Ciuman Pertama Aruna

Bukan Mimpi



Bukan Mimpi

0"Baiklah.. kita akan memulai dari sekarang, pastikan semuanya siap kapanpun menerima ancaman mereka".     

Hendra menangkap kata-kata kakeknya sekali lagi: 'mereka?'. Artinya lelaki tua ini mengetahui lebih dalam.     

"Kalau kita sudah tahu bahwa kemungkinan pelakunya orang-orang tertentu. Mengapa kita tidak mencoba memasang penyusup ke dalam kelompok mereka atau entahlah siapa pun yang kakek maksudkan?".      

"Vian, Leona!".      

"Persiapkan personil mu dan biarkan beberapa dari mereka menyusup ke dalam perusahaan itu". Secara mengejutkan ide Hendra langsung diterapkan oleh kakeknya. Hendra sedikit terkejut, sungguh sebelum-sebelumnya keduanya jarang sekali seirama.     

"Aku dengar kau juga memasang orang-orang mu untuk melindungi istrimu, kau yakin Putri Lesmana akan kau lepas keluar secara bebas dari rumah induk?". Wiryo memasang raut muka kurang setuju.      

"Untuk keputusan ku ini. Aku tidak menginginkan siapapun ikut campur termasuk anda!". Kening Hendra mengerut. Dia benar-benar tak menginginkan kalau sampai Wiryo ikut campur dalam kehidupan pernikahannya kali ini.     

"Baiklah!, aku tak akan ikut campur. Segera penuhi konsekuensi yang dulu kita sepakati. Keluarga ini membutuhkan generasi penerus. Kau sendiri paham sepenting apa kehadiran mereka".      

"Kakek, anda sendiri yang menikahkan ku pada gadis yang usianya belum genap 20 tahun. Dia masih ingin kuliah masih cukup muda untuk punya seorang bayi, Aku tidak ingin siapapun menekannya apalagi anda".      

Wiryo benar-benar berdiri dan meninggalkan kursinya, selanjutnya sebuah layar di meja menunjukkan wajah dan indentitas tim Raka  yang sudah terpasang dalam lingkungan Aruna.      

Hendra memberikan persetujuan kepada para pimpinan lantai D . Kini Hendra tinggal membujuk istrinya supaya mau memiliki bodyguard minimal 2 atau 3.     

***     

Pria itu terbenam dalam puluhan kertas berserakan. Sudah beberapa hari Dia terlihat melakukan hal yang sama memegang gitarnya kemudian menulis. Berulang-ulang seperti itu, hanya berhenti ketika dia makan, ke kamar mandi, minum, kemudian melakukan aktivitas yang sama kembali.     

Dia tidak tahu cara lain untuk meredam gejolak di dadanya. Selain dengan membenamkan dirinya dalam lembaran kertas dan kegilaannya saat ini.      

Dunianya terhenti sejenak setelah sebuah pesan masuk di handphonenya, akhir-akhir ini dirinya tidak begitu menyukai handphone. Dulu dia gunakan handphone itu untuk menghabiskan banyak waktu luang dengan menulis note, ide liar yang bisa digunakan sebagai bahan membuat novel atau membuat ungkapan sederhana, umpan untuk penikmat instagram-nya.      

Lebih menyenangkan lagi ketika dia akan menggunakan handphone untuk masuk dunia game, bermain mobile legends. Dia bisa berjam-jam menatapnya. Atau yang paling menggiurkan adalah mengganggu si Rona kemerahan. Dia akan meluncurkan tulisan-tulisan menggelitik dan ambigu sebagai cara memperoleh sebuah stiker tertawa terbahak-bahak atau stiker ingin memukul.      

Namun sekarang tak ada lagi yang menyenangkan. Terpaksa mematikan seluruh sosial medianya, karena dia tidak ingin melihat akun-akun 'inspirasi pernikahan' muncul di beranda. Karena beberapa kali foto sang Rona kemerahan hadir di sana.      

Kehadiran sebuah gambar yang mampu mencabut 6 dari 7 nyawa yang bersemayam pada dirinya.     

Sebuah perhentian paling memukau setelah begitu antipatinya dia pada handphone. Iyalah ketika aplikasi hijau itu memberinya kabar bahwa sang dia yang tersegel dalam ruang imajinasinya kembali menunjukkan tanda-tanda kehadiran di dunia nyata.     

3 kata yang bermakna merindu sontak menghadirkan 6 nyawa yang sudah diambil malaikat. Seolah nyawa itu berhembus dari ubun-ubunnya dan merasuk kembali ke dalam tubuhnya. Dia kembali sehat bugar tanpa resep dokter.     

Ternyata tak semua logika itu benar, dirinya bahkan bisa sembuh hanya dengan menatap 3 kata. 'Miss you Damar'     

Kata-kata itu seperti energi yang tak ada habisnya, kurang 3 hari lagi dia akan berjumpa dengan imajinasinya dalam pesta pernikahan. sebuah rencana gila yang disusun oleh orang-orang di sekitarnya. Mungkin karena rasa iba yang terlalu menjemukkan mereka. Sehingga orang-orang itu tak tega untuk tidak peduli padanya.     

Damar pun juga tidak peduli, ide gila dengan bernyanyi di hadapan dia yang di balut gaun pernikahan. Damar tak bisa melakukannya.     

Tapi 3 kata itu tiba-tiba menjelma menjadi kekuatan luar biasa, dia harus hadir di sana mengobati kalimat 'miss you'. Kalau perlu sempat bicara dengan makhluk imajinasinya yang terprediksi bisa ditemui di dunia nyata.      

Damar sedang membuat sajak barunya untuk sang Rona Kemerahan. Bahkan dia telah menghitung jam dan detik keberapa gadis itu akan terbebas dari ruangan yang membelenggunya.      

"Ku tunggu kamu 730 hari, 17.520 jam dan 63 juta detik". Bisiknya dalam hati terdalam, pernah melakukan hal yang sama, menunggunya dalam waktu yang sama panjang. Untuk mengulangi hal yang serupa bukanlah sesuatu yang sulit.      

"Bersabarlah akan ku bebaskan kau dari dia yang tak layak disebut". Kini dirinya meraih sebuah alat yang menghasilkan suara ketika deretan persegi panjang berwarna hitam dan putih tersentuh jemari.     

Entah sejak kapan dia bisa memainkan piano.     

Not-not itu menjelma menjadi bisikan cinta, dia menemukan nadanya dan menemukan liriknya. Ketika sang Rona kemerahan mendengarkan ini. Gadis itu pasti tahu ada orang yang tetap menunggunya dan siap menjemputnya kapan saja.     

.     

.     

*Untuk kamu yang merindu     

*Tenang dan tunggulah sejenak     

*Aku akan hadir ditempat paling tidak layak     

*Ketika usai merasakan lirik yang ku titipkan      

*Temui aku di lorong paling tak terlihat.      

*Aku menunggu mu disana.      

*Menuntut mu mengembalikan 6 nyawa      

*Yang sempat terbang bersama kepergian mu.       

Pemuda itu akhirnya berani membuka Instagram. Sebuah gambar bertuliskan 'Ku Sebut Dia Rona Kemerahan'     

Membawa pesan di bawahnya, tulisan yang kemudian diserbu berbagai komentar. Komentar yang mengatakan kekaguman beriringan dengan ketidakpahaman. Tapi dia yakin sang Rona kemerahan akan memahami makna dibalik tulisannya.     

***     

"Hendra".     

Perempuan mungil berlari memeluknya ketika lelaki bermata biru belum usai membuka pintu.     

Sang suami langsung menangkap tubuh mungil istrinya yang terbenam di dalam dada.     

"Ada apa ini??".     

"Kenapa??".     

"Apa yang terjadi??".      

Antara senang dan bingung. Aruna tidak pernah melakukan sesuatu semanis ini. Dia sangat tersentuh karena mendapatkan pelukan yang begitu dalam.     

Tapi rasa tersentuh itu sontak terhenti, ketika pertanyaan bertubi-tubi diluncurkan tapi gadis itu malah menangis. Dan saat dagu istrinya diangkat dia dapati matanya merah menyala.      

"Apa yang terjadi apa yang membuatmu menangis??". Hendra mengusap-ngusap rambutnya menenangkan.     

Pria itu memintanya duduk di ranjang, Menggeser sebuah kursi tepat di hadapan si gadis yang mulai mengisak. Menyingkirkan beberapa rambut, menemukan dan mencari wajah perempuan penghancur logika.     

"Apa yang terjadi??". Sekali lagi pertanyaan diluncurkan.     

"Tadi ee... Tadi hiks..". Suara Aruna tidak jelas, karena Gadis itu belum bisa menenangkan dirinya.     

"Selesaikan menangis mu kemudian bercerita yang jelas!".     

Setelah beberapa kali sang istri mengusap air matanya. Barulah dia bisa menemukan dirinya.     

"Tadi aku beli mie pedas di depan sana tidak jauh dari rumah. Aku memarahi pengawal mu karena mereka ingin membuntuti ku".      

"Lalu waktu aku pulang tiba-tiba ada orang yang mengikuti ku. Dia mengejar ku".      

"Aku pikir dia orang gila tapi pakaiannya tidak begitu buruk. Dan dia membawa pisau yang tersembunyi di tangan".     

D e g'     

"Apa kau terluka?".      

"Tidak.. aku hanya terjatuh, dan aku berteriak. Dia menatapku sangat mengerikan aku takut sekali Hendra".      

_Oh ya tuhan_     

"Untungnya pengawal mu diam-diam membuntuti ku. Mereka menangkapnya, lalu mereka.. aku nggak tahu sekarang mereka dimana?!".     

Pria itu langsung membenamkan sang istri dalam pelukannya. Terkesan sangat damai, tapi sang istri tidak tahu ada tangan yang bergetar cukup kuat dan mata yang menyala-nyala.      

"Mulai sekarang izinkan aku menyiapkan dua atau tiga orang untuk menjagamu".      

"Tapi aku tidak membutuhkan itu, Hendra!. aktivitas sehari-hari sederhana. Aku tidak mau!. Itu akan kelihatan aneh!". Dia ngomel dan protes.     

"Aruna cobalah pahami sekarang kau istrinya siapa".     

"Dulu kau juga menguntit ku, aku juga dikejar-kejar oleh orang-orang mu. Tapi aku dan Damar bisa mengatasinya".     

"Yang tadi itu, aku rasa mungkin dia hanya orang yang sedang depresi atau semacamnya". Aruna menolak.     

"Dengarkan aku dan lihatlah aku. Tatap dan buka matamu!".      

"Lihat dengan jelas!". Suara Hendra meninggi.     

"Yang ada di depanmu adalah Mahendra. Mahendra pewaris tunggal Djoyo Makmur Grup". Suaranya tak lagi lembut.     

"Sekarang aku tanya apa status mu?". Lelaki itu memegang kedua lengan Aruna, mengguncangnya.      

"Istri".     

"Istri siapa?".     

"Mahendra"  Gadis itu menjawab terbata-bata sambil ketakutan dan mulai menitikkan air mata. Hendra menjelma menjadi dirinya yang berbeda.     

"Lalu apa statusku??". Mata biru bertanya dengan nada dingin menyergap     

"Suami".     

"Suaminya siapa?". Tangannya mengguncang lagi.     

"Suamiku".     

"Ulangi sekali lagi lebih keras!".     

Perempuan itu menangis sesenggukan, tapi dia mencoba menahannya.     

"Suamiku". Suaranya serak dan mulai bergetar.     

"Ini adalah kenyataan bukan mimpi buruk jadi ikuti perintahnya".     

Hendra hanya sedang kacau, ancaman itu benar-benar datang dan menyapa istrinya. Dia takut kehilangan.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.