Ciuman Pertama Aruna

So Lonely



So Lonely

0_Nafas siapa ini?_     

_Detak jantungnya bahkan terdengar_     

_Ah' tubuh? Mommy?_ Pria ini terbelenggu, mengembara antara mimpi yang menghiasi malam-malamnya dan kesadaran yang tersamarkan.     

'Hug me tonight, don't break your promise'     

'Why I was so lonely?, Mommy said you would still love me'     

'Why do I have to sleep alone?'     

'Did you forget, I was afraid to sleep alone?'     

_Terimaksih menemani ku malam ini_     

Lelaki kecil yang lahir dari negri nanjauh disana, hidup berdua bersama mommy-nya tak terpisahkan. Hanya dia yang dilihat, dicintai dan dipunyai sejak hari pertama melihat dunia.     

Pria itu kini meringkuk mencari-cari pelukan mommy-nya, memeluk dan mendekap sedalam-dalamnya serupa cara little boy, lelaki kecil berusia 5 tahun.     

Berlama-lama, nyaman dan dia tak takut lagi tidur sendirian. Senangnya.. mommy-nya sudah boleh menemaninya tidur.     

_Tunggu, bukankah ini cuma mimpi?_     

_Bagaimana bisa terasa hangat?_     

_Dimana ini? Diaman aku?_     

_Kenapa? Ah kenapa ada tubuh dipelukan ku_     

_Bajunya??.. mimpi apa aku?_     

Hendra mengerjapkan mata, Mendapati tubuh terlunglai dalam pelukannya.     

"AAARGH!". Putra Gayatri mendorong Aruna, menjauh dan jatuh tersungkur di bawah ranjang. Dadanya sesak dan mulai kesulitan bernafas, memukul lambat dadanya mencoba menemukan kesadaran. Ini mimpi atau benar-benar kenyataan.     

"Hendra.. Kau kenapa?". Istrinya bangkit menyapa menunjukan wajah bingung.     

"Ada apa dengan mu?".     

Pria ini sempat berusaha mundur sesaat. Melebarkan mata memastikan bukan ibunya.     

"Huuh.. huuh..". Mengontrol diri, mencoba membuat nafasnya kembali.     

_Ingat Hendra, dia bergerak.. dia bangun.. dia bernafas.. dia hidup.. tak akan mati.._ Hendra bergulat dengan dirinya sendiri.        

"Aruna ambilkan aku minum". Perempuan mungil segera menuruti permintaan suaminya. Mendekati Handra yang masih terduduk dilantai, memandanginya sembari menyerahkan air putih dalam gelas.     

"Kau mimpi buruk?". Hendra berkeringat dimana-mana.     

"Ya, sepertinya begitu".     

Dia terlihat kelelahan dengan nafas ngos-ngosan.     

"Apa kau baik-baik saja?. Apa yang bisa aku bantu?".     

"Em.." Aruna berjalan mencari tisu, mungkin peluhnya perlu dikeringkan. Disaat bersamaan Hendra mulai bangkit dan memasang alas kaki.     

"Ganti baju mu". Pinta Hendra. Pria itu sudah membalik bantal tempat Aruna menyimpan kunci kamar.     

"Kau mau kemana selarut ini?".     

"Tidurlah! Aku usahakan kembali". Hendra berjalan tanpa menoleh lagi. Menyusup keluar dari kamar.     

Sama seperti rasa penasaran Aruna dengan Handphone lelaki bermata biru. Aruna mengendap-endap mengikuti punggung Hendra. Pukul 02.30 malam, kemana dia akan pergi. Pria itu menyusuri Lorong-lorong rumah induk yang lebih mirip seperti kastil. Dia menaiki tangga menuju lantai 3. Tepat satu lantai di atas kamar mereka.     

"Siapa yang ditemuinya? Siapa perempuan itu?".     

Hendra terlihat berbincang-bincang sejenak dengan perempuan muda seusianya. Lalu menghilang memasuki pintu di depan mereka.     

Aruna bergerak mendekat mencoba mencuri dengar. Mungkin pintu didepannya bisa di kuping kalau perlu bisa di intip. Nyatanya semuanya nihil.     

Dia menjauh dan duduk ditepian paling tersembunyi untuk mengamati pintu tempat Hendra menghilang. Hingga rona fajar menyapa Hendra tak kunjung keluar.     

Perempuan ini merelakannya. Berjalan dengan segera menuju kamarnya. Sempat berhenti sejenak menerawang rumah besar keluarga Djoyodiningrat. Setiap sisi di rumah ini terlalu rumit dipahami. Dan Hendra benar-benar lelaki misterius.     

***     

"Kenapa kamu tidak bercerita sejak awal tentang keadaannya?".     

"Maaf aku hanya berfikir dia..".     

"Sudah cukup, aku tidak ingin mendengar alasan mas Pandu. Mari kita buat dia bangkit dan berkarya kembali".     

Pandu dan bang Bay. Composer yang memberi banyak dukungan, arahan dan kini bertransformasi sebagai penolong bagi Danu Umar. Memintanya pindah dan tinggal dirumah yang sekaligus markas bagi para artis, pemain music, penulis lagu dan banyak hal terkait seni suara maupun sajak bergerak dan tercipta di rumah ini. Rumah yang sekaligus studio music.     

.     

.     

"Jika aku jadi kamu, aku akan memanfaatkan patah hati ku untuk menulis sebanyak-banyaknya lirik, sajak, yang membuncah di dada ku"     

"Bukan karena lagu-lagu patah hati akhir-akhir ini sangat diminati, namun supaya kita bisa menumpahkan perasaan kita sebanyak-banyaknya sampai rasanya kosong dan lebih lega".     

Damar lebih rapi sekarang setelah kepindahannya kerumah ini.     

"Kenapa anda begitu peduli pada saya?".     

"Karena aku pernah menjadi seperti mu dan akhirnya tidak juga menemukan yang lain". Bang Bay Wijaya, Legenda Indonesia dalam industri music yang masih setia dengan ke sendiriannya.     

"Aku menciptakan banyak kesalahan dulu, lebih tepatnya aku terlalu percaya diri menyerahkan pilihan kepada dia. Aku lupa dia perempuan, perempuan yang hatinya mudah goyah. Yang memilih sesuatu demi kebaikan bukan karena hati dan perasaanya. Mereka pandai berkorban".     

"Yang ke dua, karena aku sangat tahu patah hati yang paling berat dan hebat adalah patah hati seorang seniman. Kita merupakan perasa dari banyak suasana hati yang kita lewati. Jika kita tidak pandai bangkit dengan cepat kita akan berakhir sangat buruk hanya kerena terbelenggu perasaan kita".     

"Sekarang tatap kedepan dan ambil dia dengan cara benar. Jangan buat kesalahan seperti yang aku lakukan. Sadarkan dia sesadar-sadarnya bahwa ada kamu yang tak bisa dia abaikan".     

"Kapan kau akan berjumpa dengannya?". Bang bay memandangi peramu sajak muda yang merupakan cermin dirinya dimasa lalu.     

"Pesta pernikahannya seminggu lagi".     

"Buat sesuatu yang bisa melekat kuat pada dirinya. Ciptakan lagu baru khusus buatnya. Nyatakan keberadaan mu dengan benar!".     

Damar mengambil rokok mengikuti cara bang bay merokok. Laki-laki lebih tua itu memukul tangannya.     

"Aku tidak ingin kau menjadi seperti ku, kau malah menirukan ku".     

"Boleh aku beristirahat sementara untuk tampil di depan publik?".     

"Memangnya aku pernah menyuruh mu tampil di depan publik?, dari awal aku hanya membimbing mu berkarya karena kemampuan mu yang menarik perhatian itu, selebihnya kau sendiri yang melibatkan diri mu pada manajemen artis yang semena-mena itu?!".     

"Ah' Anda benar".     

"Buat lagunya dan biarkan mereka para pemburu ketenaran yang bernyanyi".     

"Baik bang bay".     

"Oh iya kau mau tahu alasan ke tiga kenapa aku mau membantu mu?". Pernyataan lelaki ini hanya berbalas dengan tatapan penasaran.     

"Jangan menatap serius seperti itu, Karena alasan ke tiga ku aku butuh anak laki-laki untuk menemani ku nonton bola. Hahaha".     

"Ayo kita taruhan!".     

"Saya sangat ahli memprediksi skor, jangan sampai anda kalah". Damar mulai kembali pada dirinya, entah dia sang idola atau dia si rambut panjang yang pandai membuat suasana menyenangkan.     

***     

"Aruna kau tidak boleh kemari!". Seseorang berbicara dibalik panggilan WA Vidio.     

"Em.. kenapa aku kan ingin membantu kalian".     

"Yang benar saja?! Kamu kan… hehe pengantin baru". (Lili)     

"Iya benar, tak perlu meng khawatirkan kita..". (Dea)     

"Tapi kalian sangat sibuk".     

"Akan lebih sibuk lagi kalau, laki-laki posesif itu datang kemari mencari istrinya dengan matanya menyala-nyala". (agus) Wajahnya tidak muncul tapi suaranya nyaring.     

"Gus bisa nggak kamu tidak blak-blakan. Lama-lama kamu mirip Dam.. Eh pokoknya jangan kesini!". (Lili)     

"Tapi maaf kami banyak menolak customer, tenaga kita nggak cukup. Sepetinya kita perlu mengaktifkan kembali rapat mingguan dech.. harus ada kebijakan baru atau Lili stress kehilanggan banyak uang karena menolak pesanan". (Dea)     

"Wah kayaknya kita perlu nambah personil ya".     

"Aruna apa tak masalah kamu masih kami ganggu mengerjakan desain". (Lili)     

"Mengganggu?? Inikan tanggung jawab ku.. bagaimana bisa kau bilang mengganggu.. aku malah bingung mau ngapain kalau kalian tidak memberi ku pekerjaan. Jadi kirim sebanyak-banyaknya!".     

_Karena Hendra tiap saat menghilang entah kemana, kadang dia muncul sesaat lalu pergi lagi. Seperti tadi pagi, dia hanya membersihkan dirinya lalu bersiap-siap pergi kemudian menghilang kembali_     

"Apa nggak masalah??".     

_Kau sangat kaya sekarang, masak kamu masih saja naif dan menyia-nyiakan kekayaan mu. Dasar Aruna! Selalu payah!_ (Lili)     

"Sangat tidak masalah.. oh iya untuk penambahan personil, jangan lupa lirik teman-teman desain kita Dea. Mungkin mereka ada yang tertarik".     

"Baik Ajumma". (Tante/perempuan sudah menikah)     

"Hai kau memanggil ku Ajumma aku tidak terima. Awas kau ya.."     

"Hahaha". (Lili & Dea)     

"Em.. Aruna beberapa hari ini kita kedatangan anggota baru..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.