Ciuman Pertama Aruna

II-91. Rambut Singa



II-91. Rambut Singa

0"Terima kasih sarannya. Otakku sudah penuh ide sekarang" Hendra melengkapkan ungkapannya dan mulai bisa menelan kudapan di hadapannya dia sudah banyak makan dalam pesta jamuan. Jadi dia hanya memesan kudapan untuk cuci mulut saja.     

"sekarang giliranmu? Aku ingin menemuimu karena aku lihat kau tidak juga kembali pada dunia keartisanmu. Why? Tania." Tanya mata biru seiring gerakannya memasukkan sendok ke dalam mulut.      

"Entah-lah Hendra, Aku tak punya tenaga untuk kembali menghadapi hiruk pikuk dunia Entertainment. Mungkin mentalku belum cukup" terang Tania.      

"Bagaimana dengan bekerja dibalik layar? Bukankah dulu itu cita-citamu?"      

"Em.., aku tidak punya pengalaman"     

"Kau bisa memulainya dari Nara&Tv salah satu produser mengundurkan diri karena ratingnya jatuh, aku rasa kamu bisa menggantikannya. Dulu waktu SMA kau sudah memimpikannya, bukan?"     

"itu terlalu berlebih untuk ku Hendra, Bagaimana kalau aku jadi asisten produser dulu. Karir baru harus dimulai dari dasar, ya kan?"     

"tidak masalah"      

"Ya.. aku yakin aku segera naik ke atas"     

"Melihat senyummu lagi aku jadi lebih tenang" Sesaat kemudian dering telepon menyita perhatian mata biru. Dia keluar sejenak untuk menjawab panggilan.     

.      

"Menurutmu mengapa dia begitu spesial?"      

"Hah? Siapa?" berikut adalah jawaban Tania untuk pertanyaan Nana.      

"Siapa lagi.. istri Hendra yang tak terlihat menarik itu" Suara Nana begitu tidak nyaman di dengar, tadi perempuan berwajah anggun ini juga menatap Tania dengan tatapan tajamnya penuh permusuhan.      

"Ya.. tentu saja karena dia istrinya apalagi" Jawab Tania santai.      

"kalau sekedar status tidak mungkin Hendra memiliki perasaan sedalam itu pada dia"      

"Oh, tampaknya anda sangat mengenal temanku"     

"Heh, lebih dari kenal" tawa Nana sedikit menjengkelkan di mata Tania, perempuan ini terkesan menunjukkan bahwa dia begitu penting dalam lingkaran kehidupan Mahendra.      

Tania merasa perlu menjahili perempuan ini, "Kamu ingin tahu kenapa Aruna sangat spesial?"     

"Tentu" Nana berharap mendapatkan banyak informasi.      

"Karena gadis itu selain bisa menyembuhkan sindrom Hendra, dia juga cinta pertama Mahendra" wajah Tania dibuat meyakinkan, terlalu meyakinkan sebagai seorang pemain drama series.      

"Hendra pernah bercerita kepadaku, dan itu sangat menyentuh" sejujurnya Tania tidak tahu apa-apa.      

"itu pasti kebohonganmu, aku tahu akulah cinta Pertama Mahendra" Nana berbicara dengan percaya diri.      

"Hah! Haha! Yang benar saja? Kau? Yakin sekali dirimu" Tania mengibas-ngibaskan tangannya ke wajah, tanda dia begitu kesal dengan raut muka sok cantik dan percaya diri perempuan di depannya.      

"karena itulah kenyataannya" dan Nana masih begitu percaya diri dalam setiap ungkapan yang diluncurkan pada lawan bicaranya. Padahal Tania sudah mulai jengkel ingin meremas mulut Nana.      

Tania menyukai Hendra selama bertahun-tahun, tapi gadis ini tidak punya rasa percaya diri seperti sekretaris baru yang jelas jelas baru pertama kali terlihat di lingkaran kehidupan Mahendra versi sudut pandang Tania.      

"Asal kamu tahu sejak aku mendampingi Hendra dari SMA hingga sekarang sudah tidak terhitung aku temui perempuan tidak tahu diri sepertimu Lalu mereka ku usir secara menyedihkan. Kamu ingin jadi yang berikutnya" Tiba-tiba ada api kemarahan berkobar dalam diri Tania melihat keberanian Nana menatapnya.      

"Lakukan saja Kak kalau kamu bisa"     

"Wow?? Kau menantang ku!!" Tania sudah mulai berdiri menggenggam erat tangannya.      

"Kau mau apa?? Sorry, Nana tidak punya waktu untuk menanggapi perempuan menyedihkan dengan cinta bertepuk sebelah tangan"      

"APA KAU BILANG!! Tunggu siapa namamu?"     

"Nana??" Tania memastikan apa yang dia dengar.     

"Ya..h" perempuan ini mengibaskan rambutnya, tanda dia menunjukkan ketenangan yang berkelas.      

"kau saudara Leona??"     

"Ya.. Kau benar, why??" Jawabnya singkat masih duduk manis memasang aura anggun menawan.      

"KYAAAAAA..!!" Tania terbakar emosi, apalagi tahu bahwa gadis ini penyebab dia dijadikan alat oleh perempuan jahat, Leona.     

Ya! Tania menarik kasar rambut Nana tanpa ampun. Hidangan di atas meja otomatis ikut terbang, Nana tidak mau kalah dengan perilaku Tania, dia meraih kudapan yang tadi dimakan Hendra lalu terlempar pada muka Tania.      

Tentu saja Tania makin tersulut emosi, kini jambakan rambut semakin menjadi-jadi. Suara teriakan 2 perempuan mengiringi cara mereka saling tarik menarik rambut.      

"Lepaskan! dasar kau!! Perempuan aneh!!" Nana memaki Tania.      

"Apa kau bilang?? Aneh!! Kaulah yang lebih aneh, Rasakan! Beraninya memanfaatkan hidup ku untuk tujuan gilamu!" ungkapan Tania tidak jauh-jauh dari kemarahannya terhadap Leona.      

Leona sudah menjebaknya dan mengakibatkan hidupnya berantakan, bahkan turut ambil bagian dari kehancuran bahtera rumah tangga sahabatnya sendiri Mahendra. Rasanya Kalau bertemu dengan perempuan itu Tania siap bergulat layaknya kejadian saat ini. Kelakuan Tania kali ini adalah lambang kejengkelan terhadap Leona.      

"Oh ya tuhan.. apa yang kalian lakukan?" Hendra yang kembali masuk ruang makan seraya terbelalak, pupil matanya membesar diiringi gerakan melepas handphone yang tadi setia tertempel pada telinganya.      

Pria ini buru-buru menangkap salah satu dari mereka dan mencoba melepas rambut yang tergenggam satu sama lain. Nyatanya dia kewalahan, rambut Nana atau rambut Tania melilit seperti benang rumit pada setiap jemari.      

Mata biru memutuskan minta bantuan, Hery diminta untuk segera datang. Sambil menunggu Hery, Hendra berupaya untuk menyadarkan dua perempuan yang kehilangan kendali: "Kalian berhenti!, Tania sudah!! Sudah!! Nana hentikan!!"      

Sayangnya ucapan lelaki bermata biru tidak ada gunanya sama sekali. Kedua perempuan ini malah menjadi berputar-putar kesetanan. Untungnya Hery segera datang, membantu Hendra dengan menarik tubuh Tania dan Nana ada dalam dekapan Hendra.      

"Ku beritahu Hendra, kau harus jauh.. sejauh jauhnya dari perempuan ular itu!! Atau kamu akan menyesal!" Tania berbicara dengan peluh membasahi wajahnya termasuk rambut acak-acakan mengembang mirip singa.      

"Tahu apa dirimu tentang aku dan Hendra?!" Balas Nana, keadaan perempuan ini tidak kalah berantakannya. Tampaknya lebih parah dari pada Tania.      

"Hery antar Tania pulang, aku akan cari mobil lain" Perintah Hendra.      

"Aku bawa mobil, aku bisa pulang sendiri setelah merapikan diriku" Tania kesal bergegas menarik dirinya dari ikatan Hery dan buru-buru artis ini keluar. Setelah beberapa langkah dia menoleh ke belakang, tatapannya kuat tertuju pada Nana.      

"Aku akan mengawasimu, jangan harap kamu bisa berbuat macam-macam setelah kelakuan adikmu Leona. Ingat itu!!" Gertak Tania.      

.     

.     

"Apa yang terjadi padamu dan Tania?" Hendra geleng-geleng kepala merutuki perilaku saling tarik rambut dua perempuan yang erat dengan dirinya. Perjalanan menuju pulang ke rumah induk diwarnai rengek-kan Nana.      

Perempuan ini mengeluh minta dibantu merapikan rambut, mengeluh pipinya ada bekas cakaran keluhan lain yang tidak kalah manja adalah dia bilang kepalanya mulai pusing.      

Hendra terpaksa membantunya memijat kepala Nana, risi mendengar rintihan tiada henti sekretarisnya. Pemilik hidung mancung ini masih memiliki tabiat yang sama tidak berubah banyak mirip masa kecilnya. Pandai sekali merengek meminta Hendra memenuhi hal-hal kecil yang jadi permintaannya.      

[Em.. maaf aku sudah pesan tiket pesawat] sebuah pesan menghentikan gerakan tangan memijat.      

[Cancel saja!] Ketik mata biru.     

[Jangan dong, sayang kan udah beli dua sama Damar soalnya]      

_lagi-lagi Damar,_ keluh cucu Wiryo.      

[Tunjukkan padaku tiketnya] pinta Mahendra. Sebuah screenshot mampir di WhatsApp CEO DM grup.      

[Tiket ekonomi] kembali Mahendra mengetik pesan.      

[Iya. Plafon buget kami cuma segitu, soalnya konfirmasi awal hanya satu orang]     

[Kau lupa kau istri siapa? Kemana card yang aku berikan?]     

[Aku nggak mau merepotkanmu, Hen. Ini kan urusanku]     

[Okey, aku juga punya urusan terhadapmu] Hendra kesal, dia letakkan handphone-nya dengan lelah.      

"Baiklah.. kalau maumu seperti itu, aku juga akan berbuat semauku. Sekalian menjalankan strategiku".      

.     

.     

|Apa yang akan Hendra lakukan??|     

.      

.      

__________________________      

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/      

1. Lempar Power Stone terbaik ^^      

2. Gift, beri aku banyak Semangat!      

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan      

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     

JANGAN SAMPAI MENYESAL HEHE     

Karena nggak  ikuti novel author yang lain :-D     

1. IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu     

2. CPLM : Mr. CEO, Please Love Me     

3. YBS: You Are Beauty Selaras     

Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA, YBS, CPLM, IPK     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.