Ciuman Pertama Aruna

Satu Garis Lurus



Satu Garis Lurus

0Sesaat suara sirine polisi mendekat.     

"Sayang ingat.. aku menggedor gerbang dan meneriakkan namamu bukan tanpa alasan. Ada ribuan orang yang terhubung dengan hidupku". Hendra sedang cocok logic, apa saja dia ucapkan supaya Aruna terpengaruh. Scandalnya dengan Tania belum usai. Seandainya muncul kasus baru tentangnya, tamat sudah personal branding yang dia bangun mati-matian. Leader terburuk adalah pemimpin yang tidak memiliki muka dihadapan bawahannya.     

"Tidak perlu peduli pada ku, cukup ingat-ingat wajah cleaning servis yang pernah aku minta mengantarkan note pada mu. Dia bisa jadi korban". Hendra semakin gila. Dia sedang terpojok. Tubuhnya di dorong seiring kedatangan dua orang polisi yang sedang bertugas.     

"Aish. Sialan!". Gadis ini terkontaminasi kata kasar.     

"Baiklah... Baik!". Tapi hatinya selalu terlalu baik.     

"Maaf semuanya dia suami ku.. aku memukulnya karena marah. Tolong jangan bawa dia". Aruna terpengaruh.     

"Apa? Oh' kau membuat waktuku terbuang sia-sia". Laki-laki yang tadi memegang kuat tubuh Hendra perlahan pergi.     

"Maaf.. terimakasih sudah melepasnya..". Aruna membungkuk beberapa kali. Sebagai bentuk manipulasi permintaan maaf.     

"Kita senasib bro. Aku juga takut dengan istriku. Tapi sebaiknya kalian bertengkar di rumah jangan dijalan". Pesan seseorang berbisik kepada Hendra. Lelaki bermata biru hanya meringis.     

"Aku pikir.. hah!, cuma yang berwajah pas-pasan seperti ku yang payah. Ternyata pria tampan, juga sama payahnya dihadapan perempuan". Silih berganti terdengar ucapan random menggelitik dilempar para korban tipu daya pasangan on the way suami-istri Hendra-Aruna.     

Hingga dua polisi melanjutkan patrolinya.     

"Aku lihat mata mu memerah. Kadang sangat sulit mengendalikan istri kita. Aku harap kamu lebih tegar". Petuah polisi tua sebelum pergi. Sebuah pesan yang ditujukan pada Hendra. Pesan itu membuat Aruna berapi-api, seakan ingin melenyapkan CEO gila Djoyo Makmur Grup. (Matanya memerah akibat terkena lemparan platinum card dari Aruna, celakanya orang lain berfikir mata Hendra berkaca-kaca akibat kemarahan istrinya)     

***     

"Aruna maafkan aku.. jangan marah". Pria itu mencoba meredakan api kemarahan Aruna. Membuntutinya sampai di sudut kursi halte bus.     

"Aish.. pergi sana". Gadis ini sudah lelah berurusan dengan kegilaan Hendra.     

"Ayolah.. ku antar pulang".     

"Lihat penumpang yang menunggu banyak, busnya pasti penuh sesak". Hendra membujuk Aruna sepenuh hati.     

"Aku bilang, aku tidak mau!".     

_Berani-beraninya dia membujuk ku memasuki mobil tempatnya mencuri bibir ku_ Aruna bersih kukuh tidak mau. Gadis itu belum menyadari, status Hendra kini adalah pria yang telah luluh. Dengan setia meredam kemarahan Aruna.     

"Aku bilang PERGI!! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi". Aruna terlalu lelah menghadapi tingkah laku CEO gila.     

"Mbak.. kasihanilah suami mu.. lihat! dia membujukmu dengan penuh kesabaran". Perempuan disekitar tempat Aruna duduk mulai terganggu dengan pertengkaran suami-istri yang belum juga reda, versi benak mereka.     

_Ah' apa lagi sekarang!_     

"Kau pasti marah karena perempuan lain (kemarahan seorang istri paling hakiki). Saat ini memang banyak perempuan penggoda dimana-mana. Kalau melihat ketampanan dan kemapanan suami mu, pasti perempuan itu yang berusaha menggoda suamimu, cobalah beri dia kesempatan". Beberapa orang menunjukkan berspekulasi liar mereka.     

_Manusia ini selalu membuatku terpojok kapanpun dimanapun_ Aruna benar-benar jengkel.     

"Tolong, ini tidak seperti yang anda-anda pikirkan". Hendra menangkap api yang berkobar ganas di dalam diri Aruna.     

"Kau berlututlah dan minta maaf yang sungguh-sungguh pada istrimu". Perempuan lain menyarakan.     

Aruna tidak tahan dan bangkit dari duduknya.     

"KAU!. Aku akan ikut dengan mu!". Aruna harus pergi dari sini atau dia akan dirundung ibu-ibu di dekatnya.     

"Bawakan mobil lain untuk ku! AKU TIDAK SUDI MENGGUNAKAN MOBIL ITU!". Ungkapan Aruna terdengar seperti istri kejam.     

"Woo.. ". Beberapa orang tertegun dan mulai berbisik. Ketika Hendra benar-benar sibuk memberitahukan bawahannya mengantarkan mobil lain pada mereka.     

Sesaat kemudian rolls royce wraith datang bersama sopir keluarga. Sopir itu memberi hormat dan segera mundur mengambil alih Bentley Black.     

Hendra membukakan pintu dengan kikuk untuk Aruna. Sayangnya, gadis itu memilih membuka pintunya sendiri. Pintu penumpang di belakang. Dia tidak mau duduk didepan seperti tadi. Terlalu berbahaya.     

"Gila..!!". Sebagian besar penghuni hatle bus terbengong melihat adegan pasangan muda yang baru saja menghilangkan dari hadapan mereka.     

Hanya saja, orang-orang ini tidak menyadari kisah sesungguhnya. Tentang calon suami yang mencuri ciuman pertama, gadis yang dia ikat dengan kontrak pernikahan.     

***     

Rolls royce terhenti perlahan didepan gerbang rumah keluarga Lesmana. Aruna terlihat keluar disusul pria lain dibelakang. Tampaknya sedang memberi tahu satpam keluarga agar segera membukakan pintu gerbang.     

Terlihat jelas dari mobil Van putih yang terparkir tidak jauh dari sana. Aruna sempat berbincang dengan calon suaminya.     

Mata Damar tidak bisa teralihkan. Pemuda itu perlahan keluar dari dalam mobilnya. Dia sudah menunggu cukup lama tanpa kabar. Dan terpaksa membawa manajer serta sopir yang mengantarnya, membeku di depan rumah gadis yang memegang tombol penggerak denyut di hatinya.     

Pria jangkung berdiri mematung didekat mobil Van. Dia mencoba menghubungi Aruna. Berusaha menangkap ekspresinya.     

Aruna terlihat jelas masih sibuk bercakap-cakap. Sembari meraih heandphone yang terselip didalam tasnya.     

"Ayo angkat". Damar seolah melempar mantra. Munajatnya tentang memiliki gadis ini sudah kandas. Namun dia tak bisa berpaling. Menemani sampai akhir adalah tekat yang dibangun setelah 17 ribu jam dan 63 juta detik yang mereka lewati bersama.     

_Damar??_ Aruna sedikit menghindar dari Hendra. Gadis itu menepi disisi lebih jauh.     

Tapi kata hallo yang dia ucapkan, tidak terbalas.     

_Apa Damar marah??_ gadis itu mulai merajut kalimat maaf. Membuatnya menerawang kebeberapa sisi ruas jalan didepan.     

Ternyata laki-laki itu berdiri mematung di sana.     

"Ah' aku melupakannya". Aruna menurunkan handphone yang menempel ditelinga. Berjalan perlahan menuju pemuda Padang.     

*Jika kamu telat aku sabda diriku sendiri menjadi patung. Dan tombol penggerak hanya berasal dari jarimu.     

Potongan chatting itu terlintas di benaknya. Semburat rasa bersalah mengalir dalam diri Aruna. Harinya terlalu berat, dia tidak sadar sudah mengabaikan seseorang.     

Hendra masih berdiri di sana, ditempatnya. Pria yang baru saja luluh, mengaminkan perasaan cinta dihatinya. Sudah dihadapkan dengan kenyataan pahit.     

'Hendra, Aruna, Damar'     

Berdiri dalam satu garis lurus.     

Dimana sang gadis pembawa rona kemerahan berada tepat ditengah-tengah dua pria pada jarak yang sama.     

__________     

Visualisasi Aruna     

Aruna Kanya Lesmana, Aruna gadis baik hati, pengertian dan berbakti pada orang tuanya. Sejak kecil dia selalu menjadi anak yang menyejukkan, jarang menuntut. Walau tidak memiliki prestasi secemerlang kakak laki-lakinya atau menjadi pusat perhatian seperti kakak perempuannya. Aruna tumbuh menjelma menjadi seorang mahasiswa desain dengan bakat luar biasa. Seringkali diundang sebagai pembicara pada seminar yang diadakan untuk startup. Dia bahkan memiliki startup yang dibangun bersama sahabat-sahabatnya bernama Surat Ajaib. Sayang kuliah dan karir penyejuk hati ini sedang terancam dia harus memilih pilihan yang kejam. Antara memenuhi janji perjodohan pernikahan yang dibuat oleh ayahnya atau melihat kakaknya hancur. Diusianya yang baru menginjak 20 tahun. Aruna terpaksa menggantikan kakaknya untuk menikahi laki-laki yang belum pernah dia jumpai     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.