Ciuman Pertama Aruna

Sido Asih



Sido Asih

0"Tuan muda!, Adik ku pasti tidak mau memakainya. Bantu aku memaksanya!". Kalimat perintah mendesak.     

"Kakak.. apa-apaan sich..!". Hendra berdiri meraih bagiannya, setelah selesai terpasang untuk dirinya sendiri. Dia mengangkat bahunya seolah memberikan pernyataan: 'Terima saja dari pada ribut'.     

Dengan terpaksa Aruna menerima bantuan calon suaminya memasangkan selempang bertuliskan calon istri. Aruna terdengar membuang nafas.     

"Oh iya satu lagi! Mana hadiah yang aku minta khusus buat Aruna". Kakak perempuan Aruna sekali lagi mendesak Hendra.     

Dia ingin Aruna mendapatkan cincin pertunangan.     

Mata biru mengeluarkan sesuatu dari kantong yang terselip dijas-nya.     

"Maaf aku tidak bisa memberikan cincin pertunangan, karena itu melanggar tradisi keluargaku. Kami tidak diijinkan memberikan cincin sebelum pernikahan dilangsungkan".     

"Tak masalah kan jika aku menggantinya dengan ini". Wadah sebuah brand perhiasan sembarangan tergeletak sembarangan. Sebelumnya Hendra sudah mengambil kalung cantik dan berusaha meminta ijin Aruna agar berkenan memakainya.     

Dua orang perempuan tampak tersentak oleh susunan hurup yang tertulis pada wadah tersebut, tentu saja mereka adalah Lilian dan Alia. Harry Winston, membuat dua perempuan ini tidak bisa berkedip. Dan merasa sedikit jengkel melihat Aruna yang biasa saja menerimanya.     

"Biar ku pakai sendiri". Aruna mengambil kalungnya.     

"Oh' ok". Hendra pasrah saja.     

"Hai.. apa-apaan itu". Alia mendekat, membalik tubuh gadis payah.     

"Ah' kakak, kenapa sich!?". Dia keberatan ketika kalung ditangan Aruna dikembalikan kepada pemiliknya. Lalu meminta CEO DM Grup memakaikan kalung tersebut dari tangannya sendiri, melingkarkan pada leher Aruna.     

"Waah… Cantiknya..". Alia yang lebih bersemangat dan terpesona menatap kalung indah pada leher Aruna.     

"Kau tahu, tabungan kakak lima tahun belum tentu bisa membelinya". Alia mencoba meluruskan ketidakpekaan Aruna.      

"Kakak saja yang menikah dengan..". Aruna hanya mampu melirik pria yang dimaksudkan.     

"Tidaaak. Kak Aditya lebih ku sayang..". Alia gadis yang santai apa adanya.     

"haha". Terdengar suara tawa Aditya dan yang lain cenderung merinding mendengar pernyataan cinta kakak perempuan Aruna.     

"Baiklah.. ayo kita makan saja teman-teman. Kasian makanannya". Ajakan Aruna membuat happy teman-teman Surat Ajaib. Mengakhiri adegan drama yang menjenuhkan. Begitulah isi otak Aruna.     

"Bentar-bentar jangan makan dulu… kita perlu mengambil foto dan potong kuenya juga belum!". Alia keberatan.     

"Ribet amat sich kak. kita makan aja!".     

"Gak boleh…!"     

"Berhenti.. semuanya berhenti!". Alia ribet.     

.     

Detik berikutnya.     

Secara mengejutkan.     

"Hai… Aruna… hehe… Senangnya..". Pemuda berdiri kacau didepan mereka. Menghentikan semua aktivitas.     

"Akhirnya aku menemukan mu.. hehe". Pemuda ini sempoyongan dengan bau Alkohol. Beberapa orang terpaku dan mulai tidak bisa menyembunyikan emosi kesedihan mereka. Sebagaian dari mereka tahu Damar membenci minum itu setengah mati karena ibunya pecandu.     

"Damar ayo.. ikut aku". Agus berdiri berusaha menariknya.     

"Tidak! Kenapa kau mengusir ku Gus!".     

Dea tidak tahan melihatnya, gadis melo ini tiba-tiba mengeluarkan suara isak, tak bisa dia kendalikan.     

"Maaf..". Dea terlihat sangat sedih, suara geseran kursi dan langkah larinya meninggalkan kerumunan ini menusuk yang lain.     

Surya ikut berdiri mendekati pemuda itu. Di lain pihak terlepas dari pengamatan yang lain. Seseorang mencengkeram kuat tangan calon istrinya dan berbisik lirih rendah hanya untuk mereka berdua: "sekali saja kau berniat mendekatinya, dia akan ku hancurkan".     

Aruna baru saja diancam pewaris Djoyodiningrat yang memiliki kekuasaan tak terbatas. Ekspresi menakutkan itu muncul begitu saja.     

"Kenapa kau juga ingin menghentikan ku haha..". Damar memperingatkan Surya dengan nada kacau. Karena pengaruh alkohol.     

"Hai, kalian semua tahu kan dia milik ku.. Aruna milik ku sejak awal".     

"Kalian tidak boleh lupa aku disisinya bertahun-tahun". Kini yang lain tidak bisa menahan kesedihan. Alia memeluk Aditya sambil menangis. Yang lain mulai tidak tahan mata mereka memerah.     

"Aruna milik ku..".     

Aruna kosong, Berusaha melepaskan diri dari penguasa disampingnya. Tak berani menangis karena dia diancam tidak boleh menangis.     

Hendra berdiri, menarik paksa calon istrinya.     

"Laki-laki itu tidak layak mendapatkannya…".     

"Lepas..!". Damar berontak dari Agus dan Surya.     

"Kau tidak berhak menariknya.. dia milik ku..".     

"Jangan ambil dia.. ku mohon…". Pemuda ini kacau dan meraung-raung, bersama tubuhnya yang didorong paksa oleh Surya dan Agus.     

"Kembalikan Aruna padaku.. ku mohon… dia.. dia milik ku sejak awal… kalian tidak boleh lupa… Kembalikan dia..". Suaranya menghilang, pedih dan memilukan. Dia meraung tak terkendali. Menyisakan siksaan bagi yang lain.     

.     

.     

Kini giliran gadis itu yang dilempar kedalam Rolls Royce.     

"Jalan!". Tuan muda menyuruh ajudannya membawa dirinya dan calon istrinya menjauh dari tempat ini.     

Mata biru memegangi pelipisnya berfikir keras.     

Suara sesenggukan disampingnya sangat menyiksa. Melepas kasar selempang bertuliskan calon suami.     

"Jika kau seperti ini, aku tidak akan tahan. Telan tangis mu atau aku akan bertindak!". Ancaman itu dingin menyergap tubuh Aruna. Dia benar-benar menelan tangisnya. Menggigit bibirnya dan tangannya tergenggam bergetar.     

Sesunggunya perilaku Aruna yang seperti itu lebih menyiksa. Itu artinya gadis mungil ini benar-benar peduli dengan pemuda bernama Damar. Dan ketakutan terhadap ancamanya.     

***     

"Hai.. bangunlah.. Hari ini dia menikah bukan?!".     

"Jika benar kata mu. Bahwa mereka hanya menikah selama dua tahun. Kenapa kau tak bangkit sekarang!". Seorang pemuda mengerjapkan matanya. Sudah seminggu dia terbenam dalam hidup berantakan.     

Selimut lusu dan wajah lusu kurus kering tidak terurus menyelimuti dirinya. Rambut dan bulu diwajahnya membuatnya tidak terlihat layaknya idola para remaja. Bintang itu menghilang. Lenyap entah kemana.     

Namun managernya masih setia menemani.     

"Aku punya cara agar kamu bisa hadir dipesta pernihakannya". Pemuda itu menyingkap selimut pada tubuhnya. Mendengarkan dengan seksama.     

"Ketika kamu bisa hancur hanya karena perempuan itu, kamu juga bisa tumbuh oleh perempuan itu bukan?!".     

"Temui dia, ini peluang terakhir mu".     

"Mungkin kalian memang berjodoh, WO (Wedding Organizer) mereka mengundang mu sebagai salah artis yang akan perform menghibur tamu undangan".     

"Aku sudah konfirmasi apakah ini permintaan special dari mereka atau pilihan acak WO, tenyata mereka menyerahkan semua pengisi acara kepada WO".     

"Artinya kau bisa datang tanpa rasa khawatir".     

"Ku pastikan kamu punya kesempatan bicara dengannya".     

"Bangkitlah".     

Pemuda ini benar-benar berdiri melangkah dan mulai membersihkan dirinya.     

***     

Perempuan mungil dibalut kebaya putih dan jarik motif Sido Asih bermakna sebuah doa, semoga pasangan suami istri dilimpahi kasih sayang dan kebahagiaan sejalan pernikahan mereka.     

Jarik pilihan oma Sukma membatasi langkah kakinya, dia berjalan perlahan bersama tangan ayah Lesmana yang setia memeganginya.     

Diujung sana seseorang bermata biru, menegakkan tubuhnya. Menatap dengan penuh makna, guratan lesung pipi tertangkap sekilas dibalik raut muka tegangnya.     

Semua orang ditaman indah bernuansa putih ikut tertegun. Sang pria begitu tampan mencuri banyak perhatian. Sikap gugupnya tertangkap demikian manis.     

Kini gadis pembawa pisau bermata dua duduk disampingnya dalam diam. Seseorang menyuguhkan tangan untuk Hendra jabat. Dan secara perlahan dia kumpulkan kemantapan hatinya, sejenak mencoba melirik perempuan yang duduk disamping. Cantik dan indah, walaupun matanya kosong dan hanya terdiam.     

Sesaat sebelum meraih telapak tangan ayah Lesmana. Lelaki bermata biru mecari dan meraih tangan gadis yang dulu riang dengan sinar kemerahan. Menggenggamnya, bersumpah kepada diri sendiri akan mengembalikan sinar kemerahan itu.     

Barulah dia meraih tangan ayah Aruna dan melafalkan ikrar.     

Hampir semuanya terlihat menghangat. Berucap syukur dan terdengar tepuk tangan sayup-sayup. Seiring kedua mempelai ini menandatangani buku pernikahan mereka. Kemudian menunjukkannya kepada tamu undangan.     

Sayangnya keduanya menyadari tidak semua tamu undangan menghangat. Kakak laki-laki keluarga perempuan pergi sebelum acara usai, disusul kakak perempuannya.     

Punggung mereka tertangkap diujung sana. Terlihat tunangan Alia menghentikan langkah kepergian kekasihnya bahkan perselisian itu tak bisa dielakkan. Hanya orang yang jeli dan menghadap ke arah tamu undangan yang bisa menangkap kejadian tersebut.     

Hal yang lain yang dipahami mempelai perempuan adalah teman-temannya yang tak seberapa itu sedang menahan getir. Mereka menyadari ada seseorang yang hancur dibalik pernikahan yang indah ini.     

"Aruna..".     

"Kemarilah.. mereka ingin kita lebih dekat". Hendra memeluk istrinya yang kini jadi perempuan pendiam.     

"Sekarang cium keningnya". Minta para pemegang kamera.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.