Ciuman Pertama Aruna

Serupa Bayangan



Serupa Bayangan

0"Huuh'.. ". Seorang pemuda merasa kelelahan dengan padatnya jadwal tur.     

Pemuda ini tampak kacau, kesalahan demi kesalahan dia perbuat sejak sore. Beberapa nada yang dinyanyikan kerap kali meleset. Yang paling menonjol adalah dia tidak lagi menyapa hangat penggemar, dirinya tampak linglung, untungnya pembelaan meluncur dari mulut pemandu acara bahwa sang bintang sedang dihadapkan dengan aktivitas padat, mungkin kelelahan.     

Dia tidak bisa diajak bicara termasuk oleh Pandu asistennya. Ruang tunggu para bintang tidak terisi banyak artis karena acara hampir selesai. Damar menunggu gilirannya sebagai penutup acara yang dinanti-nantikan.     

Dia duduk disana tenang tanpa kata. Masih setia mengamati handphone ketika seseorang datang, penyanyi solo perempuan bernama Sarah menyapanya.     

"Hai salam kenal". Harusnya tidak ada yang tidak tahu Sarah, dia artis cilik yang kini aktif kembali setelah sekian tahun lamanya. Danu Umar hanya tersenyum, tidak membalas salam sapa.     

"Sepertinya kau sedang kacau hari ini, beberapa nadamu berantakan". Sarah mengingatkan.     

"Akan ku perbaiki dipenampilan terakhir". Dan dia kembali fokus pada Heandphone-nya. Pemuda ini sedang gundah, dia kesulitan menerima informasi tentang foto Aruna yang sedang viral. Parahnya baru saja beredar video klarifikasi dari calon suaminya yang demikian menyakitkan.     

_Apakah mereka sudah sedekat ini?_     

_Bukankah kemarin baru saja dihadapkan pada tragedi pertengkaran_(dirumah ku).     

_Begitu mudahnya mereka berbaikan??_     

Sejak sore hatinya bertanya-tanya. Belum berani untuk menyimpulkan. Termasuk menghubungi Aruna.     

Penyanyi solo disampingnya banyak bicara, Danu Umar tidak mendengarnya.     

"Bagaimana menurutmu, kau mau?". Hanya itu kalimat yang terdengar ditelinga.     

"Em.. maaf tadi anda bicara apa?". Tanya Damar.     

"Hemm.. benar kata temen-temenku, kamu sulit didekati. Terlalu fokus pada dirimu sendiri. Mungkin karena kamu mantan novelis jadi punya sisi yang misterius". Basa-basi tersebut benar-benar menjemukan dimata Danu Umar. Dia merasa terganggu.     

"Boleh saya minta waktu istirahat?. Saya kacau karena kurang istirahat. Salah satunya menuruti permintaan mendengar obrolan kurang penting".     

"Apa??". Solois perempuan ini terkejut. Dia pendatang baru yang berani, mengingat seorang artis harus menjaga hubungan harmonis dengan sesamanya. Dan ada kesan menghormati kepada yang lebih lama terjun ke dunia hiburan ini.     

"Aku hanya menawarkanmu undangan pesta ulang tahunku bersama teman-teman sesama artis. Tapi tenang saja konsepnya bukan ulang tahun. Hanya kumpul bareng untuk bersenang-senang dan saling mengenal".     

"Maaf aku belum tertarik".     

"Ya.. tak apa.. semoga lain kali kita bisa ngobrol dengan benar. Sepertinya kamu memang kecapean".     

Tak lama dia diminta naik ke panggung. Seperti biasa teriakan fans-nya begitu memekikkan telinga. Secara mengejutkan pemuda Padang ini menyampaikan permintaan maaf dan kalimat berikut membuat para penggemar meleleh.     

*Kamu tahu kenapa kamu berada disitu     

*Aku pun tahu kenapa aku berada disini     

*Semua karena misi     

*Jangan biarkan dirimu lupa dimana kamu berada     

*Agar aku tak kesulitan menemukan keberadaan ku.     

*Sejauh mana kita berjalan, sedekat itu kenyataan     

*Ada benteng diantara kita, berdiri kokoh memisahkan     

Dan pemuda Padang mulai memainkan gitarnya, bernyanyi. Bersamaan dengan dering telepon dari seseorang.     

Telepon itu datang setelah dirinya memberanikan diri untuk bertanya 'bisakah kau menjelaskan ini untukku?'     

***     

"Ssssttt .. eesstt .. ".     

"Hehe.. ". Laki bermata biru tersenyum pada diri sendiri. Baru saja dia masuk kedalam kamar hotel pribadinya. Meletakkan jam tangan dinakas dekat ranjang. Selanjutnya merenggangkan krah baju, menarik dasi dileher dan tersenyum kembali. Senyum misterius yang menakutkan. Sejalan dengan caranya menggulung dasi pada telapak tangan, memutarnya perlahan-lahan. Memastikan bayangan itu semakin dekat.     

Dan..     

"BRAK!!". Dia membanting tubuh seseorang. Lelaki asing itu lekas berdiri bersama pisau menghiasi tangan. Terbalut buff dengan sempurna menyisakan mata menyala, berhasrat ingin membunuhnya.     

"Sudah lama menunggu?". Sapa Hendra pada penyusup asing. Tampak santai memegangi bantal dan duduk diranjangnya.     

"Pergilah sebelum aku benar-benar marah".      

Lelaki dengan hasrat membunuh itu, tangkas mengayunkan pisaunya. Menerjang Hendra membabi-buta. Hendra lebih gesit lagi melempar bantalnya memecahkan konsentrasi. Sekian detik berikutnya mata biru makin menyala, menarik selimut membenamkan sang pemburu kedalamnya. Dengan brutal selimut tebal itu terobek-robek.     

Melihatnya kehilangan konsentrasi. Hendra menangkap dan mengunci pergelangan tangan seseorang. Pisau itu jatuh kelantai, bersamaan dengan niat penyusup memukul dirinya.     

Hendra hampir mendapatkan hantam dimuka. Tapi CEO ini sangat ahli menghindar, dia sudah cukup banyak mendapatkan pelatihan bela diri sejak kecil. Memanfaatkan pelatihan itu sekarang dengan mengunci lebih kejam lalu meraih leher sang penyerang. Mendorong menempel pada dinding dan mencekiknya tanpa ampun.     

"Beri tahu aku siapa PENGIRIM MU!!".     

Penyusup asing itu mengabaikan peringatan Hendra, dengan gerakan perlahan meraih sesuatu dari dalam kantong celananya. Hendra mengetahuinya, si mata biru mengayunkan lututnya. Perut lelaki asing itu terhantam tanpa ampun. Hendra membiarkannya terjatuh dilantai. Menggulung-gulung kesakitan. Dan mudah saja bagi CEO DM Grup memungut sesuatu yang tersembunyi didalam kantong penyerangnya     

"Ha' hahaha". Hendra tertawa mengerikan. Mendapati lelaki asing itu membawa racun untuk dirinya sendiri.     

Tawa itu membuat orang dihadapannya ngeri.     

Penyusup ini sudah menghadapi banyak misi pembunuhan. Tapi tidak ada yang sesantai ini. CEO DM Grup adalah misi utamanya malam ini. Malam yang membuatnya menemukan rasa takut. Karena sang korban lebih mengerikan dari pada sang pembunuh bayaran.     

Hendra menggeser kursi, duduk santai sambil melempar botol kecil berisi racun.     

"Kau ku ijinkan berlari keluar, memberi tahu pengirimmu untuk mendatangkan yang lebih ahli lagi. Haha.. ".     

"Atau.. minum saja racun itu biar aku menontonnya". Hendra menyeringai. Penyusup ini bisa saja menyerang kembali, mengingat tenaga perlahan pulih. Namun mentalnya telah kalah, tatapan ancaman kepada Hendra berubah menjadi kengerian.     

Dengan sempoyongan penyusup berlari secepat dia bisa. Mencari cara untuk segera pergi menjauh dari calon korban yang kini berubah sebagai calon pembunuhnya.     

"Pradita!". Hendra menghubungi unit dilantai D.     

"Pastikan pria berjaket hitam yang keluar dari kamarku tertangkap kameramu". Pradita baru bangun tidur sesungguhnya, namun dia punya tim yang 24 jam berganti memantau diruang pusat Teknologi Informasi. Pimpinan IT lantai D ini menghubungkan telpon Hendra kelayar besar dihadapan anak buahnya. Dirinya sendiri segera berlari menuju tempat tersebut.     

Sesaat kemudian meminta Raka mengirim pengintai kepada penyerangnya. Yang lebih ahli dari tim bentukan kakeknya adalah mereka dengan mudah mendapatkan informasi pelaku penyerang.     

Sayangnya dia hanya pembunuhan bayaran. Masih dalam pendalaman untuk tahu siapa yang membayarnya.     

***     

_Cantik sekali_. Senyum seseorang mengembang dengan sempurna.     

"Wah.. Sepertinya aku perlu memberikan bonus pada Surya. Sudah berhasil membuat calon istriku secantik ini". Hendra meninggalkan kursinya, berjalan perlahan mendekati Aruna yang berdiri kaku.     

Bagi Aruna, dirinya layaknya mainan yang baru dibersihkan, dirias, lalu dipersembahkan untuk menyenangkan tuan muda Djoyodiningrat.     

Tepat sekali rangkain cocok logic dalam otak gadis ini. Tuan muda terlihat sangat senang.     

Midi dress lengan panjang. Dengan rok menjuntai selutut. Dihiasi anting permata pada telinga. Ah' dia mendapatkan cincin senada dengan antingnya hari ini. Oh' jangan ketinggalan tas tangan dengan brand langit. Satu lagi yang paling menyebalkan dia harus memakai sepatu wedges. Sepatu model wedges didapatkan setelah debat panjang dengan sekertaris Mahendra.     

Aruna memasang wajah malasnya.     

Hendra datang dan memegangi kedua pundaknya. Mengamati dirinya sambil senyam-senyum.     

"Kau sangat cantik.. ". Sapanya dengan mata berbinar.     

Sesungguhnya lelaki bermata biru ini sedang menciptakan perempuan yang pernah mengisi hatinya dengan sempurna. Aruna diserupakan bayangan mommy-nya yang cantik dan penuh cinta. Mommy yang dia tangkap pada masa kanak-kanak, sebelum tragedi memilukan menimpa keduanya.     

Perlahan tubuh tegap itu memeluknya. Pelukan laki-laki yang merindu.     

"Jangan melawan.. kali ini saja. Aku membutuhkannya, biarkan aku istirahat sejenak".     

_Heemm... Baunya harum.._     

_Kau tahu Aruna.._     

_Aku tidak menyesal memilih mu.._     

_Walau kau punya pria lain.._     

_Aku akan merebut mu.._     

_Hidup ku tidak mudah.._     

_Tapi lebih tidak mudah lagi jika kamu tidak ada.._     

_Tuhan sangat adil bukan??.._     

_Dia punya hatimu.._     

_Tapi aku memiliki raga mu.._     

_Mari kita adu siapa yang lebih lama bertahan.._     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.