Ciuman Pertama Aruna

EVOLI



EVOLI

0'Jangan sampai kau tertipu?'     

'adikku sangat pandai menyembunyikan perasaannya'     

'aku saja sering tertipu apalagi kamu'     

'Aruna tidak peduli dengan dirinya dia akan memilih berdasarkan kebaikan untuk orang lain'     

Seorang laki-laki yang berusaha mencari tahu di mana keberadaan istrinya sudah mirip detektif yang mencari teka-teki dari setiap informasi yang dia dapatkan.     

Wajahnya tak lagi segar seperti dulu, kantong mata berwarna hitam tersaji, tak bisa dihindari. Hampir tiap malam kesulitan tidur dan memilih mencari tahu setiap kemungkinan yang ada.      

Andai dirinya masih berada di posisi yang sama sebagai CEO DM grup yang kini dia tinggalkan. Akan sangat mudah untuk mencari Aruna, tapi hal itu mustahil untuk dilakukan saat ini. ia harus bersembunyi dari orang-orang kakeknya.     

Usaha terakhir Hendra adalah mengendap-endap di sekitar kantor milik kakak laki-laki Aruna. Sudah dua hari pria itu melakukan hal yang sama. Sayangnya Anantha sangat sulit didekati terlebih dibuntuti.      

Pria itu mirip dengan dirinya. Terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan bahkan bermalam di ruang kerja. Anantha memang tipe orang yang tidak tiap hari pulang ke rumah.     

Dalam kejenuhannya menunggu Anantha di luar perkantoran, Hendra memacu motornya mencoba mengais semangat untuk bertahan.      

Mendatangi tempat yang dulu pernah dia kunjungi bersama Aruna. Jembatan tempatnya berteriak memohon agar Tuhan tidak mengabulkan doa gadis yang dia cintai.      

Mata biru terpaku dan berdiri lama di sana: _Tuhan.. Tolong kembalikan istriku padaku, aku tidak punya apa-apa selain dia_     

_Ambil saja semuanya tapi jangan dia_     

Doanya pun masih tentang perempuan yang telah meluluhkan hatinya. Hendra tetap bertahan, ketika orang lain bisa jadi akan merasa lelah dengan pernikahan yang diperjuangkan oleh satu orang saja.     

"Pak mohon maaf anda tidak boleh berhenti di sini" seorang polisi patroli mendekatinya, Hendra lupa bahwa sekarang bukan malam hari seperti dulu.     

"tolong anda pergi sekarang atau saya akan berikan tilang"     

"Maaf" mata biru memacu motornya dan melesat menuju tempat lain yang dia ingat.      

.     

" Hendra kau di mana?" Surya menghubunginya. Dengan menggunakan handsetnya, Hendra mendengar suara Surya sembari memacu laju motor.      

"Aku masih di jalan, Hery berada di depan kantor Anantha" jawabnya berburu dengan angin yang menghempas setiap suara yang dia ucapkan.     

"tadi waktu aku belanja di bawah, aku menemukan orang-orang kakekmu berkeliaran di pusat perbelanjaan" Surya memberi sebuah informasi yang menandakan sky tower bukan lagi tempat yang aman.      

"sekarang kau ada di mana?"     

"aku terjebak di dalam mansion"     

"ambil beberapa barang yang kita butuhkan, termasuk barangku dan Hery. Keluarlah dari situ kita cari tempat lain"     

"tidak bisa hen! Aku sudah mencobanya, mobilku dijaga oleh mereka"      

"huuh sial"      

"Kita harus keluar kota kalau kamu masih berharap tidak tertangkap" tegas Surya dan ungkapan pria itu memang masuk akal.     

"Tidak perlu membawa apa pun, melakukan penyamaran. Berusahalah sebaik mungkin untuk keluar dari gedung. Jemput Hery terlebih dahulu" Cucu Wiryo memacu motornya semakin cepat.      

"kita bertemu di suatu tempat, nanti aku share lokasinya"     

_Aku butuh mengunjungi tempat itu sebelum meninggalkan kota ini_     

"Baik"     

.      

Mata biru menerawang gedung kosong yang tak lagi digunakan, tempat yang usang dan jauh dari keramaian tergambar jelas di depan matanya.     

Menyusuri tangga menuju lantai atas terasa begitu membekas, ada langkah kaki Aruna yang berjalan sambil berlari kecil. Cara berlarian perempuan itu menyisakan gerakan rambut yang terhempas meloncat ke udara beberapa kali.      

Senyumnya memimpin perjalanan menuju tempat asing yang tidak disukai mata biru, sempat membuat sang pria mengurungkan niatnya untuk pergi.      

"aku punya kejutan untukmu"      

"Ayolah.. ikut saja"     

"Hendra ayo!! Bisa jadi tempat ini nantinya kamu sukai, lihat saja"     

Dengan enggan sang pria duduk memperhatikan perempuan itu menggoreskan warna di dinding.      

Melukis : H E N D R A     

Graffiti namanya, Hendra perlu menatap goresan karya tangan mungil istrinya. Untuk menemukan amunisi bertahan dari semua masalah yang dihadapinya saat ini.      

"Hello Hendra, ini aku Aliana.." baru saja pria ini sampai di lantai atas tempat namanya terukir. Dia mendapatkan telepon dari kakak Aruna.     

"Ya aku tahu"     

"Hen.. nomor ini jangan kau gunakan lagi, orang-orang itu datang ke apartemen kami dan.."     

"Iya.. hallo.." Hendra sedikit bingung mendengar ucapan Aliana yang terputus tiba-tiba.      

"Argh kenapa kalian merebutnya!! Aku belum selesai bicara dengan Hendra!!" Di ujung sana ada suara ribut-ribut.      

"Nona kau tak boleh bicara seperti itu!" suara orang lain tertangkap di panggilan.     

"Tadi kau kan yang bilang! aku harus meneleponnya dan bicara dengannya!"     

"Anda tak boleh mengatakan itu!"     

"Emangnya kenapa?!" Aliana terdengar berdebat, entah dengan siapa.     

Hendra berjalan gusar mendekati tepian gedung.     

"hallo tuan muda!  Tuan.. tolong dengarkan saya. Tuan muda.."     

Dan handphone dilempar sejauh-jauhnya dari tangan sang pemilik.     

Untung dia sempat mengirimkan lokasi pada sahabat yang masih setia, Surya.      

.     

Sambil menunggu kedatangan Surya Hendra mengamati lekat-lekat graffiti atas nama dirinya.      

Deg     

H E N D R A     

Kenapa Apa ada campuran warna yang berbeda?     

Kemerahan dengan dasar biru.      

Mengapa huruf E dan beberapa garis di huruf lain berbeda?     

Sang pria mendekat menyentuh graffiti karya istrinya.     

"Ah' ini bukan sekedar tulisan Hendra" lalu pria itu mundur menatap lebih lekat.      

Warna yang berbeda terletak di huruf E, sudut N yang mengarah ke atas, huruf D yang sekilas mirip dengan O, kaki lurus huruf R dan..      

Deg     

Huruf A pada kaki pertama tegak lurus ke bawah bukan miring seperti pada umumnya.     

Jika warna berbeda itu diambil dan disusun bersamaan : E V O I I     

"Tunggu apa maksudnya ini?"      

"EVOLI?? Apa itu evoli?"     

Deg      

Deg     

E V O L I      

_jika dibaca dari kanan ke kiri?!_     

I L O V E      

"hah... Apa??"     

_kalau semuanya terangkai_     

I L O V E (dibaca dari kanan ke kiri)     

H E N D R A (dibaca dari kiri ke kanan)      

Berdasarkan warna.      

"I LOVE HENDRA"     

"Sialan kau Aruna!"     

"Argh! Perempuan macam apa kau Aruna!"      

"Sial! Kenapa kau sembunyikan perasaan mu"     

Pria itu memukul graffiti namanya berkali-kali hingga suara berdentum terdengar demikian nyaring.      

"Argh.. sialan kau.."     

Dalam lelahnya menghadapi semua masalah yang datang bertubi-tubi, sang pria menemukan teka teki dari hati perempuan yang sulit di tebak.      

Aruna mencintainya bukan orang lain.      

Pria bermata biru luruh meraba tulisan karya tangan mungil istrinya. Dia sempat menyeka air di sudut mata.      

_Tunggulah, aku pasti bisa menemukanmu_      

I Love you too     

.     

.     

THE END     

.     

.     

__________________________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

Bantu Author mendapatkan Power Stone terbaik ^^     

Gift anda adalah semangat ku untuk berkreasi. Beri aku lebih banyak Semangat!     

Silahkan tinggalkan jejak komentar, aku selalu membacanya.     

Review bintang 5,     

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak     

-->     

(^_^) love you All, intip juga novel saya yang lain [IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu] dan [YBS: You Are Beauty Selaras]. Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram bluehadyan, fansbase CPA (Hendra, Aruna, Damar)     

Nikmati Cuplikan seru, spoiler dan visualisasi CPA     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.