Ciuman Pertama Aruna

II-135. Membingungkan



II-135. Membingungkan

0"Bagaimana bisa kamu masih minta tolong pada Mahendra? Hah! Jika kakakmu tahu dia pasti kecewa dan sama marahnya denganku. Benar -kan!?" belai di rambut berpindah ke dagu, dia perlahan memaksa Aruna menoleh ke arah kiri, kepadanya. Pada putra kedua keluarga Barga alias pemilik saham terendah Tarantula.      

"Jawab pertanyaanku! Kamu memilih menerima perasaanku lalu kita buat semuanya mudah atau kau bunuh perasaanku dan tumbalnya adalah kakakmu?"      

Kalimat berakhiran tanda tanya ini sungguh sulit di cerna, Aruna membeku sesaat lebih beku lagi ketika Rey berhasil menolehkan kepalanya ke arah kiri dan bibir pria itu menyentuh pipinya.      

"Kenapa kau diam?" Rey terkejut dengan keputusan gadis yang memasang tatapan tajam. Siapa yang akan menduga Aruna tak memakinya dan tak bergerak hebat seperti dugaannya.      

"Apa maksudmu 'Tumbalnya kakakku'?" Aruna termasuk gadis yang memiliki intuisi jeli, walaupun dia sering mengabaikan perasaannya atau perasaan orang lain kepadanya. Kenyataan yang belum banyak di sadari orang lain ialah Aruna tahu dan paham siapa-siapa yang menaruh rasa. Dan hari ini di mana dunia terlihat tidak berpihak kepadanya. Aruna menyadari Rey punya niat buruk dan minta di turuti dengan segala cara.      

Hendra punya sisi seperti ini akan tetapi pemilik PTSD tersebut kini terlihat lebih mampu mengendalikan diri dan menempatkan sikapnya, kadang kala dia sekedar tidak tahu cara mengekspresikan hatinya.      

Aruna punya firasat yang buruk terhadap Rey, sejak awal pria ini selalu janggal untuk dimengerti.      

"Hem.. Kamu gadis yang baik.. Benar kata kakakmu," nafas pria ini membuat risi, Aruna merasa tersiksa bukan lagi sekedar bergerak di gunakan kakinya untuk bangkit sebisa mungkin, "Aku tidak mau berbuat kasar padamu!!" Rey memegangi gadis itu lebih kuat.     

Sekejap berikutnya tubuh Aruna menenang. Hal ini membuat Rey bingung sendiri.      

"Baiklah aku akan berdamai denganmu, lepaskan aku! Pintunya kamu kunci -kan? Artinya, toh aku tidak bisa melarikan diri. Aku tidak suka di perlakukan sampah seperti ini. Kamu tahu aku putri dari keluarga baik-baik dan istri dari pria terhormat. Walau baju yang kugunakan santai bukan berarti aku sama dengan perempuan yang berkeliaran di dalam rumahmu. Jadi jangan perlakukan aku semaumu" Rey sempat berpikir Aruna akan ketakutan padanya ternyata di luar dugaan gadis ini menunjukkan sisi berbeda, Rey tidak menduga Aruna punya sikap setenang ini.      

"Oke," wajah Daroma melepaskan Aruna.      

Dia kembali duduk di tempatnya, di hadapan Aruna. Sejenak menamatkan tatapannya pada wajah sendu yang sempat membuatnya bergetar lagi. Rey memanggil seseorang dengan ponselnya.     

Aruna hanya memainkan sendok di atas piring, menunduk ringan tenang.     

Rey mendiamkannya cukup lama, dia tertarik dengan gerak gerik Aruna. Gadis ini tidak merasa terintimidasi dan tidak di penuhi perasaan benci.       

Putra kedua keluarga Barga mengakhiri rasa penasaran yang tak terjawab dengan menyerahkan sebuah berkas terbungkus amplop berwarna coklat tua. "Aku minta maaf, atas kejadian  barusan,"      

Rey salah menduga, dia pikir Aruna akan merasa takut padanya atau minimal akan mengumpatnya karena perilaku tadi. Kenyataannya dia begitu tenang dan kini malah menciptakan suasana bimbang yang membingungkan.      

Lama melamun, Aruna mengangkat kepala dan menengok ke arah depan. Menamatkan Rey yang kini juga mengamatinya, tangan lunglai gadis ini meraba permukaan berbahan kertas kemudian memutar tali pengait membukanya. Dia sama sekali tidak bersuara atau pun bertanya. Mata coklatnya memilih fokus membaca lembaran yang di terima dari Rey, berkelana dalam pemahamannya sendiri.      

Lagi-lagi perilaku ini membuat lelaki yang sekian menit lalu berperilaku tidak sopan, melempar kata maaf untuk kedua kali.      

Aruna tak berniat membalas, kata maaf teman kakak hanya berbalas tatapan sekilas lalu melebur lagi mengembara membaca kertas putih di tangannya.     

"Apa yang harus aku lakukan, agar kakakku tidak jadi.." dia melempar sarkas dengan pura-pura lupa, "Oh' tumbal ya.." pada kata yang tidak dia suka.      

"Tidak banyak.." demikian Rey berucap sambil memunguti kertas di hadapan Aruna. Uniknya gadis ini juga membantunya merapikan kertas-kertas yang berisikan informasi tanda pedar[1] hati.       

"Sunggu aku menyukaimu, sejak awal aku tertarik denganmu, aku pikir aku bisa mendapatkanmu dengan cara terbaik. Maaf aku akan memanfaatkan, ini," kata 'ini' seiring cara Rey Barga mengangkat berkas-berkasnya.      

"jadi aku harus menerimamu," awalnya Aruna memanggil putra ke dua keluarga Barga dengan sebutan 'kak Rey atau kakak', sebenarnya dia begitu menghargai Rey. Pria yang kabarnya membantu kak Anantha mengembangkan perusahaan yang begitu di cintai sang kakak.      

Hari ini semua tumbang, hancur dan mumur. Aruna melihatnya sebagai manusia bermuka dua, dia melegitimasi kemunafikannya dengan dokumen yang entah apa isinya. Yang pasti gadis ini terpaksa akan menuruti permintaan Rey sejalan dengan prinsip hidup yang dia pegang teguh. (Vol I awal)     

"Tidak juga, aku terlanjur buruk di matamu jadi mana mungkin aku bisa meluluhkan hatimu. Terlebih kau masih punya ikatan dengan Mahendra, aku hanya butuh memanfaatkanmu," monolog aneh Rey terulang untuk ke sekian kali.      

"apa yang kau inginkan dariku?" Aruna butuh kepastian. Syarat apa yang bisa melepaskan kakaknya dari skenario lelaki aneh ini.      

"sebelum melangkah ke sana aku mau menjelaskan bahwa kesepakatan apa pun yang terjadi antara kita ialah kesepakatan yang bernilai 50:50," mendengar ini Aruna tak bisa menghindari tawa keheranannya. Bagaimana bisa seseorang yang sedang memanfaatkan orang lain berkata bahwa yang dia lakukan adalah kesempatan fifty-fifty.      

"aku tidak sedang bercanda, setelah ini akan ada 2 orang yang bakal mendekatimu. Mereka lebih berbahaya dariku, sebenarnya aku sama sampahnya. Tapi, karena kakakmu begitu polos dan aku memahami bahwa kau anak baik. Aku tidak akan memanfaatkanmu lebih dari kebutuhanku,"      

"He.. hehe," gadis ini tertawa lagi mendengar kata-kata Rey.      

"Kau sedang berada dalam lingkaran setan, pertama ada yang sedang bermain untuk mendapatkanmu. Selain aku, seseorang bernama Nakula dan Oliver akan datang dan berusaha membuatmu terpikat, kalau mereka tidak berhasil, mereka akan menggunakan intimidasi. Sama seperti yang aku lakukan," kalimat Rey, memaksa Aruna mengerutkan kedua alisnya.      

"Mengapa begitu? Kenapa aku?"      

"Simple, karena kami bertaruh,"      

"Bertaruh? Taruhan seperti apa yang membuat kalian segila itu," bukannya khawatir Aruna malah penasaran.     

"kau tak akan mengerti makna mendapatkan 10% dan ngerinya kehilangan 5% bagi kami,"       

"Apakah ini tentang saham?"      

"Oh' dugaanmu tepat,"     

"Mengapa harus aku?"     

"Karena kau istri Mahendra, pewaris tunggal Djoyodiningrat, pemilik DM grup, lelaki yang berbahaya bagi kami,"      

Aruna kembali mengerutkan keningnya, gadis ini tidak mengerti, kosong melompong. Rey bukan sekedar aneh tapi membingungkan.      

"Ah' apa kamu tidak tahu seberapa bahayanya Mahendra ... .... ...."     

.     

.     

__________       

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/       

1. Lempar Power Stone terbaik ^^       

2. Gift, beri aku banyak Semangat!       

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan       

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.