

Nyatanya baru saja suami payah ini keluar dari bathroom. Aruna yang sedang menggosok gigi di wastafel, persiapan tidur. Langsung menyatukan alisnya dan cepat-cepat menyelesaikan kegiatannya berkumur.     

"Prak".Suara sikat gigi dilempar sembarangan ke wadah.     

Busa ditepian pipinya belum tercuci sempurna.     

"Kenapa kau menggunakan baju itu". Perempuan ini kembali tersulut jengkel     

"Karena kamu siapkan".     

"Apa kau tidak sadar untuk berangkat ke rumah Ayah ku sudah cukup malam".     

"Aku tahu".     

"Lalu kenapa kau pakai baju itu?".     

"Aku pikir kamu akan senang kalau aku menggunakan baju yang kamu siapkan". Wajah bingung, memelas.     

"H e m.. kau memang benar-benar laki-laki menyebalkan". Aruna berniat keluar tangkas melangkahkan kakinya.     

Entahlah, Apa yang dipikirkan otak perempuan. Dia terlihat lebih marah lagi.     

Hendra sang perfeksionis meraih lengan Aruna,  spontan membasuh tangan lalu mengusap pipi Aruna.     

"Pipimu masih kotor". Suaranya lembut berupaya menenangkan. Nadanya sedikit aneh, karena itu bukan gaya Hendra. Laki-laki ini sedang terinspirasi artikel yang barusan dia baca.     

Karena Hendra tiba-tiba sedikit baik. Aruna berkenan memberi tahu kenapa dia marah: "Aku tidak suka kamu pakai baju itu, kamu mengingatkan ku kalau saat ini harusnya aku sudah berada di rumah Ayah"     

"Oh begitu ya.. Maaf aku tidak tahu, baiklah aku akan ganti baju lain yang lebih memancarkan pesona tampan ku". Semangat membara.     

"Ih, CEO gila kambuh".     

.     

.     

Hendra benar-benar mengganti bajunya dengan outfit lain, pria ini menggunakan style ala Aruna. Sebuah kaos putih kerah v dan celana pendek yang ringan santai.     

_Baiklah kita mulai.. ingat Hendra, pasang muka senyum memikat, takeover, jangan didiamkan, jangan dinasehati, pillow talk_ Laki-laki ini benar-benar mengulang pelajaran yang baru dia dapatkan dari artikel. Semacam akan mengahadapi ulangan akhir semester.     

Aruna memandanginya dengan perasaan aneh, karena wajah cerah itu tampak menggelikan terpasang di raut muka Hendra.     

Tiba-tiba duduk bersandar di dekat Aruna menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang. Ikut-ikutan menonton televisi sambil mencuri lirik ke arah Aruna.     

"Kenapa dekat-dekat? sana pergi! Mencurigakan?!".     

Dia memiringkan wajahnya lalu tersenyum kepada Aruna     

Sungguh Aruna merasa ngeri.     

"Kau tahu?! kau lebih menjengkelkan sekarang, aku takut dengan isi otakmu saat ini".     

Tiba-tiba laki-laki itu memijat kaki Aruna.     

"Arh.. Apa yang sedang kau lakukan? Kau benar-benar menggelikan".     

Aruna benar-benar syok, jangan-jangan masakan yang dia buat tadi bermasalah.  Sehingga orang ini seperti memunculkan kepribadian lain. Atau lebih buruk lagi dia sedang kesurupan makhluk entah berantah.     

"Hendra hentikan! atau aku benar-benar yakin kamu memiliki kepribadian ganda".     

"Aku cuma ingin baik pada istriku. Apa salahnya?".     

"Salah banget tahu, kau tidak biasanya seperti ini".     

"Ya! aku akan baik seperti ini sampai kamu tak ngambek lagi".     

"Baik! oke!. Aku tak ngambek lagi. Tapi tolong singkirkan wajah cerah mu yang aneh itu".     

"Begini salah, begitu salah, aku harus bagaimana?".     

"Mana aku tahu.. pikir aja sendiri!?".     

_Wah.. tepat sama. Seperti yang di artikel_ Hendra semakin yakin dengan artikel unik tersebut.     

"Eem.. Aruna apakah persiapan ke rumah Ayah sudah beres semua?".     

"Belum sih, Aku belum beli oleh-oleh buat mereka".     

"Baiklah.. biar aku yang mengurus semuanya, ada lagi yang perlu aku bantu persiapkan".     

"Hendra Apa aku boleh minta sesuatu?".     

"Tentu saja. Apa yang tidak untuk mu?".     

"Kapan aku bisa masuk kuliah dan bekerja lagi di Surat Ajaib bersama teman-temanku?".     

Pria ini terdiam sesaat, rapat di lantai D terlalu fokus membahas hal lain. Dia lupa pada poin penting yang seharusnya ikut terbahas. Tentang orang-orang yang ditempatkan pada kehidupan pribadi istrinya.     

"Antara Rabu atau Selasa, mungkin sudah bisa kembali beraktifitas". Hendra menghitung kemungkinan dirinya bisa membuat agenda rapat bersama tim  D.     

"Yah masih 4 atau 5 hari lagi.. Bukankah hari Rabu pesta pernikahan kita?!" .     

"Berarti Kamis dong". Aruna memperkirakan.     

"Bersabarlah semua untuk kebaikanmu". Pria ini masih memijit kaki istrinya     

"Baik dimananya, sungguh aku tidak mengerti Bagaimana sudut pandang mu"     

Hendra hanya tersenyum menimpali raut wajah muram Aruna.     

"Kalau di hitung memang panjang 6 hari, tapi 2 hari besok kita tinggal di rumah ayahmu. Jadi tinggal 4 hari lagi, kamu sabar dulu".     

"Apa begitu sulit berada di tempat ini". Padahal Hendra juga memilih tinggal di hotel, pergi dari rumah ini.     

"Sangat!!, kau mengurungku seperti seekor ulat yang sedang bertapa, kau menjadikan ku kepompong sekarang".     

_Padahal aku sangat aktif di luar sana_     

"Apa yang sebenarnya kau inginkan?".     

"Keluar dari rumah ini, menjalankan banyak aktivitas termasuk bekerja sama temen-temen".     

"Tunggu! Apa aku boleh ikut kamu bekerja, sepertinya kau sangat sibuk. Kalau aku boleh ikut mungkin aku bisa membantu".     

"Entahlah Ada banyak hal yang... (Berfikir sejenak) bahkan Surya tidak diijinkan mengikuti ku".     

"Ayolah Hendra! atau aku benar-benar mencari cara melarikan diri dari sini".     

Hendra berfikir keras.     

"Kau boleh tidur sambil memeluk ku malam ini".     

"Betulkah?!". Tiba-tiba logikanya lumpuh.     

"Kalau 4 hari itu aku diizinkan ikut. Aku bahkan em...".     

"Mau menanggalkan pernikahan kontrak kita??".     

"Apa-apaan itu?!, itu kan sudah kesepakatan kita. Siapa yang dulu bilang: tidak ada yang akan berubah!".     

_Aku harus pergi dari sini setelah 2 tahun_     

"Tidur memeluk ku selama 4 hari apa itu cukup untuk barter kita??".     

"Boleh aku minta bonus?!". Mata biru terbiasa melobi.     

"Tidak! Aku tidak mau berciuman dengan mu, kau menakutkan". Aruna mulai hafal apa yg laki-laki ini inginkan. Tiba-tiba wajah gadis ini berubah menjadi ngeri     

"Lepaskan kaki ku!. Tidak ada yang perlu dipijat, aku tidak capek. Aku disini cuma bermalas-malasan setiap hari".     

Perempuan ini meringkuk didalam selimut, dan sang suami mematikan televisi didepan mereka.     

Hendra ikut meringkuk meraih perut Aruna memegangi pergelangan tangannya, dia mencari-cari denyut nadi perempuan mungil ini.     

"Hendra kenapa kamu tadi telat?".     

"Ada meeting dengan klien di luar kantor dan jalanan mancet".     

_Dia berbohong lagi_     

Kini lampu kamar mulai dimatikan tinggal temaram hangat. Cahaya dari lampu tidur berwarna kuning kemerahan yang terletak di sisi kanan dan kiri super king bed.     

"Maafkan aku". CEO DM Grup menghisap rambut istrinya. Dia masih saja menjalankan tips terakhir pada artikel (pillow talk).     

Hendra menarik tubuh mungil ini semakin dalam merapat di dadanya. Kepala Aruna tepat di bawah dagu suaminya.     

Ada bisikan yang keluar dari mulut mata biru : "Boleh Aku mendapatkan ini tiap malam?"     

Aruna mengabaikannya, gadis ini pura-pura tertidur.     

_Bagaimana cara ku menaklukkannya?_     

_Kalau sudah begini, bagaimana cara ku hidup tanpa dia_     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.