Ciuman Pertama Aruna

Suami Payah



Suami Payah

0Sore ini suasana yang begitu berbeda tersaji pada keluarga Djoyodiningrat. Oma Sukma begitu terkesan dengan Putri Lesmana. Dia seolah mengingat dirinya di masa lalu. anak ini begitu santai, simple dan energik.     

Hari ini menu yang disajikan di atas meja makan keluarga Djoyodiningrat terasa lebih spesial, pendatang baru keluarga ini turut ambil bagian dalam membuat menu makan malam bahkan menata langsung di atas meja.     

Dia pergi berlari ke kamarnya dan kembali dengan dress yang berbeda.     

Sayang malam itu orang yang ditunggu tidak datang, dia malah mengirimkan sebuah bunga mawar hidup di dalam pot dan catatan yang menyebalkan.     

Perasaan Aruna demikian kikuk dan kecewa.     

Kikuk mengamati dua orang perempuan di depannya ikut menunggu dan kecewa karena laki-laki bermata biru belum hadir juga.     

"Em.. Hery.. kamu hery kan?". seorang ajudan yang dulu pernah menodongkan pistol di kepala Damar.     

"Ya. Ada apa nona?".     

"Jadi dia tidak akan datang?!".     

"Saya tidak berani membuat kesimpulan".     

"Kemana Dia?. sedang apa sekarang?".     

"Tuan muda sedang rapat terbatas".     

"Apakah kau tidak bisa menyusup ke dalam? dan menyampaikan pesan ku agar dia datang tepat waktu!".     

"Itu mustahil".     

Benar saja Hendra tidak datang, pukul 18.00 sudah terlewati cukup jauh. Aruna meraih sendoknya perlahan, dia sempat memasang senyum untuk Oma dan ibu Gayatri yang hadir di depannya.     

"Aruna tak apa-apa".     

Putri Lesmana hanya memasang wajah tersenyum dipaksakan. Dia ingin pulang ke rumah ayah malam ini tapi orang itu melanggar garansi yang dia minta sendiri.     

"Tak masalah Oma aku sudah tahu dari sore tadi, kemungkinan besar Hendra tidak akan datang. Jadi santai saja". Aruna mulai melahap makanan, berdua saja dengan ibu Gayatri. Perempuan didepannya tersenyum beberapa kali. Sedangkan Oma, Entah kemana Oma Sukma dia meninggalkan kursinya.     

"Wiryo beritahu cucumu istrinya menunggu!, Apa yang kau perintahkan kepadanya. Sampai dia rela mengabaikan keinginan istrinya?!".     

"Lakukan sekarang!. Perintahkan dia pulang!". Atau aku tidak akan bicara denganmu selama seminggu.     

Oma keluarga ini selalu membuat ancaman yang sama tiap saat, sebuah perilaku yang tidak banyak diketahui penghuni rumah induk.     

Tak lama, disebuah ruang bawah tanah. Sang sekretaris pribadi tetua mendapat panggilan telepon. Kakek tua itu memilih untuk menelephon Andos. Dia tahu Hendra akan mengabaikannya.     

"Suruh dia pulang! ini perintah. Katakan istrinya sudah menunggu".     

Hendra sempat terkejut mendengar perintah yang disampaikan Andos.     

Lebih terkejut lagi ketika dia melihat jarum jam yang terikat pada pergelangan tangannya. Aruna akan marah besar.     

***     

"Apa tidak ada sisa untukku". Mata biru seolah bicara sendiri.     

Karena lawan bicaranya tidak peduli.     

"Ada yang bilang, istriku yang pemalas ini susah payah menyiapkan makan malam untuk ku".     

Aruna terdiam saja, dia terlampau jengkel. Menyalakan televisi dengan volume keras bahkan memasang headphone pada telinganya. Mendengarkan musik mengabaikan Hendra yang lalu-lalang mencoba mengganggunya.     

Mata biru meminta asisten rumah induk menyiapkan makanan yang tersisa dari masakan istrinya. Dihidangkan pada meja sofa tidak jauh dari ranjang mereka.     

Hendra meliriknya sambil tersenyum.     

_Dia benar-benar marah_     

Hendra bahkan telah mendapati  koper kecil yang tersusun rapi di sudut kamar.     

Aruna sudah menyiapkan baju dikamar mandi untuk persiapan pergi ke rumah ayahnya. Tapi ini sudah cukup malam untuk berangkat kesana.     

"Boleh aku minta maaf?, aku sudah mencoba tepat waktu tapi jalanan sangat macet".     

Aruna diam saja dia memainkan remote TV, memindahkan dari satu channel ke channel lain tanpa tujuan. Dia benar-benar malas bicara dengan makhluk menyebalkan di depannya.     

"Kau benar-benar tak ingin bicara dengan ku". Hendra sudah duduk di sampingnya.     

"Masakan mu sangat enak".  Kata ini masih saja tak dipedulikan     

"Ah' Aku sangat menyesal tidak bisa datang tepat waktu".     

"Ayolah beri aku kesempatan bicara, atau biarkan telinga mu mendengar ucapan ku".Gadis ini hanya meliriknya malas. Kaki kecil itu berani mengusir Hendra dengan mendorong dorong punggungnya.     

"Perbuatan yang tidak sopan..".     

Pria itu mengambil paksa headphone Aruna.     

"Maaf.. aku benar-benar minta maaf. Apa ada lagi yang kau inginkan supaya kau berhenti marah?".     

Sebuah penawaran yang membosankan. Hendra selalu melobi dengan memberikan sesuatu, mungkin akan berhasil untuk perempuan lain.     

"Membosankan".     

Hanya ucapan itu yang didengar Hendra, kemudian Aruna mengambil paksa handphone di tangan Hendra, sekali lagi Mata biru segera menjauhkan headphone tersebut.     

Biasanya kalau sudah begini Aruna akan berusaha keras merebutnya dari tangan Hendra.     

Tapi dia mengabaikannya.     

_Oh ya Tuhan.. istriku benar-benar marah_     

Karena terlampau diabaikan pria unik ini mencari solusi di Google.     

Dia menuliskan sebuah kata kunci yang menggelitik perut : 'mengatasi istri ngambek'     

Sebuah artikel konyol muncul di hadapannya. Sayangnya dia tidak menyadari bahwa ini sangat konyol.     

Sebuah artikel teratas cukup sesuai dengan kebutuhannya, artikel itu berjudul : cara suami menghadapi istri marah, lakukan 5 tips tokcer ini.     

Hendra benar-benar membacanya dengan seksama.     

[Teorinya, seorang wanita hanya ingin dipeluk ketika marah, teorinyaaa. Praktiknya, susah banget, kita pecah dulu permasalahannya.] (Artikel)     

_oh jadi teorinya, Aruna harus segera aku peluk ya_ otaknya menyusun conclusion.     

[Istri : adalah seorang wanita. Karakternya adalah, detail teradap hal-hal kecil, sensitif pada waktu-waktu tertentu, punya 3 siklus PMS (PRE MENS SYNDROME, PAS MENS SYNDROME, POST MENS SYNDROME). Ketiganya ialah masa sensitif, ngamukan. Tidak mau cerita kalau nggak ditanya, pokoknya kita harus PEKA.] (Artikel)     

_Oo jadi yang dimaksud PMS itu Mens Syndrome_ (Chapter 68)     

_berarti aku harus tahu kapan Aruna mens ya..? Kalau tidak aku tidak bisa memprediksi kapan Dia ngamukan_     

_jangan-jangan sekarang dia mens?? Dia bahkan tidak menjawab ketika aku tanya. Wah lebih parah dari yang dijelaskan artikel ini_ conclusion payah bergerak-gerak di otaknya.     

Laki-laki payah ini benar-benar mendekati istrinya, yang sedang enek melihat dirinya. Ragu-ragu mendekat : "Em.. Aruna apa kau sedang Mens?".     

Bukannya dijawab, mata perempuan didepannya malah menyala-nyala. Tidak butuh sedetik, sebuah bantal mendarat di muka sang suami payah.     

Akhirnya dia pun menjauh, merasa cukup mendapatkan informasi bahwa Aruna ditidak mens     

[Suami : adalah seorang pria. Suka yang TO THE POINT, terkadang gampang lupa, mudah minta maaf maupun memaafkan. Berpikir tidak sedetail wanita, yang sabar ya sabaar, yang nggak sabar, ya suka kepancing.] (Artikel)     

_Kalau masalah sabar sepertinya sekarang aku puluhan kali lebih sabar dibanding dulu, apa aku kurang sabar lagi ya?_      

[Dari uraian di atas, ada titik temu?     

Ya, nggak ada!!] (Artikel)     

_Ya ya ya.. memang laki dan perempuan tidak ada titik temunya, aku saja CEO yang menakutkan ditempat kerja. Tapi malah keseringan kena pukul istri ku_     

[Nggak ada, karena karakter kedua manusia ini memang berbeda. Jadi tidak jarang rumah tangga geger cuma karena pas tidur muka istri kesikut dan paginya suami nggak minta maaf. Lha wong tidur kok, mana ada orang sadar pas tidur? Jadi kalau paginya muka istri ketekuk, suami mana tahu? Kecuali lihat istri pipinya biru, baru dia nanya.]     

[Tapi wahai para suami, kodratmu adalah MIKIR, memecahkan teka teki ketika istri tiba-tiba diam tak berbunyi. Ya, itu takdirmu, kalau nggak terima, ya ayo pada berangkat saja ke Thailand, operasi.] (Artikel)     

_hehehe.._ Si Hendra terkekeh sendiri. Disisi lain muka Aruna semakin enek melihatnya.     

[Karena ketika istrimu ngambek, nggak mungkin semudah itu dia menjawab, "Aku marah karena ini", dan mungkin kata "maaf" tanpa pelukan juga nggak bakal menyembuhkan bibir yang maju. Mentok-mentok pas ditanyain juga paling jawabnya "PIKIKIRIN AJA SENDIRI!!"] (Artikel)     

_Lumayan lah.. minimal aku sudah tahu dia marah karena aku datang telat_ mendadak sumringah.     

[Demi menyelamatkan bahtera rumah tangga, pokoknya ini semua di tangan kalian wahai para suami. Itulah kenapa kata "talak" diucap istri 1990 kali, tetap saja kalian sah berhubungan badan secara agama, tapi kalo kalian yang bunyi walaupun hanya sekali, woh, jangan sekali-sekali kalian minta jatah, haram.] (Artikel)     

_Jatah??_ Hendra garuk-garuk kepala antara tidak paham dan menelan ludahnya karena ada kata 'berhubungan badan'. Yaaah, aku hanya bisa mencium bibirnya. Itu pun kadang harus mencuri-curi dulu. Padahal misi keluarga ku, aku harus menanam benih sebanyak-banyaknya.     

_Bodooh.. Bodoh.. harusnya aku tidak mengikatnya dengan pernikahan kontrak_ Dia menatap sesaat bibir merah memikat itu, masih konsisten manyun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.