Ciuman Pertama Aruna

II-123. Kode Rahasia Dr. Tio



II-123. Kode Rahasia Dr. Tio

0"em.. itu.." Mata biru mengacak rambutnya sendiri kesulitan mengungkapkan isi hati. "Aku ingin melakukan itu pada istriku., Apakah kau pikir aku bisa melihat ekspresi kesakitan karena hal itu pertama kali untuknya.," suara bersemangat diakhiri dengan frekuensi rendah melemah.      

"Itu?! Itu!? Dari tadi Itu-itu mulu.. apa maksud anda?? Haaah kepalaku bisa pecah!" Dokter Tio sedang di liputi kebingungan menghadapi pasien unik bin ajaib, tapi tidak bisa di marahi apalagi di hina. Dokter ini hanya bisa mengeluh dan menelan kejengkelannya sendiri.      

"Itu.. Em.. Ach! Kamu pasti akan menertawakanku habis-habisan," entah bagaimana ceritanya yang memasang wajah jengkel malah Mahendra.      

"Tidak mungkin aku berani tertawa," meyakinkan, padahal di dalam hatinya: _Ya.. Kecuali kamu sangat lucu seperti dulu_ batin Dr. Tio mengingat bagaimana tuan muda ini minta obat pereda 'jatuh cinta'.     

"Aku ingin Making Love.," Hendra malu-malu, sambil memalingkan wajah ke arah lain untuk menutupi rona merah di pipi bulenya.      

Sang dokter tersenyum: "anda mau selingkuh?"      

"Selingkuh??" Ekspresi Hendra berubah drastis, dia menatap tajam dokternya : "Ngapain juga aku selingkuh?" suara si pasien meninggi.     

"Anda konsultasi pada seorang psikiater ingin making love. kalau bukan punya hasrat mau melakukan hubungan terlarang apa lagi??" sang dokter akhirnya tak tahan juga ikut terbakar suasana, _Hadeeeh ini orang! Kalau bukan tuan muda penuh duit tak akan aku bermurah hati menahan emosiku_     

"Masalahnya., jika malam ini aku menjalankan misiku. eh' maksudku making love, malam ini juga akan jadi pengalaman pertama istriku," kembali wajah si bule merah merona.      

"A-a-apa??" mulut Tio ternganga.      

"Tunggu-tunggu., apakah anda juga belum pernah melakukan itu?" Si ternganga makin melebarkan mulutnya. Dan lebih lebar lagi, ketika pasien di hadapnya mengangguk layaknya boneka bayi bertampang polos yang mengangguk-angguk ketika kepalanya tersentuh.  Lalu buru-buru mengatupkan mulut sebab perut sang dokter mulai merasa geli. Ya, sang dokter menahan segala keinginannya untuk tertawa lepas saat sang juragan penuh uang di hadapannya tampak meratap minta masukan.      

"Huuuuh" Dr. Tio menghirup dan menghembuskan nafas, mencoba menormalkan gejolak perut geli. "Anda beneran belum pernah begituan?" dia bertanya sekali lagi, memastikan laki-laki yang umurnya sudah hampir 29 akan tetapi belum ngapa-apain perempuan.      

Parahnya sang pasien punya mata biru memikat dengan tampang malaikat, tiap saat pendapatannya puluhan kali lipat serta istri cantik muda menggemaskan penuh daya pikat.      

"Aku pengidap PTSD yang baru sembuh!" Hendra menegaskan tak mau di pandang miris oleh sang dokter.      

"Oke, oke.. saya mengerti, tapi sejujurnya saya lebih penasaran bagaimana cara Anda menahan diri?" sang dokter tampaknya terbawa suasana.      

"Istriku tak pernah mau aku sentuh?" jujur Hendra.      

"Kenapa? Tidak mungkin-kan karena kurang tampan, apalagi kurang uang, atau Anda ketahuan kurang jantan??" sang dokter kena timpuk di kepalanya.      

"Hai.. Tuan! Anda harus ingat! Anda konsultasi ML dengan dokter Sp.KJ! otak psikiater-kan ke mana-mana" ini suara protes dr. Tio yang baru kena pukul.     

"Lalu kenapa istri Anda tidak mau?" tanya sang dokter.      

"Itu tidak penting. Yang penting sekarang dia mungkin saja mau, tapi aku tidak yakin pada diriku," keluh Mahendra.      

"Mengapa Anda tidak yakin bisa menyentuhnya?"     

"Gejala hyperarousal bangkit lagi, walau aku tidak sampai kehabisan oksigen dan kehilangan nafasku atau pingsan. Sayangnya aku masih takut melihatnya berdarah dan kesakitan," Tangan Hendra gemetar.      

"Ah' kenapa ini bisa terjadi?" sang dokter sedang bertanya pada dirinya sendiri, "seharusnya ketika anda dinyatakan sembuh total anda tak akan pernah lagi mengalami gejala Hyperarousal?" lagi-lagi dia bertanya pada dirinya sendiri.      

"Aku tidak sengaja membuatnya terpukul benda, lalu pelipisnya berdarah, dan dia tersungkur kesakitan, darahnya mengalir., Itu sangat menakutkan apalagi dia sedang sakit. Aku takut dia.."      

"jangan di lanjutkan kalau anda tidak sanggup bercerita," dr. Tio memangkas penjelasan Hendra tatkala pria ini tampak pucat sambil memegangi dadanya beberapa kali.      

"Ternyata kondisi ekstrem pada istri anda masih bisa jadi pemicu," sang dokter tampak menerawang mencari solusi.     

Hendra juga turut serta menjelaskan apa yang dia rasakan ketika Aruna jatuh terkulai di ruang sidang, di mana dadanya ikut sesak dengan nafas perlahan naik turun.      

"bagaimana bisa anda bertahan tidak pingsan?" ini pertanyaan Dr. Tio.      

"dia membantuku bernafas. Istriku juga meneriakiku, menyadarkanku bahwa dia baik-baik saja, lalu perlahan ku temukan nafasku," Hendra kembali menarasikan kronologi kejadian.      

Mata dokter meredup bahkan mengelus punggung pasiennya, dia turut prihatin. Anehnya Hendra menampik tangan Tio: "kau mengasihani ku karena aku belum pernah begitu dengan istriku atau karena PTSD-ku sulit dipahami??" mata biru mengkal hati.      

"Keduanya sih, dan cenderung ke yang belum pernah 'begituan'" sang dokter membisikan kalimat prihatin.      

"kau menghinaku?"     

"Anda bertanya saya jawab jujur"     

"Emangnya kau sudah begituan?"     

"sudah dong!" spontan, "Ach!" sang dokter baru ingat dirinya belum menikah alias keceplosan. Menepuk dahinya sendiri tanda bodoh.      

"ih," desis Hendra menghina.      

"hehe," dr. Tio cengar-cengir malu sendiri. "kita fokus membahas masalah anda saja.." mengamankan diri dari pandangan miring pasiennya.     

"kalian harus bekerja sama. Mendengar kronologi hyperarousal yang anda sampaikan, Aku yakin ketika istri anda memberikan keyakinan pada anda bahwa dia baik-baik saja mendapatkan rasa sakit pertamanya pasti anda bisa melewati ini," sayangnya sang dokter tampak masih berpikir.      

"sepertinya anda dan istri perlu uji coba terlebih dahulu, maksudnya dia berkenan membantu anda mencobanya," penjelasan Tio membuat mata biru layu.      

_mungkin-kah Aruna membantuku? Merayunya agar mau saja, sudah menyulitkan_     

"Selain itu, yakinkan diri anda bahwa dia akan merasakan nikmat setelah rasa sakit pertamanya." Tio mendekat, "Sejujurnya saya tidak paham, pagi hari bercerai malam hari membahas ML," bisik sang dokter hati-hati. Seolah ada kode rahasia yang perlu di sembunyikan rapat-rapat. "Karena anda masih polos saya bocorkan rahasia besar," Hendra melirik ilfil dokter dengan tingkah laku aneh ini.      

"Teruslah berupaya sampai anda berhasil menembusnya, lalu lakukan lagi satu sampai dua kali saja, setelah yang pertama, kupastikan istri anda tidak akan minta cerai lagi," sang dokter tersenyum aneh setelah membagi sebuah rahasia. Sayangnya penerima rahasia tampak tak paham.      

"kenapa be gi tu?"      

"HAIS' bisa bisanya anda masih bertanya kenapa begitu?!" sang dokter gemas, "Tentu saja karena dia bakal ketagihan!! Apalagi!"      

"O.," Mulut mata biru membentuk lingkaran, manyun.      

"Hadeh.. pria seusia anda tidak mengerti hal-hal semacam ini," sang dokter mengeluh lagi.      

"Aku kan.." mata biru akan membuat alasan, tapi penjelasannya langsung di potong sang dokter.      

"Ya ya saya tahu., Anda menjauhi perempuan selama hidup anda kecuali istri anda," sang dokter terdiam sejenak, "tapi.. anda tahukan cara melakukan begituan?? Jangan-jangan.."     

"Tentu saja aku tahu!!" potong Mahendra, "aku sudah membaca buku tentang itu, dan aku pria dengan naluri biologis normal," lengkapnya berapi-api sejalan kemudian meredup. "Em..  sayangnya.. aku.. aku sering gagal merayunya," ada yang sedang dirundung gelisah malu-malu.      

"Anda butuh tips saya??"      

"Aku siapkan bonus, kalau tipsmu berhasil membuatku meluluhkan Aruna,"      

"wau.. baiklah tuaaaan.. dengarkan saya baik-baik" kembali dokter ini mendekat membisikan kode rahasia, "beri sentuhan lembut.. BLA BLA BLA"     

"aku sudah melakukan itu ketika honeymoon, nyatanya aku tak dapat apa-apa," Hendra menyampaikan kegetirannya.      

"Wah.. istri anda tidak mudah goyah ya.." Hendra mengangguk, "oke, yang ini aku yakin pasti berhasil. Pertama setelah anda berhasil berciuman.. tiup telinganya lalu hembuskan kalimat cinta,"      

"Sudah pernah," sela Hendra.      

"Diam dulu! Lalu turun ke leher dan beritahukan anda rela melakukan apa saja untuknya,"     

"Itu juga sudah,"      

"Hais' Diam! Kemudian susuri bakpao menggiurkan itu lalu katakan anda rela mati untuknya., Sambil menyelipkan jemari Anda ke  bawah sana, dan buat pijatan lembut,"     

"tunggu.. ke bawah sana?? Jarinya ke mana?" Hendra bingung.      

"Oh ya Tuhan... Ke bawah.. ke itu.. ke itunya," sang dokter menangkap ekspresi lelaki kosong melompong.      

"Aaargh...!!" dokter ini berteriak sambil memukul-mukul setir mobil di hadapannya antara jengkel, gemas, kasihan, merasa bodoh teraduk jadi satu.      

Yang pasti dia ingin memaki kepolosan sang pasien, tapi tak berani.      

"Tuan, ke sesuatu yang ingin anda tusuk dengan ini," sang dokter yang telah menemukan dirinya mengulangi penjelasan. Dia mengarahkan telunjuknya ke arah junior Mahendra.      

Dan kata "Oh" melengkapi pemahaman pria yang jarang berinteraksi dengan wanita.      

.     

.     

__________       

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/       

1. Lempar Power Stone terbaik ^^       

2. Gift, beri aku banyak Semangat!       

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan       

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.