Ciuman Pertama Aruna

Tanda Kehidupan



Tanda Kehidupan

0"Maaf saya datang selarut ini menemui mu".     

"Tak masalah.. ini memang tugas kami".     

"Bagaimana keadaan anda, saya terkejut anda bisa bertahan, tidak pingsan".     

"Aku sendiri juga terkejut.. aku sempat kehilangan diri ku, kemudian dia menyapa dan aku bisa temukan nafas ku".     

"Baiklah kita bicarakan didalam, kami menemukan banyak kemungkinan yang bisa membantu anda".     

Hendra dan Nathasya memasuki klinik kesehatan mini milik keluarga Djoyodiningrat tempat ini dulu pernah dimanfaatkan untuk perawatan Hendra kecil dan mommy-nya secara bergantian. Kini tempat usang ini telah di renovasi dan diaktifkan kembali.     

Hendra memasuki ruang tersebut, sempat bertegur sapa dengan Tio dan Firman dokter-dokter muda yang merupakan bagian dari tim Diana.     

"Mohon maaf Dr. Diana hanya titip salam".     

"Oh tak masalah". Mereka menyadari dokter dengan rambut beruban itu tidak mungkin bekerja hingga larut.     

"Langsung saja apa hal baru yang kalian temukan tentang penyakit ku?". Hendra tidak punya waktu banyak dia berharap bisa menemui Aruna segera.     

"Sebenarnya ada beberapa hal yang kami belum sampaikan kepada anda, terkait factor utama pemicu PTSD yang akhir-akhir ini terjadi pada anda". Kali ini firman berbicara.     

Hendra sedang duduk santai tapi otaknya tidak berhenti bekerja. Sejujurnya dia sangat ingin segera sembuh, jika mengingat betapa sulitnya berperang antara keinginannya mendekati  Aruna dengan kondisi yang dia hadapi. Sangat menyiksa. Secara pribadi, dia menyadari pernikahanya terlanjur menjadi pernikahan kontrak, dilain pihak sejujurnya dia ingin menjadi suami sempurna.     

"Kemungkinan besar anda sudah menyadari bahwa factor pemicu paling besar adalah Istri anda sendiri".     

"Ya tepat, sesuai prediksi ku".     

"Tapi aku tidak tahu alasannya apa". Hendra selalu penasaran dengan hal tersebut. Semenjak menggunakan Tania dalam eksperimennya, dia menyadari dirinya bereaksi berbeda terhadap Aruna dan Tania.     

"Sekarang coba lihat saya". Nathasya berbaring dan memejamkan mata seolah-olah tertidur pada ranjang yang tersedia tidak jauh dari tempat Hendra duduk.     

Hendra mengamatinya seksama dan benar sekali dia tidak merasakan apa-apa.     

"Kenapa hanya Aruna?". (Hendra)     

"Bukan kenapa hanya istri anda?. Pernyataan yang lebih tepat adalah Seberpa besar perasaan anda padanya sebesar itu pula factor pemicu itu akan meningkat". Dr. Tio turut ambil bagian dalam diskusi antar dokter ini.     

"Oh ya tuhaaan, mengapa harus seperti itu".     

"Sebentar..". Hendra mencoba mengingat.     

"Pertama kali aku kehilangan kesadaran karena PTSD, aku belum benar-benar menaruh perasaan padanya. Bahkan kami belum banyak bertemu".     

"Anda yang jelas-jelas hampir gila karena mendapat  penolakan, masih belum yakin dengan perasaan anda. Sampai saya ikut-ikutan membuktikan hipotesis cinta semalaman". Nathasya nyengir. (Capther 62)     

"Kemungkinan besar anda sudah menyukai dia sejak awal, Hanya saja anda tidak menyadarinya". (Firman)     

Lelaki bermata biru, perlahan merunut tiap pertemuan dan tiap kesan yang terbangun bersama Aruna. Dia sendiri penasaran dititik mana gadis ini merebut hatinya.     

Para dokter membiarkan pasiennya menerawang dirinya sendiri.     

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~     

"Surya kau sadar tidak?!, Kalau aku kehilangan kendali tiap kali menghadapi anak itu".     

"Siapa? Aruna maksudnya".     

"Ya.. setelah ku pikir-pikir ngapain aku berdiri didepan lobby, bahkan sempat menarik tangannya dan berdebat".     

"Mungkin karena dia calon istri mu jadi kau terbawa suasana".     

"Bisa jadi..".     

Hari itu Hendra merasa lebih banyak bicara dan berperilaku kekanakan. Dirinya tipe orang yang sulit berbincang santai dengan siapapun. Terkesan cuek bahkan tidak peduli dengan orang lain.     

(Capther 6)     

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~     

Setelah pemburuannya, Hendra mengingat sebuah diskusi ringan dengan Surya selepas menjemput Aruna di kampusnya.     

_Oh, ternyata aku terkesan padanya selepas menjemputnya di kampus, secepat itu dia mengambil hati ku_     

Pewaris Djoyodiningrat mulai memegangi pelipisnya.     

"Anda tidak perlu khawatir, dokter Diana mendukung anda menikah dengan istri anda kerena dia memiliki alasan yang kuat bahwa nona Aruna jalan anda mencapai kesembuhan total".     

"Ah' bagaimana bisa. Dia factor pemicu sekaligus penyembuh??". Logika Hendra tidak bisa menemukan relasi antara keduanya.     

"Tentu saja itu sangat bisa, karena Hyperarousal yang anda alami merupakan dampak dari trauma jangka panjang, titik awal trauma tersebut berasal dari kejadian buruk antara anda dan mommy anda".     

(Hyperarousal ialah berbagai gejala yang disebabkan kondisi fisik pengidap PTSD menjadi siaga ketika mereka mengingat atau terpicu memikirkan trauma yang pernah dialami. Seperti kondisi fisik Hendra yang secara tiba-tiba kesulitan bernafas, kehilangan suaran bahkan kesadaran ketika factor pemicu hadir dihadapannya)     

Tubuh Hendra mendingin tangannya bergetar dan kecemasan menerpanya ketika kejadian buruk itu mulai di gugah.     

"Kita berhenti dulu". (Tio)     

"Nathasya ambilkan air!!". Firman memerintah sembari panik mencari obat penenang. Nathasya tidak kalah sigap menyodorkan air pada CEO DM Grup.     

"Tenang.. aku tidak butuh obat aku hanya butuh waktu sejenak menenangkan diri ku". Pria ini meraih gelas berisikan air putih.     

Beberapa menit berikutnya..     

"Oke kita bisa lanjut". (Hendra)     

"Anda yakin?". (Nathasya)     

"Ya.. aku tidak punya banyak waktu aku meninggalkan istri ku sendirian di kamar".     

"Mommy anda adalah cinta pertama anda, sangat kuat perasaan anda padanya dan sama dengan istri anda dia sangat kuat mempengaruhi perasaan anda, anda bahkan menunjukan frustasi parah karena dia menolak anda. Benar kan?". Tio (Capther 55)     

"Jadi aku harus bagaimana?".     

"Apa anda benar-benar tidak ingin mengungkap kondisi anda yang sesungguhnya pada istri anda".     

"Aku masih butuh waktu untuk memikirkannya".     

_Aku tidak ingin dikasihani oleh pasangan ku apalagi dia yang aku cintai. Bagaimana pun juga aku ingin terlihat sempurna dimatanya_     

"Dulu anda tidak bisa menyelesaikan prosedur terapi hingga sembuh total karena mommy anda tidak mungkin menjadi bagian dari 'Psychosocial therapy'. Dan itu yang membuat tim dokter anda menyerah setelah menemani anda selama 5 tahun berturut-turut". (firman)     

"Kali ini kami sangat berharap anda tidak membuat kami menyerah". (Tio)     

"Nona Aruna bisa menjadi bagian dari 'Psychosocial therapy' yang anda butuhkan, dia gadis yang riang sehat dan kami sudah menyelidiki kepribadiannya dengan bantuan Pradita, dia memiliki latar belakang sebagai anak yang baik sejak kecil". (Firman)     

(Psychosocial therapy atau terapi psikososial, Turner (1978) adalah bentuk penyembuhan dimana pengetahuan-pengetahuan tentang bio-psiko-sosial  manusia dan perilaku masyarakat; keterampilan  dalam  berelasi  dengan  individu,  keluarga,  dan masyarakat;  serta kompetensi dalam memobilisasi sumberdaya-sumberdaya yang tersedia dipadukan  (combined) dalam  medium  relasi-relasi  individual,  keluarga  dan  kelompok  untuk  membantu orang mengubah kepribadiannya, perilakunya, termasuk penyembuhan PTSD)     

"Wah, kalian sudah sejauh itu ternyata".     

"Sebenarnya yang aku butuhkan sementara ini adalah aku bisa melihatnya terpejam dalam tidur, sesederhana itu keinginan ku, Selebihnya.. sekali lagi aku butuh waktu".     

"Untuk keinginan sederhana anda, mohon maaf kita tetap membutuhkan perannya, syndrome anda tidak serupa dengan pobia ketinggian atau pobia ruangan sempit. PTSD anda lahir dari interaksi antar individu, dan interaksi pula yang bisa menolong anda". (Firman)     

"Sejujurnya aku punya kesepakatan tertentu dibalik pernikahan ini, makanya aku bisa bertahan melewati malam dengannya walau masih dalam tahap mencoba".     

"Mungkin kesepakatan ku ini bisa kita manfaatkan". Hendra menambahkan.     

"Sebenarnya anda bisa melihatnya terpejam dalam tidur tanpa masalah?". (Tio)     

"Ah' yang benar??".     

"Itu resikonya kalau anda terlalu pandai membuat kesimpulan sendiri tanpa konsultasi dengan kami". (Nathasya)     

"Kami sudah menyelidiki 2 kronologi anda kehilangan kesadaran, ke duanya dalam posisi kondisi fisik nona Aruna sedang bermasalah. Sama seperti mommy..". Tak ingin menggugah ingatan firman berhenti.     

"Tapi melihatnya tertidur dalam lelap tanpa kecemasan membutuhkan tahapan". (Tio)     

"Apa pun tahapannya atau caranya akan aku lakukan".(Hendra)     

"Malam ini anda tidak pingsan karena mungkin anda mengetahui dia bernafas, berdetak, bergerak atau bicara?". (Tio)     

"Ah' iya aku bisa menyakinkan diri ku karena aku tahu dia menyapa ku".     

"Pastikan ketika anda berbaring bersama, anda bisa merasakan tanda-tanda kehidupan dari-nya". (Tio)     

"Tanda kehidupan??". Hendra menerawang mencari pemahaman.     

"Maksud mu aku harus memastikan dia berdetak, bernafas semacamnya".     

"Paling mudah adalah peluk dia dan rasakan denyut, nafas dan gerakan alamiahnya".     

"Bagaimana dengan menyentuh denyut nadinya, apa sudah cukup?".     

"Semua yang kita paparkan adalah teori dan anda sendiri yang harus bereksperimen!".     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.