Ciuman Pertama Aruna

II-120. Pria Congkak



II-120. Pria Congkak

0"Yah.. sayang sekali, padahal main karakternya visualisasi istrimu," Damar mengangkat bahu.      

"Benarkah??"      

"Sebaiknya jangan dibaca," celetuk Aruna menangkap wajah penasaran Hendra.      

"Kenapa?" Tanya mata biru, tampaknya dia masih penasaran. Mungkin mata biru berpikir dengan membaca novel Damar dirinya akan lebih memahami Aruna seperti ketika membaca buku kecil milik gadis yang kini berdiri di sampingnya.     

"Female-nya aku, tapi kurasa male-nya pembuat novel itu sendiri,"     

"Maksudmu anak itu?"      

"Dan pemeran antagonisnya, pria berpostur bule, pemarah, sombong dan memiliki tingkah laku aneh," lanjut Aruna.      

"Kenapa aku merasa karakter itu tidak asing??" Hendra bertanya-tanya. Aruna hanya tersenyum, lawan bicaranya tidak sadar yang dimaksud ialah Hendra itu sendiri.      

"Jaga istrimu dengan baik., Aku tidak tahu mengapa kau pandai sekali membuatnya menangis, Aku sangat tersiksa melihat perempuan yang aku relakan tak bahagia," Damar melenggang pergi, setelah  sebelumnya sempat melambaikan tangan perpisahan kepada Aruna.      

Ketika pintu di belakang pasangan suami istri terbuka, Hendra menghentikan langkahnya. Pria ini meminta Aruna masuk lebih dahulu, sedangkan dirinya sendiri mengejar Damar, menuruni tangga.      

"Hai.. boleh aku minta bantuanmu?" tiba-tiba keduanya canggung, "oh Ya, yang tadi.. aku sungguh minta maaf," urai Hendra mereda rasa canggung.     

"Aku juga minta maaf, aku pikir kalian benar-benar telah berpisah. Setelah dia menangis di bandara," maksud Damar, setelah Aruna menangis sangat parah pada pulang menuju Jakarta (di bandara Juanda).      

"ya.. tidak semua berjalan sesuai kehendak kita," mata biru beberapa kali melempar pandangan karena merasa sangat canggung.      

"kau ingin minta bantuan apa? Katakan saja," hal yang sama juga ditunjukkan Damar, pria ini lekas memalingkan wajah ketika matanya bertemu Hendra     

"Seandainya kamu berkenan, Aku berharap kamu mau jadi saksi pada persidangan kami,"      

Sedikit tercengang, sejalan berikutnya Damar lebih berani menatap Hendra, "kalau memang kesaksianku sangat dibutuhkan, pasti aku upayakan hadir untuk Aruna, untuk kalian," tandas pemuda Padang sebelum dua pria ini saling mengucapkan salam perpisahan.      

***     

"Gibran, Apa kau yakin kau tidak memberikan instruksi kepada Rey untuk mendekati mantan istri Hendra," Nakula sudah bertanya beberapa kali.      

"Sudah kukatakan berulang, aku tidak punya andil pada hal-hal berbau strategi menghancurkan keluarga Djayadiningrat," Gibran meletakkan berkas pengembangan beberapa anak perusahaan tarantula group yang akan digunakan sebagai bahan diskusi hari ini.      

"Pekerjaanku adalah membuat kebijakan baru untuk meningkatkan profit tarantula group, jadi jangan tanyakan sesuatu di luar itu padaku!" kembali Gibran menegaskan pernyataannya.      

"Nakula?? Aku tidak mengerti denganmu, mengapa kau begitu berambisi membahas istri Mahendra," ada semburat khawatir di hati Gesang,  pemuda ini pernah berperan sebagai pengawal perempuan yang hangat dibicarakan orang-orang di sekitarnya.      

"Ini bukan terkait ambisi, siapa pun sadar, bisa mendapatkan mantan istri Hendra adalah kebanggaan tersendiri untuk kita, oh lihat itu Rey datang!" Nakula berdiri menyambut anak keluarga Barga.      

"karena mendekati em.. (mengingat nama seseorang)," ini suara Oliver, si Playboy.      

"Aruna??" lengkap Gesang menduga kalimat Oliver.      

"ya Aruna," Oliver mengacungkan jarinya, membenarkan ungkapan Gesang, "karena mendekati atau mendapatkan Aruna bukan bagian dari misi tarantula, bagaimana kalau kita bertaruh?!" Oliver menantang yang lain.     

"Apa-apaan kalian?! Aruna sudah menjadi tujuanku secara pribadi, mengapa kalian ingin mengacaukan kehidupanku!" Rey tidak terima.      

"jangan bilang kamu takut! Aku akan pertaruhkan 10% sahamku seandainya salah satu dari kalian berhasil," tantang Oliver sekali lagi.      

"kau benar-benar akan menyerahkan 10% sahammu?" kembali Rey bertanya, dalam lingkaran tarantula keluarga Barga tidak begitu banyak mendapatkan tempat. salah satunya disebabkan saham mereka terlalu minim dibanding yang lain. Tentu saja tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.      

"Apa yang bisa di jadikan bukti? Bahwa kita berhasil atau tidak?" Nakula tampaknya ingin terlibat dalam permainan ini.      

"Kita pastikan dulu. Apa kau mau bertaruh hal yang sama?" Kembali Oliver menantang yang lain.      

"Aku tidak akan ikut-ikut," Gesang berbicara sambil mengangkat kedua tangannya. Sedangkan Gibran lelaki yang menjadi pimpinan mereka lebih sibuk memeriksa berkas.      

"baiklah aku ikut," suara keberanian Rey, menyulut keberanian Nakula. Bagi Rey kalah dan kehilangan sahamnya adalah hal yang paling berbahaya, dia bisa kehilangan banyak pengaruh di tarantula.      

Namun, mengabaikan peluang untuk mendapatkan saham lebih banyak dengan tantangan ini merupakan keharusan. Para dewan sejak awal tidak pernah saling menjual saham mereka untuk memperkuat posisi.      

Masing-masing keluarga memegang saham mereka dengan erat. Walaupun keluarga Rey memiliki uang banyak, mereka tidak pernah punya kesempatan untuk membeli saham dari yang lain.      

Dan tentu saja pria berambut halus ini tidak akan melewatkan kebodohan anak para dewan yang saat ini menjadi wakil masing-masing keluarganya.      

"siapa yang bisa membawa istri Mahendra di acara pertunangan Gibran itulah pemenangnya, Bagaimana?" kembali Nakula membuat tantangan.      

"oh, semudah itu ternyata? baiklah aku ikut," Oliver terlihat bersemangat dia menggosokkan dua telapak tangannya  seolah mencari kehangatan padahal tidak dingin.      

"tentu aku ikut," ini suara Rey, Rey paling percaya diri karena dialah yang mendapat dukungan langsung dari Anantha dan paling tahu seluk beluk Aruna.      

"Pertunangan??" Gesang mengerutkan alisnya, tampaknya pemuda ini ketinggalan sebuah informasi penting di keluarganya.     

Melihat hal tersebut Gibran mencoba mengalihkan perhatian, dia perlu menghindari pertengkaran dengan adiknya. Buru-buru melempar berkas pada masing-masing putra tarantula.      

***     

"sayang, Apa yang kau lakukan??" Hendra merebut sapu di tangan Aruna.      

"Ayo berbaring., istirahatlah.,!" pria ini menuntun Aruna supaya berbaring di atas ranjangnya. Hendra cukup terkejut ketika dirinya memasuki rumah mungil istrinya, gadis ini masih saja berusaha membersihkan sendiri kekacauan mereka tadi, padahal kondisi tubuh terlihat lemah.      

"kau bisa membersihkannya?" lirik Aruna mendapati Hendra kebingungan memegang gagang sapu.      

"Em... Aku harus mencobanya, bukan?!" pria ini menggerakkan sapu seperti menggerakkan kuas, menggeser gagang sapu ke kanan dan ke kiri.      

"Sebenarnya cara memegangmu sudah benar., coba gerakkan dalam satu arah, Hendra.,!" pinta Aruna gemas melihat polah tingkah Mahendra.      

"Em.. begini??"      

"Oh.. ya tuhan.. bukan begitu.. kumpulkan di satu titik lalu ambil menggunakan pengki!" sang istri ngomel, gemas. Sebab Mahendra sungguh tak ada harapan mampu melakukannya dengan benar.      

.     

"Bruk!" mata biru membanting sapu beserta pengki. "Aku tak mau lagi bersih-bersih!, ini susah sekali," sang tuan muda berakhir ngambek, dia terlalu banyak diomeli istrinya padahal sudah berusaha semaksimal mungkin.      

"Ha? hahaha.." sedangkan sang istri tertawa terbahak-bahak, melihat kekacauan Hendra hanya karena sebuah sapu beserta pengki termasuk pel lantai untuk membersihkan bekas Damar melempar kompresnya tadi.      

"Huuuh.. cup cup.. kasian suamiku.." ledek Aruna menuruni ranjangnya.      

"Jangan! Jangan turun dari ranjang! Aku akan bereskan semuanya.."     

"kau yakin??" Aruna memastikan.      

"Biarkan aku menonton tutorial cara menggunakan peralatan bersih-bersih, tak akan lamaa.., aku yakin aku bisa melakukannya setelah melihat teorinya," dan benar saja Hendra mencari tutorial cara menyapu yang benar. Mata biru memutar video lalu meletakkan benda tersebut di atas meja, sambil mengamati, sambil mempraktikkan.     

"uuuh.. hehe.." lagi-lagi Aruna dibuat tertawa. "bagaimana bisa aku melupakan pria aneh sepertimu," gerutunya melengkapi pengamatan penuh makna kepada CEO DM grup.      

"kau tahu Hendra.. aku pernah ditanya Damar, mengapa aku bisa jatuh cinta padamu?" pertanyaan Aruna hanya dijawab dengan gumaman, "Heeemm," karena pria yang dia ajak bicara saat ini masih sibuk menggosokkan kain pel pada lantai. Tentu saja masih dengan kesibukannya, membolak-balik tubuhnya sebab perlu mengamati video pada handphone.      

"jawabanku membuat Damar merinding, aku bilang aku menyukaimu karena kau aneh," tiba-tiba sang pria berhenti, Hendra memasang wajah kurang setuju.      

"Kenapa jawabanmu tak romantis? Kau harusnya membiarkan ku tampak keren di mata pria lain!!" protes Hendra.      

"Tapi Aneh, bagiku adalah jawaban yang jujur," sanggah Hendra.     

"Apa maksudnya menyukaiku karena aku aneh??" cucu Wiryo tidak paham.      

"Ya...h, begitulah.. kenyataannya.," balas Aruna kembali berbaring.      

"Hei.. ralat dulu sebelum tidur!" Dia mendekat "Aku pria tampan, kaya, berkarisma dan sangat cerdas. Kelebihanku tak terhitung saking banyaknya. Bisakah kau memilih salah satu kelebihanku yang luar biasa itu dari pada mengatakan Aku aneh?!" pria congkak menampilkan wujud aslinya, sudah lama Hendra tidak menunjukkan ke kesombongan jenis ini. Mungkin, terakhir kali ketika kehidupan rumah tangga dua anak manusia ini belum banyak masalah.      

Dan pria tidak terima, meletakkan alat bersih-bersih. Dia mendekati istrinya, sebab gemas mendengar kalimat: "aku tidak bisa membohongi diriku, Aku menyukaimu karena keanehan mu!"     

"Hai.. jangan mendekaat..," Aruna menahan wajah yang berhasrat mengendus dirinya.      

"Badanmu bau.. bekas tong sampah," sergah Aruna mengusir rambut coklat.      

"Ah, iya.." Dia mundur seketika. "Apa istriku punya baju yang bisa aku kenakan?" Hendra mengamati dirinya dan membuat perbandingan dengan menatap tubuh mungil istrinya.     

"Wah., Mana ada bajuku yang bisa muat di tubuhmu??" Aruna mengingat-ingat isi lemari.      

"Em., Okey., Baguslah.. aku putuskan aku akan telanjang malam ini!!"      

"HENDRA!!"     

.     

.     

__________       

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/       

1. Lempar Power Stone terbaik ^^       

2. Gift, beri aku banyak Semangat!       

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan       

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.