Ciuman Pertama Aruna

II-108. Rasa Resah



II-108. Rasa Resah

0"Ada apa?" curiga dengan sikap Aruna.      

"HAIS' SIALAN!" pria ini memaki menampakkan wujud aslinya.      

"Tutup pintu yang benar!! Get the fuck out of here," Rey mengumpat kasar lalu dia membanting pintu yang tidak tertutup rapat, "BRAK!!" suara pintu memekikkan telinga.      

Aruna berdiri sigap, awas dan hati-hati. Menjelajah pandangan sebagai wujud dirinya ingin cepat pulang dia mengais-ngais alasan yang mungkin bisa di gunakan.      

"Mereka pasangan, (wajah Aruna terlihat tidak nyaman) maksudku pasangan suami istri, Em... Kakakku, iya begitu," terbata-bata Rey berbicara mencoba mencari alasan sesungguhnya dia bohong besar.      

"Kau sudah menikah bukan? Kamu pasti paham bagaimana sepasang suami istri," Aruna hanya terdiam dan tertangkap canggung.      

"Atau jangan-jangan cerita kakakmu bener, kamu belum tersentuh, tapi kurasa itu mustahil" Aruna sama sekali tidak menjawab dia terdiam seribu bahasa.      

Gadis ini tidak begitu berminat untuk menanggapi, dia lebih termotivasi mencari cara supaya bisa segera pulang. Tempat tinggal Rey tampak aneh, apalagi ketika gadis ini mengintip sisi kiri ruangan yang menyajikan kolam renang luas. Terdapat dua pasang laki-laki dan perempuan tidur tiduran di atas balon mengapung.      

_Apa orang itu juga kakaknya Rey, sepertinya tidak mungkin_ gundah Aruna. Sayangnya lelaki dengan rambut terbelah tengah yang halus menjuntai mengenai dahinya itu. Memutuskan menarik sekali lagi tubuh gadis kecil. Lalu dibawa mendekat ke kolam renang.      

_ apa yang diinginkan orang ini?_ Aruna belum menemukan jawabannya padahal kini kedua bahunya sudah di pengang oleh dua tangan Rey yang mendorongnya dan menempatkan tubuh Aruna berdiri tepat di depan Rey.      

"guys perhatikan sebentar! Aku akan memperkenalkan tamu istimewa ku yang kuceritakan tadi, (Rey tersenyum lebar) namanya Aruna adik Anantha." Rey berbangga hati.      

"wow manisnya," Oliver bangkit dari rebahan.      

"Berapa usiamu kamu terlihat sangat muda," Nakula penasaran.      

"Berapa usiamu Aruna," Tanya Rey.      

"Em.. di atas 20," Aruna menutup dirinya.      

"Duduklah sebentar aku bawa ke mari minumanmu," pinta Rey dan Aruna hanya terdiam masih memikirkan cara pulang. Serta memikirkan tentang kakaknya, Rey adalah teman Anantha dan apakah Anantha punya kehidupan yang sedikit asing seperti sesuatu yang tersaji di hadapannya sekarang? Sepertinya itu sangat mustahil, kak Anantha tidak punya banyak kesempatan untuk bersosialisasi dia lebih banyak membangun bisnisnya, cewek pun tak punya. Lain lagi kalau Aruna hanya tertipu selama ini.      

"Apa yang seperti ini. Rey, tipemu," Oliver terlihat penasaran bangkit dari rebahannya.      

"Tentu saja," Rey yang baru keluar dari ruang tengah membawa hidangan untuk Aruna dan mengantarkan ungkapan kebanggaan yang lain, "IPK terbaik di fakultas, founder start up sejak usianya 18 tahun, meraih penghargaan Bekraf dan anak muda yang di dapuk menjadi pembicara dalam T*D Talks," Rey tersenyum bangga.      

"Ah, kakak melebih-lebihkan," sela Aruna terkejut mendengar pemahaman menyeluruh Rey tentang dirinya.      

"Oo.. ternyata kau lebih tertarik inner beauty dari pada fisik," Nakula ikut berkomentar.      

"Ayolah.. kau yakin ini seputar inner beauty?" terlihat Oliver meninggalkan perempuannya turut mendekat duduk di kursi samping Aruna, belum juga dia duduk. Tangan kiri Rey mendorong putra Abraham dan mengambil alih kursi, dia duduki. Sedangkan Oliver terpaksa duduk di kursi lain tapi masih dalam satu lingkaran, perlahan perempuannya pun juga mendekat.      

"Bedanya dengan itu, incaranku belum pandai pakai make up," Bisik Rey menyeringai, merasa jadi juara.      

"Uch., bukan kah kamu yang..? Bentar-bentar.." perempuan Oliver meraih Handphone-nya, perempuan berbikini itu lincah memainkan jemari lentiknya di atas screen guard sejenak dia berselancar kemudian dengan senyum mengancam kepada Aruna perempuan ini meletakkan benda persegi empat itu di atas meja hingga bunyi klatak terdengar, sengaja si perempuan centil ini ingin menunjukkan pesonanya. Tak lama setelah memastikan Barga Aruna dan Oliver mengamati portal berita di sosial medianya perempuan asing ini duduk di salah satu paha Oliver.      

"Iya ini aku," jawab Aruna santai, gadis ini merasa tidak ada apa pun yang harus di tutupi atau harus meladeni si bikini centil yang tampaknya ingin memojokkan gadis berpakaian biasa saja ini.      

"Semua yang di katakan artikel itu benar," benar dia dan seorang solois yang lama vakum berada di bandara Juanda Surabaya kemarin. "Kecuali tentang dia adalah faktor perceraianku dengan suamiku. Informasi itu salah besar aku dan Damar, Em.. Maksudnya Danu Umar sahabat baik," lengkap si kucir kuda.      

"Apa?? Kamu sudah menikah?" Oliver tampak terkejut dan Nakula ikut ikutan datang, dia mulai bosan di kola renang.      

"Iya, aku punya suami," senyum simpul Aruna sambil meraih gelas di hadapannya. Dia ingin segera minum dan pergi dari tempat ini. Rey dan orang-orang di sekitarnya agaknya kurang bisa membuat Aruna nyaman.      

"Tadi usiamu 20 kan?" konfirmasi Nakula.      

"Dan artikel ini bilang kamu akan bercerai? Kau akan jadi janda semuda ini, woo.. luar biasa," Hina perempuan ide paha Oliver.      

"Karena aku manusia biasa, aku sadar diri tidak sempurna adalah kewajaran," jawaban Aruna sangat klise, tapi tepat mengena.      

_Jawaban gadis cerdas memang beda_ gumam Rey makin senang menikmati Aruna, pria ini menatap si kucir kuda dengan minat mendalam dari yang lain.      

"Oh iya, asal kalian tahu dia istri Mahendra." Nakula dan Oliver mengerutkan dahinya mendengar ungkapan Rey, "Mahendra, CEO DM grup," mata lawan bicara Rey langsung membuka lebar, Nakula bahkan tak menyadari dia membuka mulut ternganga. Putra Christian merajut dugaan dalam benaknya, apakah ini tentang misi dan Rey menunjukkan minat maupun memuji-muji gadis ini sebagai bentuk mewujudkan tujuan tersembunyinya.      

"Oh, istri Hendra Djoyodiningrat. Kami mengenalnya dengan baik," celetuk Nakula menetralkan keadaan.      

"Mantan istrinya," Rey membuat konklusinya sendiri.      

"Aku belum resmi bercerai kak," Aruna keberatan.      

"Tinggal menunggu waktu kan??" kembali Rey menyimpulkan seenaknya sendiri.      

"Boleh aku pulang?" Aruna sudah berada di limit rasa tidak nyaman. Bukan hanya satu orang yang memandanginya, kini Nakula dan Oliver turut mengamatinya dengan gelagat aneh. "Minumanku sudah habis," dia bungkam kata-kata Rey sebelum terucap.      

"Aku Oliver Abraham," tiba-tiba pria itu menanggalkan gadis yang duduk di pangkuannya, berdiri menyodorkan tangannya kepada Aruna. Gadis yang sudah beranjak dari duduknya terpaksa menerima tangan menjulur milik Oliver. "Pemegang saham tertinggi Endless Residential real estate," tambah pria ini sangat percaya diri.      

"Hai apa maksudmu??" bentak Rey menampar tangan putra Abraham agar terlepas dari tangan Aruna.      

"Aku hanya memperkenalkan diri pada perempuan spesial, kau bilang begitu kan tadi? Dan ternyata kata-katamu benar," debat Oliver pada Rey.      

Sedangkan gadis yang diributkan hanya tersenyum ringan, mundur, lalu pergi. Untuk berterima kasih pada Rey saja dia tak ingat, otaknya hanya berisikan cara pergi dari tempat aneh ini. Lekas memanggul ranselnya, kemudian buru-buru berjalan cepat keluar dari ruang tengah menuju ruang tamu. Aruna sadar dia di ikuti Rey termasuk dua pria yang tatapannya mencuatkan rasa resah di hati adik Anantha.      

Tepat ketika gadis ini meraih handle pintu, tangan lain mendorong pintu dari luar. Seorang pria yang tidak asing bagi Aruna berdiri bingung melihat 4 orang sudah ada di balik pintu seolah menyambutnya.      

Spontan gelagapan mendapati perempuan menatapnya keheranan, "Nona ... ...      

.      

.      

__________________________      

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/      

1. Lempar Power Stone terbaik ^^      

2. Gift, beri aku banyak Semangat!      

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan      

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.