Ciuman Pertama Aruna

II-133. Pria Daroma



II-133. Pria Daroma

0"Hah.." beberapa orang dalam melingkari mobil usang menghela nafas, tak menyangka jalan pikiran cucu Wiryo sungguh di luar dugaan.      

Siapa yang akan mengira orang ini menggunakan uangnya untuk menciptakan daya tarik kepada target yang dia buru. Dapat di pastikan kemungkinan besar Pengki akan tergiur oleh uang.  Dilihat dari kondisi keluarganya, misi yang di jalankan pengki syarat akan uang selain kebebasan yang dia dapat dari wakil walikota Riswan, si sialan Nugraha.      

Tampaknya ketakutan akan di bongkarnya bukti utama alias katu AS untuk menjerat Tarantula terutama Nugraha yang menggiring wakil walikota Riswan masih berupaya melumpuhkan DM grup. Alasan mutlak manusia sampah satu ini mudah terprediksi.      

"Saya kurang setuju jika kasus ini di buka sejalan dengan sidang perceraian anda," monolog Andos mencuri banyak perhatian orang-orang di sekitar. Pria ini membahas kartu As yang akan di lempar Hendra untuk menjerat banyak pihak. Tentu tembakan utama Mahendra ialah tarantula.      

"Anda fokus dulu pada istri anda, bukankah itu yang terpenting saat ini. Sejalan dengan kesembuhan tetua kita atur strategi baru. Cukup riskan jika anda memulai semua ini sedangkan masalah anda dan istri anda belum selesai," tampaknya apa yang disuarakan Andos tidak begitu disukai oleh yang lain. Akan tetapi hal itu tak berlaku pada Hendra. Hendra mendengarkan dengan sesama kalimat demi kalimat yang di utarakan sekretaris kakek.       

Orang-orang ini sempat berdiskusi lama. Sayang tak  banyak keputusan penting yang bisa di ambil. Hendra dalam kondisi gamang, agaknya dia memikirkan ucapan Andos dengan serius.      

Pada perjalanan kembali ke lantai atas. Andos dan Mahendra berada di satu lift yang sama.     

"Mengapa kamu berpikir Aku tak bisa menyelesaikan kasus ini seiring dengan kondisiku dan istriku?" pertanyaan Mahendra memecahkan kebekuan.     

"Ada saatnya kita harus fokus pada keluarga kita. Dulu aku terlalu berambisi pada pekerjaanku. Membuka kasus berbahaya dari para supremasi. Aku lupa mereka punya kekuasaan dan kelakuan di luar prediksi. Anak dan istriku hilang tepat pada sidang terakhir yang menentukan segalanya." pria ini melirik Mahendra.      

"Anda harus memastikan istri anda aman, berada dalam jangkauan anda. aku takut Anda terlalu fokus pada masalah lain sebelum masalah anda sendiri selesai. Ketika hasilnya tidak memuaskan, biasanya para lelaki bertanggung jawab suka sekali menyalahkan dirinya sendiri," lengkap Andos.      

"Terima kasih," penjelasan Andos tidak begitu panjang. Tapi Hendra seolah menangkap sebuah penjabaran lengkap.     

Dia menyadari keadaannya saat ini cukup riskan terjadinya hal-hal buruk pada Aruna karena dirinya. Apalagi kalau dirinya terlanjur terlalu fokus pada masalah turun-temurun dan perusahaannya yang begitu pelik.      

 Jika hal buruk terjadi pada pernikahan rapuh ini, apalagi terjadi pada Aruna. Tentu, dirinya ikut tumbang walaupun kemenangan lain datang.      

Berhasil memenangkan perseteruan berkepanjangan antar dua kekuasaan besar yang saling menjatuhkan adalah misi dia di tumbuh-kan dengan cara berbeda.      

Namun, lelaki bermata biru kini  memegang tanggung jawab lain dan impian lain. Tujuan hidup yang lebih normal, yakni mempertahankan pernikahannya bersama putri Lesmana. Lalu mengharap suatu saat ketika istrinya telah siap, mata biru di ijinkan jadi ayah dari bayi-bayi mungil yang dilahirkan perempuan yang mengajarinya menemukan dunia baru.      

***     

[Hai, Aruna aku berada di depan kampusmu] pesan whatsapp dari seseorang yang terpaksa masuk kategori tak lagi asing. Membuat perempuan ini mengerutkan dahinya. Apa maunya pria ini?      

Karena terlalu mengganggu, Aruna kembali memasukkan handphone ke dalam tasnya.      

"Setiap goresan pada desain kita adalah karya itu sendiri. Maka dari itu sebelum membuat sketsa pikirkan dulu dengan..." begitu suara dosen mengalihkan perhatian mahasiswa desain tingkat tiga.      

[Kau pasti terkejut ya?!]      

Tak terbalas.      

Pesan pertama sempat di baca oleh penerima, sayangnya pesan-pesan berikutnya tidak ada tanda-tanda di buka.      

Pemilik mobil sport warna milenium, Pagani Huayra V12 720-hp sengaja memarkir mobilnya di tempat yang mudah dijangkau mahasiswa desain. Tujuannya tidak jauh dari mengambil hati Aruna. Sekali lagi,  tidak ada tanda-tanda gadis incarannya akan keluar dari lobby jurusan atau sekedar membalas pesannya.      

"Sial," kata ini sempat meluncur dari mulut Rey, sebelum dia melempar handphone-nya sendiri, kesal. Beberapa saat kemudian di ambil lagi sambil mengais strategi.     

Tak butuh waktu lama, akhirnya pria ini benar-benar keluar dari mobilnya. Berjalan mengamati sekeliling. Mengintip tiap kelas yang berjajar pada lorong-lorong kampus adik Anantha. Tanpa disadari, dia sampai di lantai 2.      

Pria ini tersenyum sejenak kala menemukan kelas Aruna. Tepat ketika Gadis itu keluar dia menyembunyikan diri di sebuah sudut. Aruna yang baru saja menuruni tangga begitu terkejut ketika kata, "Hai," menjatuhkan buku-bukunya.      

Dea yang berjalan mengiringi sahabatnya buru-buru membantu merapikan buku Aruna. tak banyak, sayang cukup mengganggu ketika Rey ikut-ikutan.      

"Em.. kak Rey," gadis ini hanya basa-basi.     

"aku kirim pesan padamu, kenapa kau tidak membalasnya?" terlalu to the point menatap Aruna.      

"hehe maaf.. aku sedang ada kelas," ungkapan basa-basi kedua kali.      

"Aku ingin bicara denganmu, boleh kita pergi berdua saja," Rey menatap Dea terlihat jelas ingin mengusirnya.      

"Em.. aku masih ada keperluan dengan Dea.. kami.." ucapan ini dipotong Rey.      

"Setahuku sekarang jam makan siang,"      

"tapi, kami ada kelas yang mendekati makan siang," Aruna berbohong. Sejak awal dia kurang nyaman pada pria ini.      

"Aku sudah ijin kakakmu, aku sudah reservasi makan siang untuk dua orang. Nah, apa aku kurang sopan atau aku perlu meng-cancel  pesananku?"      

"Em., Aku yakin lain waktu lebih baik," Aruna menyusun berbagai alasan supaya terlepas.      

Yang terjadi malah sebaliknya, pria berambut halus ini meraih tangan Aruna. Dia menarik istri Mahendra agar mengikuti langkahnya. Dea sempat terkejut, tapi Aruna menggerak-gerakkan tangannya mencoba memberi tanda tenang, tak ada masalah.      

Senyuman Rey mengembang indah, dia melempar senyum itu berulang kepada Aruna. Sayang, senyum ramah itu tak sejalan dengan genggaman erat tangan Rey. Dia mencengkeram Aruna kuat-kuat dibalik sikap ramahnya.     

Dalam suasana canggung di perhatikan mahasiswa lain. Ujung-ujungnya gadis ini pasrah saja. Terpaksa bersembunyi dari tatapan telisik orang-orang penasaran, dia memasuki mobil Rey.      

Dan bersama terpasangnya sabuk pengaman mobil itu melaju menghadirkan kegundahan sang penumpang.      

Mau apa lagi Rey? Tanya meliputi kepala Aruna. Begitu juga kepala Dea ketika menatap mobil sport melinium membawa pergi temannya.     

_Apa orang itu akan mendesak Aruna untuk melepaskan Surat Ajaib?_ sudut pandang Dea tidak jauh-jauh dari usaha teman kakak Aruna mengambil Strat up mereka.      

.     

Ketika sampai di tempat jamuan makan siang, gadis yang outfitnya tak sepadan dengan ruang jamuan, beberapa kali mencoba memeriksa diri.      

Sebelum akhirnya makan siang hadir bersama lelaki pemberi jamuan makan siang.      

Bilik berkonsep Jepang dilengkapi interior khas negara sakura terlihat senada dengan Rey. Setelah dipikir-pikir tampaknya pria ini punya darah campuran dari negara tersebut.      

Kulit serta struktur wajahnya tak begitu lebar dengan dagu lancip dan terkesan serupa dengan pemeran pria daroma[1] yang sering di tonton Agus secara diam-diam.      

Rey duduk dengan rapi sambil tersenyum menatap Aruna. Pria itu menggerakkan pergelangan tangan kirinya, menunjukkan sesuatu terang-terangan. Gelang pemberian Aruna pada pertemuan pertama mereka.      

"Aku selalu memakainya, tak pernah kulepas kecuali mandi, berenang, dan tentu saja saat aku sangat ingin mengamatinya,"      

Aneh! Demikian otak Aruna membuat kesimpulan untuk kalimat terakhir Rey. 'tentu saja saat aku sangat ingin mengamatinya' kalimat yang terkesan menggambarkan sebuah obsesi.     

Aruna hidup dengan pria yang menyimpan obsesi tinggi, Hendra adalah contoh paling nyata. Gadis ini tanpa sadar memiliki intuisi terhadap hal-hal yang berhubungan dengan perilaku aneh lelaki di sekitarnya.      

"Kau tahu kenapa aku enggan menanggalkan gelang ini?" dia tersenyum lagi. Kali ini mencoba meraih tangan Aruna.      

Perlahan adik Anantha mulai merinding sendiri, ada suasana tidak nyaman dan perilaku tidak mengenakan yang di usung lelaki berparas pemeran pria Daroma di hadapannya.      

"Aku menyukaimu," dia menggenggam erat telapak tangan Aruna yang mencoba sekuat tenaga melepaskan diri.      

[1] Daroma : program drama yang ditayangkan di stasiun televisi Jepang     

.     

.     

__________       

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/       

1. Lempar Power Stone terbaik ^^       

2. Gift, beri aku banyak Semangat!       

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan       

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.