Ciuman Pertama Aruna

Plan B



Plan B

0"Dr. Nathasya M Triyuono Sp.Kj, itu nama mu?". Tanya Mahendra.     

"Ya benar".      

"Berapa usia mu?"      

"26 tahun".     

"Oh' ternyata kita hampir seumuran".     

"Ah' yang benar?".     

"Apa aku terlihat tua?". Hendra mengerutkan alisnya.      

"Tidak juga sich, namun ku pikir dengan jabatan setinggi anda, wajar kan jika saya berfikir anda bisa jadi lebih tua?"     

"Yach.. kau benar".     

"Berapa usia anda?". Tanya Nathasya.     

"Kalian tidak membaca identitasku?". Hendra tidak yakin orang ini tidak tahu.      

"Hehe.. saya tahu, satu bulan lagi anda 28 tahun. Benar kan?"     

"Kau.. bukan perempuan polos".      

"Apa??". Nathasya tersentak dengan ungkapan Hendra.      

_Wah kata-katanya benar-benar sadis_     

"Sudah ku bilang kan, aku cukup banyak mengembara dalam dunia percintaan sampai kena karma segala". Terlanjur sudah basah, mandi aja sekalian. Dan Nathasya nyemplung mengakui ketidak polosannya yang diungkap dengan sadis.     

"Besok aku bertemu dengan Aruna, aku ingin dia nyaman dengan ku. Minimal tidak ada ekspresi tertekan pada raut wajahnya. Hal sesimpel itu sudah sangat susah aku raih".      

"Ya aku tahu".      

_Aku saja tertekan komunikasi dengan mu, bagaimana dengan calon istrimu? dijodohkan pula. Dia pasti tersiksa_ Nathasya mulai membuat kesimpulan.     

"Kau tahu apa??". Hendra kembali penasaran.     

"hehe.. anda membuatnya tertekan".      

Tiba-tiba wajah tuan muda Djoyodiningrat memelas.      

"Tenang aku bisa membantu anda".      

"Benarkah..?". Wajahnya mendadak berubah senang.      

"Ya tentu. Tapi saya perlu konfirmasi beberapa hal, supaya jelas".     

"Benarkah anda tidak memiliki banyak teman?. Em.. aku pernah membacanya sich, secara latarbelakang anda sangat menarik aku tidak percaya 100%". Nathasya mencoba konfirmasi keadaan Hendra.      

"Ya. Kau benar aku tidak dekat dengan banyak orang. Bahkan aku tidak dekat dengan keluargaku sejak kejadian itu. Termasuk tentang pertemanan, aku tidak begitu membutuhkannya. Karena mereka yang datang cenderung berharap sesuatu dariku".      

"O.. baiklah sekarang aku paham".     

"Anda tidak memiliki kehidupan sosial yang bagus sehingga anda kesulitan menempatkan diri. Mungkin hal semacam ini bisa menguntungkan bagi karir bisnis anda karena anda terlihat dominan. Namun, akan berbeda seandainya anda mengharapkan kedekatan secara personal".      

"Anda harus mulai 'mengerim'. Ah' apa ya Bahasa yang lebih benar??". Dia bingung sendiri.      

"Menahan". Hendra membantu.     

"Iya benar.. Anda harus mulai menahan rasa dominan anda".      

"Misalnya?".     

"Berusahalah melihat segala sesuatu dari dua sudut pandang, salah satunya dari sudut pandang calon istri anda". Jelas Nathasya.      

"Anda juga perlu mempelajari apa-apa yang dia suka, dan bersabarlah menerima dia apa adanya". Tambah psikiater muda.      

"Ach' calaka.. aku sudah menyuruhnya berpenampilan sesuai seleraku besok". Hendra mengacak-acak rambutnya. Terlihat menggemaskan.      

_Ya elah.. laki-laki ini benar-benar bucin_ Nathasya tidak tahan melihatnya.      

"Tenang.. tenang, jika sudah terlanjur. Masih ada plan-B untuk mengatasinya". Nathasya terlihat ahli. Sesungguhnya biasa saja, tapi Hendra hanya punya satu teman ngobrol (Surya). Dua lelaki payah dalam hal-hal semacam ini, sehingga Nathasya terlihat cukup keren.     

"Benarkah.. wah kamu memang cukup menyakinkan".      

"Tentu.!, Jadi plan B-nya. Puji dia cantik.. sangat cantik.. Ku yakin.. dia pasti akan berbunga-bunga".      

_apa lagi yang memuji pria dengan visual sepertimu_ gumam junior Diana.      

"Benarkah? bisa berhasil??". Hendra malah terlihat ragu-ragu.      

"Kata-kata sampah seperti itu bisa menjadi plan-B??".      

Nathasya benar-benar menepuk jidatnya. Tidak tahan dengan ungkapan tuan muda.      

"Andaikan perempuan bukan makhluk aneh.. Kahlil Gibran tidak akan menulis banyak puisi cinta untuk May Ziyadah".     

(Kisah cinta Long-distance Amerika Serikat dengan Mesir yang baru terungkap setelah Kahlil Gibran tutup usia, melalui peninggalan surat-surat cinta keduanya)     

"Ah' siapa May Ziyadah? Aku tahunya Gibran punya hubungan dekat dengan Mary Haskell, aku suka Mary Haskell karena dia memilih menerima lamaran pengusaha kaya raya Florence Minis dari Georgia. Dia perempuan yang realistis dari pada hidup dengan seniman yang masih abu-abu". Hendra berapi-api seolah kisah ini tentang dirinya, Aruna dan seorang seniman, pesaing yang tidak ingin dia sebut.     

"Dasar!!". Nathasya tercengang-cengang dengan ekspresi Hendra.      

"Kau!? Beraninya kau bilang..". Belum selesai Hendra mengumpat.      

"Stop! ingat anda mulai berlagak dominan. Ungkapanku barusan hanya sindiran untuk seorang teman. Belajarlah untuk tahan dengan kata-kata semacam ini". Nathasya, sebenarnya keceplosan. Artinya dia sedang beralasan doang.     

"Oh' begitu ya..".      

Dan Hendra ternyata mudah dikadali.      

Nathasya merasa CEO DM Grup golongan manusia lugu dan polos.       

"Selain kata-kata Sampah!, Eh maksudnya.. Kata pujian!". Nathasya melanjutkan.      

"Anda perlu berperilaku manis". Dia menambahkan.      

"Perilaku manis?". Hendra tampak berfikir keras.      

_Kambuh lagi lolanya_      

"Contohnya.. perhatikan cara jalannya. Kalau perlu seandainya didepan dia ada genangan air lepas jaz anda dan lempar ke air tersebut supaya dia tidak basah?!".      

"Selebay itu?? Yang benar saja!!".     

"Hahaha. Enggak juga sich. Karena anda terlihat polos, ku pikir anda akan percaya". Nathasya menguji ke-lola'an CEO didepannya.      

"Hai.. aku sedang serius".      

"hehe maaf, pastikan anda berjalan seirama dengan dia, jangan terlalu cepat. Karena postur anda terlihat lebih tinggi dari dia, langkah kaki anda pasti juga lebih lebar dari dia".      

"Aku yakin anda berjalan lebih cepat dan membuatnya sering tertinggal". Nathasya menambahkan.      

"Wao.. kau benar-benar tahu".      

"Sederhana sekali, karena karakter anda cenderung dominan, sangat mudah ditebak perilaku anda padanya seperti apa". Nathasya juga menyarankan agar pewaris Djoyodiningrat berbicara lebih sopan. Memperhatikan hal-hal sederhana. Termasuk memberitahu kelebihan yang dimiliki Hendra dibandingkan pesaingnya. Yakni Hendra memiliki raga gadis pujaannya.      

"Tinggal bangun saja kebiasaan yang baik, sehingga memicu tumbuhnya rasa tresno jalaran soko kulino (cinta berasal dari kebiasaan). Kalau sudah seperti itu anda lah pemengnya. Artinya anda berhasil merebutnya".      

"Baiklah aku bisa tidur nyenyak malam ini". Hendra terlihat puas terhadap diskusi ringan bersama junior Diana.      

"Sebenarnya ada satu hal lagi yang sangat penting, yang ingin saya ketahui".      

"Sebutkan! Akan aku jawab?". Hendra memberinya kesempatan bertanya.      

"Mengapa anda tidak beritahukan saja syndrome yang anda alami?, aku yakin dia akan lebih bisa menerima kondisi anda. Bahkan aku jamin calon istri anda akan membantu anda untuk sembuh". Nathasya melemparkan kegundahan seluruh tim-nya.      

"Karena aku benar-benar menyukainya..".     

Nathasya mengerutkan dahi tidak terima dengan penyataan CEO DM Grup.      

"Aku tidak ingin dia peduli pada ku karena rasa kasihan. Aku ingin mendapatkan cintanya dengan cara yang benar. Tanpa rasa kasian. Aku ingin dicintai bukan dikasihani. Keduanya sangat tipis tapi berbeda".      

Nathasya tidak berfikir sejauh ini, dia sangat terkejut bahwa pasiennya benar-benar memiliki perasaan demikian mendalam pada gadis yang akan dia nikahi.     

 "Beritahu Diana, jangan mengambil keputusan sepihak. Aku tahu dia peduli padaku. Tapi aku punya hak atas jalan hidup yang ingin aku tempuh".      

"Aku baru tahu ada juga laki-laki yang jatuh cinta dengan tulus seperti anda". Ungkapan perempuan yang sering gagal menjalin hubungan percintaan.      

"Istirahatlah, terimakasih sudah banyak membantu ku malam ini".      

"Ya.. sama-sama. Sukses buat pertemuan anda besok". Dan dokter muda menghilang dibalik pintu.     

***     

Kedua pasangan saling berjabat tangan, tentu saja Hendra terlihat dominan didukung postur tinggi dan visualnya yang memang diatas rata-rata. Dia berbicara sembari menatap lawannya secara pengertian. Memperkenalkan Aruna dengan baik, begitu sopan. Sangat berbeda dengan pembawaannya sehari-hari.     

_Apa dia memiliki kepribadian ganda?_ Sempat terlintas dalam benak Aruna, CEO gila ini berubah 180 derajat. Pagi-pagi sudah memuji dirinya sangat cantik. Ah' bukankah itu kalimat sampah bagi dia?. Memeluknya dengan hangat. Huuh, hampir saja mukanya memerah karena perilaku Hendra kali ini.      

"Hush' jangan melamun.. ayo..!!". Hendra mengiringinya masuk ruang terima tamu rumah dinas Riswan. Tangan besar itu masih menempel dipunggung Aruna.     

"Hendra lepaskan tanganmu!".     

"Kenapa? aku takut kamu jatuh".     

"Aku risih tahu..!! kau seperti meraba ikatan penutup dua lingkaran ku".     

"Oh' benarkah?? maaf.. maaf.."     

.     

Sesaat kemudian..     

"Aaa...". Kaki Aruna tersangkut karpet ruang tamu. Sesaat sebelum terjengkang. Hendra berhasil menangkapnya.     

Riswan dan Camilla berbalik memiringkan tubuh mereka, mengamati pasangan muda yang berpelukan setengah terduduk.     

_Aaah... Memalukan.. kenapa aku tertangkap konyol seperti ini dihadapan pejabat yang aku idolakan_ Aruna pengen nangis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.