Ciuman Pertama Aruna

Calon Suami & Calon Istri



Calon Suami & Calon Istri

0Dia tidak terkendali menumpahkan semua rasa lelahnya mengisak dan memukul lebih kejam. Terlalu lelah menghadapi lelaki bermata biru perebut impian-impian masa mudanya. Tiga bulan lalu dia datang membawa perjanjian pernikahan kontrak dan hari ini dia mengutarakan omong kosong bersama perilaku kasar yang dipaksakan.     

"Aruna… Sudah.. Sudah!".     

"Maaf.. maaf kan aku". Dia sudah terlambat. Gadis ini kehilangan kendalinya.     

Sang pewaris tunggal Djoyodiningrat menangkap tangan gadis itu, mencoba membuatnya sadar. Namun si dia sudah kalab tidak mau berdamai dan akhirnya lelah sendiri. Dia capek dan mulai menghapus air matanya.     

"Maaf..". Hendra memasang muka bersalah memohon ampunan.      

"Pergilah.. aku muak melihatmu.. aku ingin sendiri..".     

Mata biru mengamatinya dari kejauhan, gadis yang mencuri banyak perhatian dan kegilaannya masih duduk disana termenung tidak bergerak.     

Entah siapa yang merasukinya. Tiap kali berada didekat Arun Hendra selalu merasa kesulitan menjaga akal sehat. Si merah milik Aruna seperti candu baginya, walau dia paham dan sadar akan berakhir sebagai masalah. Sayangnya otaknya selalu lumpuh tidak berfungsi.     

Aruna kini tertangkap mata sedang berdiri. Sedikit kesusahan mengangkat gaunnya yang lebar, dibiarkan bergesekan dengan rerumputan. Berjalan lurus mendekati Danau didepan.     

"Apa yang dia lakukan??". Hati sang pengamat mulai bergemuruh.     

Aruna mendekati Danau yang terhampar didepan matanya. Semakin dekat dan berhenti sejenak, mengamati, kemudian melangkah lagi. Kakinya tersentuh air, menunduk semakin dekat.     

Hendra berlari secepat yang dia bisa, menangkap punggung gadis yang seolah akan menghilang dibalik danau.     

"Apa yang kau LAKUKAN?". Gertakan dan tangan yang mendekap dari belakang mendapat perlawanan.     

"Aaargh.!! Lepaskan aku!".     

"Lepas!!". Gadis ini berontak.     

"Beraninya kau bunuh diri di HADAPAN KU!!". Hendra marah besar mendekapnya tak berniat melepas.     

 "Siapa yang akan bunuh diri?!"     

"Aku mau cuci muka!!".     

"Benarkah?".     

"Tentu saja!".     

"Kau menatap air seperti itu aku pikir kau akan bunuh diri". Hendra perlahan menyadari dirinya terlalu paranoid.     

"Aku ingin melihat diri ku! Bertengkar dengan mu dan menangis seperti itu, aku yakin muka ku berantakan!".     

"Puas!. Sekarang lepas kan aku".     

Hendra meletakkan kaki Aruna kembali ke tanah dan merelakannya.     

Aruna berbalik dan menatapnya penuh kemarahan. Ah' dia sangat berantakan. Rambutnya mulai acak-acakan dan makeup-nya tak lagi membuatnya cantik.     

"Pembawa sial, menyingkirlah jauh-jauh dari ku!". Aruna mengumpatnya terang-terangan, berbarengan usahanya kembali berbalik ingin menatap dirinya diair danau. Sayang Aruna lupa gaunnya terlalu lebar dan sulit dikendalikan.     

"Byuur!". Dia benar-benar jatuh kedalam Danau.     

Hendra yang mulai melangkah pergi tertegun sesaat mendengar suara Aruna.     

Mata biru bergegas melemparkan dirinya ke dalam Danau, membatu gadis yang kesulitan menggapai permukaan karena gaunya mengembang dan membelenggunya ditiap sisi.     

"Kau baik-baik saja Aruna?". Hendra berhasil mengangkat dan mendudukan tubuh gadis itu direrumputan tepian danau.     

"Ha.. haha". Cucu Wiryo tertawa aneh, untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya dia menertawakan hari yang konyol ini.     

Selalu tidak ada yang benar tiap kali bersama putri Lesmana.     

"Aku mau pulang".     

"Pulang kemana ini kan juga rumahmu?".     

"Belum! Sembilan hari masih berharga untuk ku, menikmati masa bebas".     

"Kau analogikan pernikahan kita, sebagai ruang tahanan?!". Pria ini mendekat berniat mengangkat tubuh Aruna.     

"Menyingkir..!". Aruna menutup dadanya dengan kedua tangan. Sepertinya ada sesuatu yang takut di intip.     

Hendra tersenyum mengingatnya.     

"Baiklah naiklah kepunggungku". Hendra menyuguhkan punggungnya untuk gadis mungil berantakan. Lama dia menunggu sebelum akhirnya disambut oleh baju basah yang menjuntai kemana-mana, membalut calon istrinya.     

.     

.     

"Kau ingin kita bulan madu kemana?".     

"Kerumah ayah Lesmana!".     

"Tidak ada bulan madu seperti itu".     

"Aku maunya begitu".     

"Bisakah kau memiliki permintaan yang lebih luar biasa?"     

"Aku punya pulau pribadi di kepulauan Lombok. Mau kesana?".      

"Tidak..! Rumah ayah ku lebih aman dan menyenangkan".     

"Keras kepala!".     

"Ya.. Aku harus memastikan diri ku aman dari pria mesum seperti mu!".     

***     

"Lagi-lagi..!!". Seorang manager melempar surat penawaran kepada artis yang dia dampingi.     

"Sampai kapan kau akan begini".     

"Kau membuat banyak jadwal berantakan!. Sekarang bahkan berani menolak kontrak sebesar ini".     

"Apa mau mu Danu!!". Pandu marah besar.     

Pemuda padang hanya terdiam tidak peduli, dimarahi Pandu adalah makanan sehari-harinya saat ini. Dia mulai terbiasa.     

"Hentikan!". Pandu mengambil handphone pemuda itu. Dia memainkan game sejak tadi. Dan selalu begini tiap kali kena marah.     

"Baiklah.. sekarang mau mu apa?". Pandu lelah menghadapinya.     

"Aku tidak tahu.. mungkin aku ingin berhenti!".     

"lagi-lagi itu yang kau katakan".     

"Kau sudah memulainya dan kau harus bertanggungjawab.. Siapa yang membuat mu kacau begini??. Gadis itu lagi?".     

Damar terdiam, tak ada kata balasan.     

Pandu memainkan handphone Damar, mencari dan menyuguhkan foto gadis yang tersembunyi digaleri handphone pelantun Rona Kemerahan.     

"Lihat ini". Pandu meletakan dua Handphone dihadapan Damar. Satu Aruna bersamanya dan satunya adalah foto yang beberapa hari lalu hangat di sosial media. CEO DM Grup bersama calon istrinya.     

"Jangan katakan dia gadis yang sama".     

"Aku sudah curiga sejak awal, mobil yang datang ketika kita menunggu pacar mu didepan rumahnya, bukan milik sembarang orang".     

"Relakan dia.. cobalah membuka diri".     

"Kau akan perlahan hancur jika terus-menerus seperti ini. Kalau kau memang sudah tidak peduli dengan karier mu, Tidak masalah. Minimal pedulilah dengan diri mu sendiri". Manager ini tampak khawatir. Danu Umar, artis bertalentanya tampak linglung beberapa hari ini. Tidak bisa di ajak berkomunikasi dengan benar. Bahkan dia tidak melihatnya makan atau mengurus dirinya sendiri.     

Damar beranjak, meraih handphone-nya. Dia ingin pergi dari situasi yang membuatnya semakin kalud.     

"Kamu mendapat undangan dari Sarah".     

"Pergilah! Cari dan temukan teman-teman baru. Hanya itu caramu untuk sembuh".      

"Kalau kau terus-terusan mengurung diri seperti ini, Ah' sudahlah.. aku capek mengingatkan mu".     

"Datanglah ke pesta Sarah, akan banyak artis seusia mu di pestanya.. mari kita cari suasana baru".     

_Kalau kau tak mau.. siap-siap akan ku paksa kau berangkat_     

***     

"Surprise..!!".     

"Ye…". Sorakan senang kak Alia berpadu tepukan tangan. Aruna masih mencari kesadarannya.     

Matanya tertutup sejak ditengah perjalanan ketika menuruti permintaan kak Alia untuk menemaninya makan malam.     

Kabarnya dia harus mengenakan gaun indah karena ini makan malam special yang di suguhkan kak Alia dan kak Aditya untuk dirinya.      

Nyatanya ada teman-temanya Surat Ajaib di sini. Lengkap 5 orang termasuk yang muda Tito dan Laras.     

Aruna tersenyum, sedikit menggetarkan dirinya ketika sebuat kue dihadapanya bertuliskan 'Bridal Shower'. Mencoba membuat orang-orang tidak kecewa. Gadis ini memasang ekspresi ceria dalam kepalsuan. Dia tidak suka.      

Sebenarnya Hendra pernah memberi penawaran, mempersilahkan Aruna memilih tanggal pesta seperti ini untuk teman-temannya. Dan dia tolak mentah-mentah.     

Celakanya, tidak lama setelah basa-basi dengan teman-teman. Laki-laki bermata biru menyebalkan itu datang. Di iringi Aditya dan tentu saja sekertarisnya.     

Aditya secara spontan memeluk dan cipika cipiki dengan kak Alia. Mereka pasangan dewasa yang elegan. Sedangkan dia dan CEO gila itu hanya saling memandang dengan kikuk. Terakhir kali bertemu, mereka bertengkar menghasilkan kondisi berantakan.     

Hendra dan Aruna semakin kikuk ketika mereka terpaksa duduk dalam kursi berdekatan. Sejujurnya dua orang ini tidak tahu harus ngapain. Pesta semacam ini belum pernah ada di benak Mahendra apalagi Aruna.     

"Baiklah kita mulai.. semuanya sudah lengkap".     

"Huuh… hahha.. yee..". Suara gaduh terdengar hingga lantai bawah.     

"Ada apa di atas?". Aditya bertanya kepada kekasihnya. Merasa terganggu karena orang-orang disekitar juga merasa terganggu.     

"Kabarnya ada pesta ulang tahun artis diatas".     

"Maaf ya.. aku reservasinya kurang oke.. gak tahu juga kalau akan ada yang mengganggu seperti ini". Alia merasa bersalah.     

"Tak apa kak kita mulai saja". Aruna menenangkan.     

"Karena pesta kecil-kecilan ini sedikit berbeda. Harusnya untuk cewek aja atau cowok aja. Tapi disini ada mempelainya sekalian, jadi kita pakai ini!". Alia mengeluarkan sebuah slempang bertuliskan calon istri dan calon suami. Wajah Aruna langsung suram, Tapi Hendra malah tersenyum kecil. Merasa hal tersebut sangat lucu.     

"Tuan muda!, Adik ku pasti tidak mau memakainya. Bantu aku!". Kalimat perintah mendesak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.