Ciuman Pertama Aruna

Organ di Dada



Organ di Dada

0Beberapa hari setelahnya prediksi Surya tidak meleset, pria ini kembali seperti dirinya yang lalu sebelum mengenal putri Lesmana. Berkutat dengan pekerjaan seperti robot bernyawa. Tidak banyak bicara, jarang tersenyum, dan dingin.     

"Berikan jadwalku satu minggu ke depan". Permintaan Hendra disambut gerakan Surya menyerahkan Apple iPad Pro berukuran 11-inch.     

"Besok anda berangkat ke Singapore untuk peresmian mentari Plaza kedua disana, Lusa jadwal anda berjumpa dengan Riswan dan istrinya. Dia berbalik meminta anda hadir pada jamuan makannya dan menolak tawaran hadir dalam undangan kita".     

"Pandai sekali orang itu mengurangi resiko ditolak". Sela Hendra.     

"Selain itu, tawarannya juga tidak buruk". Surya membela.     

"Lanjut".     

"Dua hari kedepan adalah foto prewedding...". Belum selesai Surya menjelaskan.     

"Lusa minta Aruna ikut hadir dalam pertemuanku dengan Riswan. Dia harus belajar jadi nyonya keluarga Djoyodiningrat. Jangan lupa suruh dia menggunakan dress code yang sesuai dengan kebiasaan keluarga ku. Kalau perlu sepatu berhak supaya dia terbiasa tampil layaknya perempuan".     

"Tapi.. kamu tahu dia akan kesusahan". Surya menyela.     

"Siapa peduli, masuk dikeluarga ini artinya harus mengikuti kebiasaan didalamnya". Hendra benar-benar dingin seperti dirinya yang dulu.     

"Untuk prewedding pastikan semuanya sesuai selera ku". Jelas Hendra.     

"Kau masih hafal selera ku bukan??". Tambahnya.     

"Ya tentu saja". Ada rasa getir dihati Surya. Namun segera diabaikan.     

_Memang beginilah seharusnya Hendra_ Gumamnya, sempat merindukan saat-saat dimana pria ini sempat hangat.     

"Sepertinya penjelasan ku tidak bisa dilanjutkan. Orang-orang itu sudah menunggu mu diruang rapat orange". Surya melihat sejenak jam yang melingkar ditangannya. Hendra berdiri dan bergegas menemui 5 orang dari lantai D termasuk Andos.     

"Mereka akan memasang wajah tidak menyenangkan. Karena kamu memilih rapat disini. Bukan dilantai D". Bisik Surya seiring langkah kaki Hendra.     

"Sekarang aku yang memimpin mereka bukan Wiryo, sudah saatnya mereka beradaptasi dengan pemimpin barunya".     

.     

.     

Hendra membuka pintu dan duduk santai sesuai gayanya. Dengan kaki kanan bertumbuh diatas kaki kiri.     

"Mulai sekarang kita akan bekerja dengan cara berbeda". Hendra membuka rapat tanpa basa-basi.     

"Ku dengar kau juga tidak menemukan kecurigaan apa pun disetiap unit anak perusahan DM Grup terkait sabotase kemarin". Hendra menatap Vian. Pria itu tidak berkutik. Dia tidak bisa berkata apa-apa.     

"Bisa jadi cara kerja kalian ketinggalan zaman seperti Wiryo, makanya tidak ada peningkatan yang signifikan". Secara tersirat Hendra sedang menunjukkan komparasi (perbandingan) terhadap masa kepemimpinannya yang cemerlang sebagai CEO DM Grup.     

"Kita mulai dari mana sebaiknya". Hendra menatap pimpinan lantai D satu persatu.     

"Baiklah yang paling sederhana saja!. Sistem pengawalan".     

"Bisakah kau mengganti cara pengawalan tim mu yang terkesan protokoler dan norak itu". Hendra mengawali diskusinya dengan kalimat tajam khas dirinya. Raka hampir terpancing amarah, namun dia tidak bisa melawan ide masuk akal dari Hendra. CEO GM grup menyarankan agar pengawalan dilakukan secara tersembunyi dan lebih sistematis. Misal, untuk kasus pengawalan Aruna, Hendra menyarankan agar tim Raka mempelajari terlebih dahulu habits gadis tersebut.     

(Habits adalah tindakan yang dilakukan secara otomatis, bahkan kita melakukannya tanpa berpikir atau suatu aktifitas yang dilakukan terus menerus sehingga menjadi bagian dari kita, yang sering kita sebut sebagai kebiasaan)     

Dan setelahnya mereka bisa menyamar serta menyusup menjadi seseorang dilingkaran habits Aruna. Ketika anak ini dikampus maka salah satu tim Raka harusnya ada yang berperan sebagai teman kampus Aruna. Sehingga gadis ini tidak akan mengerti kalau dirinya diawasi. Penjagaan terang-terangan hanya untuk kejadian yang bersifat urgent.     

Demikian juga dengan dirinya, Hendra hanya akan meminta 3 orang yang mengikuti aktifitasnya. Surya, Raka atau Andos dan para asisten Dr. Diana, Hendra sadar dirinya masih membutuhkan tim Diana. Sedangkan untuk kegiatan yang besar seperti kehadirannya dalam beberapa event resmi yang di ikuti banyak orang. Hendra menyarankan Raka dan timnya siap dengan metode bayangan. Menyusup diantara orang-orang yang hadir.     

"Hai kau, kau bilang dirimu ahli IT. Siapkan aku data yang berkualitas!". CEO GM grub juga memberikan arahan pada Pradita untuk menelusuri semua sejarah keluarganya, sesuatu yang tidak menarik bagi Hendra, namun kali ini harus dilakukan. Melalui diskusi hangat dengan orang-orang Wiryo dirinya baru tahu kegilaan kakeknya membangun lantai D adalah bentuk kejenuhannya. Sebab terlampau sering mendapatkan ancaman dari orang-orang yang belum ditemukan identitasnya. Termasuk menghapus nama Hendra dalam kandidat Presdir, ternyata berasal dari alasan yang sama.     

Sekarang dibawah kepemimpinannya, Hendra harus berhasil mengungkap ini semua atau dia akan menjadi manusia mengerikan seperti Wiryo.     

"Jangan lupa pelajari lawan bisnis yang telah kita kalahkan pada tender-tender besar, Thomas!. Bisa jadi mereka (para pengancam) berasal dari lawan bisnis kita". Pinta Hendra mengakhiri rapat sore ini.     

"Boleh aku memberi saran!". Andos menyela.     

"Ya silahkan".     

"Harusnya rapat sepenting ini dilangsungkan dilantai D, bukan disini!".     

"Aku sengaja melakukannya". Hendra berdiri sembari menerima bantuan Surya mengenakan Jaz-nya.     

"Kalian terlalu banyak dibawah tanah, aku takut nalar berfikir kalian lama-lama serendah tempat kalian berasal". (nalar berfikir atau berpikir secara logis adalah suatu proses berpikir dengan menggunakan logika, mengatakan 'nalar berfikir rendah' sama saja dengan melempar ungkapan 'dungu, bodoh atau telat mikir (telmi))     

"Apa??". Raka berdiri hampir menyerang Hendra, rekan-rekannya segera mendudukkan pria itu kembali.     

Seiring perginya pewaris tunggal Djoyodiningrat, mereka sempat menggerutu :     

Raka : "ah apa-apaan ini? mengapa dia tidak seperti yang aku temui beberapa waktu lalu?". Raka belum banyak mengenal Hendra, dia sempat tersentuh dengan karakter Hendra yang hangat pada pertemuan-pertemuan sebelumnya.     

Andos : "Jangan salah sangka. Itulah dia yang sebenarnya".     

Vian : "Yang benar saja? Aku tidak melihatnya seperti ini kemarin-kemarin!?".     

Andos : "Kalian memang kelamaan dibawah tanah!".     

.     

.     

Tiba-tiba pintu ruang rapat orange terbuka kembali.     

"Pradita, bagaimana dengan foto-foto yang ku minta dishare?". Hendra berubah pikiran. Laki-laki ini memberi perintah buzzer lantai D untuk menyebarkan foto dirinya dengan calon istri demi memperbaiki citra didepan publik. Dia kembali peduli hanya dengan dirinya sendiri.     

Pradita tersenyum : "Lihat saja bsok pagi citramu kembali pulih".     

"Kerja bagus!". Puji Hendra.     

***     

[Bandara internasional Soekarno-Hatta, Penerbangan Jakarta-Singapura]     

Suara berisik pusat informasi ruang tunggu bandara kembali terdengar. Hendra dengan asistennya muncul belakangan menyusuri lorong menuju pemberangkatan ketika dirinya mendapat panggilan dari seseorang.     

"Hendra, apa aku bisa minta tolong?". Dia benci suara ini sekarang.     

"Apa? Katakan saja?".     

_Sebentar lagi aku harus mematikan heandphone ku_ Hendra.     

"Apa kau bisa menjemput ku?". Gadis itu mengharapkan pertolongan.     

"Mengapa harus aku?". CEO ini sedang dikerjakan waktu untuk perjalanan bisnisnya ke Singapura.     

"Ayah diluar kota. Dan kakakku tidak bisa mengatasinya. Aku terjebak dilantai dua kampus ku. Orang-orang itu sepertinya para wartawan. Mereka memenuhi lobby jurusan, dan mencari ku".     

"Mengapa kau dikejar-kejar mereka?. Kesalahan apa yang kau perbuat?".     

_Hubungan mu dengan musisi itu sudah terkuak??_ Si mata biru menyeringai.     

"Sepertinya karena foto-foto yang kalian sebar".     

"Benarkah??".     

"Entahlah, handphone ku penuh dengan notifikasi".     

"Sayangnya aku sedang berada didalam pesawat. Sebentar lagi take off, harus segera mematikan handphone".     

"Oh' baiklah.. maaf mengganggu. Hati-hati, semoga perjalanannya lancar". Gadis itu bahkan masih sempat memberinya pesan hati-hati. Seharusnya dirinya sendiri yang perlu hati-hati.     

_Mengapa kata-katanya selalu manis?!. Menyebalkan! benar-benar pengganggu_. CEO DM Grup mematikan handphone-nya menuruti permintaan pramugari yang mendekat sejak tadi. Berusaha memejamkan mata mencari posisi yang nyaman untuk istirahat. Sayangnya salah satu organ didada mulai berkecamuk: "Hais' Sialan!!".     

Berdiri dan melangkah cepat, mengabaikan semua peringatan. Surya, sekretarisnya membuntuti dengan perasaan bingung.     

"Surya siapkan mobil sekarang!".     

"Ah apa??". Ungkapan bingung Surya berbuah lirikan tajam atasannya.     

"Iya baik..". Tak bisa melawan.     

Berikutnya terdengar permintaan Hendra kepada Raka untuk mengerahkan para pengawal menuju kampus Aruna.     

"Kau masih peduli padanya bahkan setelah membuat mu hampir gila??". Cela Surya.     

"Andai aku bisa. Tidak mungkin aku berada didalam mobil ini sekarang".     

Memainkan heandphone dan kembali memencet nomor seseorang.     

"Aruna bagaimana keadaan mu? sebentar lagi aku sampai".     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.