Ciuman Pertama Aruna

II-118. Si Bule Vs Si Resek



II-118. Si Bule Vs Si Resek

0Hendra tak sampai di situ saja dia menarik lagi tubuh pemuda jangkung ke dalam cengkeraman tangannya.      

"Hai sialan Kenapa kau menerkamku?" Damar yang tidak terima menggigit tangan Hendra dan membalas dengan pukulan.      

Kini Hendra yang terpelanting, tapi dia tak sampai tersungkur, sepertinya pria bule ini lebih pandai bergulat. Suami Aruna mudah saja untuk menemukan keseimbangannya kembali, sekali lagi dia menjatuhkan Damar dan memukulnya.      

"Apa yang kau lakukan!" teriak Damar yang sudah kewalahan diapit dua lutut berpostur bule  dan siap meluncurkan bogem berikutnya.      

"Apa yang kau lakukan pada istriku! Selama ini aku sudah menahan kesabaran melihat kelakuanmu,"      

"minggir kau! lepaskan aku! Percaya diri sekali kau memanggilnya istri setelah membuat menangis berulang kali," di saat Hendra berkonsentrasi ingin menghabisi Damar, tangan pria jangkung itu meraih sesuatu.     

"Kenapa..?? huuh.. ada apa ribut-ribut?" Aruna mendengar sesuatu yang berisik di sekitarnya, gadis lemah ini perlahan bangkit mencari pemahaman. Dan sangat terkejut ketika dia menemukan dua pria saling menyerang satu sama lain.      

Kini Damar berhasil meraih sandal tidur Aruna dan memukulnya berulah ke muka Hendra.     

"Apa yang kau lakukan?? Dasar gila! itu kotor tahu!" Hendra langsung bangkit menghindar, agaknya pria ini lebih kuat tapi dia takut hal-hal kotor. Melihat gerak-gerik tersebut buru-buru Damar meraih tong sampai kecil di dekat meja belajar Aruna.      

Pria bibir robek ini mengangkat tong sampah di atas kepalanya dengan rasa bangga penuh kemenangan.     

Hendra mundur berusaha menghindar.      

"Minggir kau!! Jangan kau lakukan itu! Kau akan menyesal! Awas saja!" Gertakannya di tertawa kan Damar.     

"Tuan muda anda takut kotorkan??" ledek Damar.      

"Hei.. kumohon hentikan..!" Aruna mencoba bangkit dari tempat tidurnya. Terang saja rintihan lemah itu di abaikan, tidak ada yang mendengarkan dirinya.      

"Bams!!" Damar mengabaikan peringatan Hendra. Si bule yang takut tubuhnya bau dan kotor berteriak jengkel ketika pria jangkung benar-benar melempar tong sampah beserta isinya ke tubuh yang dia jaga dengan perfeksionis.      

"Aaargh!! Sial kau!!" Si pemarah ikut-ikutan meraih sesuatu sedapatnya, Hendra menggenggam ringan leptop Aruna dengan satu tangan, dia lempar beda itu pada Damar.      

"Prak!!" Nyatanya benda tersebut di halau Aruna dan tepat mengenai kepala gadis tersebut. Si gadis yang kurang enak badan langsung terjatuh tidak sadarkan diri, di sisi lain pelaku membulatkan mata terkejut bukan main. Pelipis gadis itu berdarah karena dirinya.      

Damar yang berada lebih dekat dengan tubuh Aruna mencoba menggoyang-goyangkan mencari cara supaya gadis itu sadar. "Arunaa.. Arunaa.." tidak ada jawaban. Pemuda ini berlarian mencari tisu, menyeka darah yang enggan berhenti.     

 "Aruna.. ARUNA!!" teriaknya lalu berdiri lagi melewati pria bule yang membatu dengan kedua lutut menyentuh lantai, setelah upayanya menepuk wajah Aruna disadari  sia-sia, Damar segera mencari es batu dari kulkas Aruna.      

Sedangkan lelaki bermata biru alias si aneh dalam sudut pandang Damar yang sejak tadi diam mematung sambil berlutut, Damar tengok sedang memegangi dadanya.     

Damar masih sempat mengompres pelipis Aruna dengan air es untuk mengurangi aliran darah tatkala pria dibalik punggungnya ikut terjatuh dengan suara napas naik turun seolah olah tercekik.     

Pemuda Padang sempat bingung sendiri ketika membalik tubuhnya dan mendapati pemandangan yang sama seperti setahun silam ketika Aruna pingsan dan pria ini juga jatuh dengan gejolak tubuh aneh.      

Mata biru yang mengarah pandang kepada Aruna mulai tenggelam, walaupun pemiliknya berupaya keras untuk membuka kembali tiap kali hal itu terjadi.      

"Apa yang harus aku lakukan??" Damar bingung pada dua tubuh yang terkapar dilantai.  Hendra mulai tenggelam seiring nafas berisik perlahan melemah.      

Saking bingungnya buru-buru pemuda Padang membilas mata Aruna dengan air sebanyak-banyaknya lalu mendekati si bule. Untungnya mata coklat membuka, gadis itu langsung panik melihat Hendra.      

"Damaaaar.. kumohon.. tekan dadanya hiks hiks.. tekan sekeras kau bisa.." Histeris Aruna seiring upayanya bergerak lambat mendekati tubuh sang suami.      

"Lebih kuat lagi!!" Pinta Aruna setelah dia benar-benar berada di dekat tubuh CEO DM grup.      

"Puk Puk!!" berulang Aruna menepuk wajah Hendar.      

"Hendra lihat! Lihat aku! Aku di hadapanmu" bersama dengan gerakan Damar menekan dada si bule. Aruna berupaya meniupkan udara pada mulut Hendra. Gadis ini memberikan nafas bantuan.      

"Hendra buka matamu..! hiks! Kau tak boleh begini! Kau tak boleh kambuh! Hiks hiks" perempuan ini berderai air mata melupakan sejenak pelipisnya yang berdarah. Mata timbul tenggelam seolah akan tertidur pulas kini membuka lagi.      

"Hendra lihat! Lihat! aku di sini! Aku bergerak! Bernafas! Aku tidak apa-apa!" suara nafas berisik muncul lagi, "Hendra lihatlah! aku bahkan memberimu nafas! Ayo bangun..! hik hik hik.. ayo bangun..! ku mohon..!" Aruna mengulang kata-kata yang sama sambil memberi bantuan nafas pada pengidap post  traumatic syndrome. Aruna sadar sekali trauma pria ini di bangkitkan akan ada serangkaian prosedur panjang untuk memulihkannya seperti sedia kala.     

Gadis ini terhenti setelah mendapati nafas cucu Wiryo perlahan normal, di susul gerakan tangan menyentuh pelipisnya yang terluka. Buru-buru Aruna memeluk suaminya, meraih leher sang pria yang matanya sudah bisa terbuka seperti sedia kala.      

Hendra terduduk dan membalas pelukan istrinya erat-erat. Mengecup luka sang perempuan dan memeriksa wajahnya berulang lalu mendekap kembali tercampur dengan peluh dan lelah berjuang melawan dirinya sendiri.     

"Syukurlah.. kau tidak apa-apa sayang.. maafkan aku," gadis dalam dekapan di peluk dan di belai berulang.      

"Aku lah yang bersyukur karena kamu bisa melawan dirimu," Aruna bersandar lemah dalam dekapan Hendra.      

"Hai.. berhentilah mengucapkan kalimat drama di hadapanku.. ayolah.. ada pria yang harus kalian kasihani di sini!" protes Damar melihat adegan Romen di hadapannya.      

"He.. he.." Aruna sempat tertawa menangkap keadaan Damar.      

"Aku lah di sini yang paling mengenaskan!" si pemuda Padang berceloteh lantang. "Aku lelah fisik dan mental.. kasihanilah pemuda yang bertepuk sebelah tangan, kena bogem pula," rintihan resek khas Damar menggerakkan Aruna untuk mendekat. Gadis ini menekan bibir robek sahabatnya.      

"Sayang! Jangan termakan omongan manisnya!" Hendra merebut tangan Aruna tidak terima.      

"Ya tuhan.. tolong hentikan jangan bertengkar lagi!" Aruna menatap dua pria yang bentuknya sudah tidak karu-karuan.      

"Ayo saling minta maaf!" boro-boro minta maaf, keduanya melempar pandangan ke arah berbeda.      

"Ayolah.. jangan seperti anak kecil!" Aruna mengambil tangan kanan masing-masing pria ngambek yang ada di sampingnya.  Dia memandu kedua pria itu untuk saling berjabat tangan. Mereka bersalaman canggung sambil melirik satu sama lain.      

"Kalau bukan karena Aruna Aku tidak mau melakukan ini!" seperti biasa Hendra menunjukkan congak khas pewaris tunggal yang mau menang sendiri.      

"Kalau bukan karena Aruna, detik ini juga aku pergi ke kantor polisi untuk melaporkan penganiayaan!" ungkapan resek khas Damar tidak ada tandingannya.      

"Kau membuat tubuhku kotor dan bau!!" si tuan muda mencium bajunya sendiri.      

"Dan kau membuat bibirku robek! Visum tidak bisa menganalisa bau tapi bisa menganalisa penganiayaan," mereka saling tuding satu sama lain.      

"kau mau mendapatkan pukulanku sekali lagi!" gertak Hendra kesal mendapati lawan bicaranya pandai merangkai kata.      

"Aruna lihat! suamimu mau memukulku," pria ini merengek, menarik tubuh Aruna dan bersembunyi dibalik punggung gadis yang di ributkan.      

"Aaargh! Kau benar-benar menyebalkan!! ... ... ... ...     

.     

.     

__________       

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/       

1. Lempar Power Stone terbaik ^^       

2. Gift, beri aku banyak Semangat!       

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan       

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.