Ciuman Pertama Aruna

II-94. Sampai Ujung Rambut



II-94. Sampai Ujung Rambut

0Aku akan mengulur sepanjang-panjangnya sidang perceraianku sampai Aruna berlari dalam pelukanku kembali apa pun caranya.      

.     

Setelah deretan penjelasan dari para hakim berbaris begitu saja keluar masuk telingaku, tidak ada hal yang istimewa bagiku. Hanya beberapa yang aku ingat salah satunya adalah kuasa hukum dari keluarga Aruna memaparkan alasan gugatan perceraian yang dilayangkan padaku sesuai UU Perkawinan Pasal 39 ayat 2 tidak jauh dari dasar perceraian nomor 1, salah satu pihak berbuat perselingkuhan dengan ditemukannya tindakan yang tak layak di lakukan seorang suami.      

Mendengar alasan gugatan perceraian pertama dari kuasa hukum yang di siapkan Anantha sedikit pun aku tidak terkejut. Mereka punya bukti bahkan seluruh orang di luar sana punya bukti tentang ciumanku dengan Tania.      

Dan aku sudah mempersiapkan cara untuk menyangkal tuntutan tersebut. Aku yakin ajudan Hery bisa menjadi saksi untuk meringankan tuntutan kakak Aruna.      

Tuntutan yang lain ialah nomor 4 terkait salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan, sungguh aku ingin melempar kursi yang sekarang aku duduki ke arah Anantha. Entah mengapa aku paling tidak suka jika aku dikatakan berbuat kasar, mengurung atau menyakiti Aruna. Aku tahu aku sering membuatnya ketakutan bahkan pernah mencekik lehernya.      

Aku mengerti perilaku tersebut adalah tindakan menyimpang sebagai seorang suami. Tidakkah mereka sedikit memahami diriku atau menaruh simpati padaku yang saat itu berjuang melawan penyakitku.      

Sesungguhnya andai orang tahu bagaimana aku memperlakukan Aruna di luar traumatic syndrome yang aku derita. Mereka pasti tidak percaya bahwa aku rela melakukan apa saja untuk istriku.     

Aku rela mempersiapkan semua perlengkapan yang akan dia pakai. Sampai-sampai hal remeh tentang dalamannya pun rela kusiapkan, menjatuhkan harga diriku meletakkan benda-benda itu tiap pagi agar dia tidak kesusahan memilih pakaian.      

Aku jaga pola makannya agar gadis itu tidak sakit. Aku sanggup mengabaikan lelahku pulang kerja demi membuatnya makan dengan menyuapinya ketika dia mulai malas makan, aku sadar dia makin kurus setelah pernikahan kami. Sesadar itu pula aku berusaha keras untuk menjaga asupan nutrisinya.      

Di malam hari ketika dia tidur pulas, ku pijat kakinya supaya lebih relaks menempuh hari esok. Para penghuni rumah induk bilang istriku suka sekali berjalan-jalan mengelilingi rumah ini. Sayang keluarganya tidak tahu aku mencintai Aruna dari ujung kaki sampai ujung rambutnya.      

Dan tuntutan lain yang membuat Kakek mengetukkan tongkatnya kasar kemudian dengan emosi dinginnya seraya memberi banyak instruksi secara bergantian kepada para ajudannya ialah dasar gugatan nomor 5.      

Seketika ajudan kakekku mendekati tim kuasa hukumku. Ternyata kakek menginginkan sidang perceraian ini di jalankan secara tertutup, gertakkannya tertangkap mampu menjalarkan kebekuan pada penghuni ruang sidang yang sudah dingin sejak awal.     

Terutama keluarga istriku. Aku lirik ekspresi Ayah Lesmana, Ayah istriku hanya bisa menundukkan kepalanya sedangkan Anantha demikian awas pada setiap tatapannya. Mereka mulai khawatir karena kakek terlihat ikut campur dalam persidangan ini.      

Sepertinya bukan cuman aku menyadari kakekku sedang kecewa berat ketika nomor 5 diangkat sebagai bahan gugatan perceraian. Poin ini tidak jauh-jauh dari pembahasan bahwa pihak tergugat mengalami penyakit tertentu yang menghambat kehidupan berumah tangga, apalagi kalau bukan  traumatic syndrome yang aku derita.      

Ketika hakim menanyakan pembelaan tentang gugatan yang mereka layangkan sejujurnya aku sudah siap dengan sederet jawaban secara lisan. Aku bisa membela diri ku detik itu juga. tapi kuasa hukum ku meminta waktu untuk merevisi pembelaan secara tertulis yang akan kami persiapkan di sidang berikutnya.     

Hal tersebut tidak sesuai dengan prediksi serta kesepakatan yang kami buat. Ternyata kakek sedang menunjukkan kekuasaannya, tetua mulai ikut campur dengan sidang perceraian.      

Lalu yang terjadi berikutnya tidak kalah berbelit-belit, kuasa hukum ku bersikukuh menginginkan mediator dari pihak luar pada prosedur mediasi.      

Sedangkan kuasa hukum istri ku menginginkan mediator dari jaksa. Sepertinya sekarang yang sedang bertarung adalah kakekku bukan aku, karena lelaki tua di belakangku mulai bersedekap tangan. Kemudian menghantarkan banyak instruksi melalui pengawalnya kepada kuasa hukumku. Tentu saja kuasa hukumku lebih memilih mengikuti perintah kakekku daripada kesepakatan yang sudah kami bahas pada pertemuan sebelumnya. Tidak ada yang bisa menyangkal seberapa besar pengaruh dan namanya dikenal, Wiryo Djoyodiningrat lelaki tua yang angkuh dan sulit di taklukan dengan pembawaannya yang jarang bicara.     

Prosedur mediasi tidak menghasilkan titik temu hingga sidang di tunda beberapa hari berikutnya.      

Terlihat jelas perasaan kecewa dari wajah Anantha. Berbeda dengan ayah Lesmana yang secara mengejutkan mendekati kakek dan menghantarkan ungkapan permintaan maaf: "Maafkan putraku" ucapnya memasang wajah penyesalan sambil sempat menatapku sejenak.      

Sesaat kemudian ayah berlalu meninggalkan ruang sidang.      

***     

"Huuuuh" Embusan panjang gadis yang baru menuruni pesawat lalu berjalan beriringan menuju pintu keluar bandara Juanda Surabaya adalah ungkapan keki dengan sekelompok manusia yang berjalan bagaikan robot mengikutinya.     

"Bisakah kalian berjalan biasa saja?" keluhnya pada sekelompok laki-laki yang sedang mengelilingi langkah perempuan mungil.      

Damar hanya bisa pasrah dan memilih sedikit menjauh karena ajudan-ajudan kiriman suami Aruna tampak posesif seperti tuannya. Gerakan mereka sudah mirip para bodyguard yang disiapkan oleh manajemen artis yang dulu menaunginya ketika menembus kerumunan fans yang ingin melihatnya sebelum dan sesudah konser.      

Otomatis perilaku mereka menarik perhatian orang-orang di sekitar, tentu saja yang tertangkap adalah seorang artis yakni Danu Umar tertangkap di bandara Juanda Surabaya dengan pengawalan ketat para bodyguard.      

Orang-orang kiriman Hendra hanya tersenyum ketika istri tuan muda protes dan Damar terkekeh menghiburnya, "haha.. tahukah Aruna, akulah yang di kawal mereka. Lihatlah orang-orang akan berpikir seperti ucapanku."     

"Masalahnya aku risi di perlakukan kayak gini Damar" Gelisah Aruna yang sudah menatap deretan mobil menjemputnya.      

"Hehe.. bersabarlah Aruna.. aku-lah yang harusnya lebih risi," Hibur Damar "sudah cintaku bertepuk sebelah tangan, kini aku di kawal bodyguard suamimu layaknya penjahat kelas kakap yang tertangkap" tambah pemuda Padang     

"Hee.." Gadis ini tersenyum meringis melihat seorang bodyguard menarik Damar agar masuk mobil berbeda dengan dirinya.      

"Nona anda butuh sesuatu sebelum kita menuju hotel" tanya seseorang yang duduk di kursi pengemudi.      

"Hotel apa yang akan kita tuju?" tanya Aruna.     

"Djoyo Rizt hotel Surabaya" sahut salah satu dari mereka.      

"Apakah suamiku akan datang nanti?" (ketika aku performance)     

"Tuan muda masih menghadiri sidang perdana perceraian"     

"Belum usai ya..," lirih gadis ini. Dan mobil melaju kencang menembus jalanan kota pahlawan yang tertangkap rindang di hiasi bunga warna-warni pada bulan ini. Bulan di mana bunga mulai bermekaran.      

"Pak boleh aku mampir ke pusat perbelanjaan?"      

"Anda ingin membeli sesuatu?"     

"Iya,"      

.     

.     

|Em.. Aruna ingin beli apa, ya?|     

.      

.      

__________________________      

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/      

1. Lempar Power Stone terbaik ^^      

2. Gift, beri aku banyak Semangat!      

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan      

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.