Ciuman Pertama Aruna

II-164. Dongeng Cerita Rakyat



II-164. Dongeng Cerita Rakyat

0Pertanyaan demi pertanyaan tersusun tanpa jawaban, memandang sang kakak lekat-lekat sejenak kemudian hal yang sama dilakukan pada suaminya.      

Dia pikir keduanya akan sama, ternyata ekspresi dua lelaki ini berbeda. Ananta masih sama seperti sebelum-sebelumnya, pria yang cenderung kaku, membara dan keras kepala. Sedangkan Mahendra dia tertangkap lebih teduh. Entah dari mana sudut pandang itu mulai terbentuk. Hendra yang arogan bergeser perlahan menjadi laki-laki berbeda, selintas membalas tatapan mata dengan raut wajah duka mirip seseorang kakak yang sedang mendongengkan cerita rakyat Legenda Lutung Kasarung.      

Yakni kisah Putri Purbasari  yang tinggal di hutan karena kakaknya Putri Purbararang mengirimnya ke sana. Seperti Aruna yang di kirim ke kasti Djoyodiningrat karena menggantikan kakaknya Alia.     

Selama tinggal di hutan, Putri Purbasari kadang merasa kesepian. Sang putri yang baik hati itu berusaha berteman dengan banyak hewan, yang juga selalu baik kepadanya. Di antara hewan yang menjadi temannya, ada seekor kera dengan bulu berwarna hitam misterius. Di antara hewan-hewan lainnya, kera tersebut lah yang paling perhatian dan paling baik hati kepada Putri Purbasari. Kera tersebut bahkan sering membawakan bunga dan buah-buahan untuk menghibur hati sang putri supaya tidak bersedi hati. Sang Putri Purbasari lalu memberi nama kera itu Lutung Kasarung.     

Di akhir cerita, tiba-tiba terjadi sebuah keajaiban. Monyet sahabat Putri Purbasari berubah menjadi seorang pemuda yang gagah dan berwajah sangat tampan, jauh lebih tampan dari tunangan Putri Purbararang yang menelantarkannya di hutan. Para pengawal yang datang dari kerajaan untuk melihat keadaan yang putri, di buat terheran-heran oleh hal tersebut dan bersorak gembira karena putri yang baik hati ini menemukan kekasihnya. Putri Purbararang yang tadinya selalu iri hati mengaku kalah dan mengakui kesalahannya, serta meminta maaf. Purbasari yang baik hati tidak dendam dan tidak menghukum kakaknya yang jahat itu.     

Putri Purbasari kemudian menjadi seorang ratu yang memimpin kerajaannya dengan bijaksana, ditemani oleh pemuda pujaan hati jelmaan Lutung Kasarung.     

Dongeng yang dulu sering di ceritakan Anantha untuk menggiring kedua adiknya supaya segera menutup mata, kini seolah menjadi analogi Mahendra. Mata Aruna mengerjap-ngerjapkan menamatkan raut muka suaminya..     

Mungkin 'kah jiwa yang bersemayam di tubuh Mahendra telah berubah? Seperti lutung kasarung si monyet yang menerima keajaiban dan tiba-tiba menjelma menjadi pemuda gagah berwajah rupawan.      

Jiwa Arogan, semaunya sendiri, kaku, kasar dengan bubu ucapan tajam menyakitkan, kini kemana perginya? benarkah sudah tergantikan?      

"Maaf.. maafkan aku.." dia bersuara, Mahendra menyapanya.      

Seiring kegaduhan ruangan komplikatif ini kembali melolong 'kan perdebatan penuh spekulasi yang tidak layak di dengar khalayak.     

Antara dokter Diana yang bersih kukuh mengatakan pasiennya baik-baik saja di dukung kuasa hukum Mahendra yang menduga putri Lesmana tidak mau di sentuh karena perintah keluarganya.      

Sedangkan di pihak lain, Kuasa hukum kakaknya menyudutkan lelaki bermata biru, mengutarakan tentang dia yang tak mampu memenuhi kebutuhan utama pasangan suami istri.      

Memilukan!      

Terlalu pilu, sepilu raut wajah duka jiwa yang hidup di dalam tubuh pria yang kini membisikkan kalimat maaf berulang. Seperti zikir para perindu tobat.     

"Siapa bilang saya belum tersentuh," Aruna berbicara tanpa aba-aba, menyajikan sejumlah pasang mata menyoroti dirinya.      

"Benar Hendra tidak menyentuhku, tapi itu dulu ketika aku tidak mau. Akan tetapi, kami sepasang suami istri yang tiap malam terpejam dalam satu ranjang yang sama. Tentu aku gadis biasa yang bisa luluh dan merelakan diriku. Hendra tidak mengidap traumatic syndrome sejauh itu," sang penggugat membela tergugat.      

Membungkam kata-kata sadis yang sempat meluncur  dari mulut kuasa hukumnya sendiri.      

"Tapi anda pernah mendapatkan perilaku buruk? Benar 'kan?" Konfirmasi Fernando berasal dari keterangan kakaknya.      

Anantha menatapnya, bibirnya bergerak memberi pesan berupa kata: "Sadarlah"      

"Kemarahan Hendra selalu ada pemicunya, malam itu aku tak ter- maafkan," Aruna mengabaikan pesan kakaknya.      

"Cukup!" Ini suara lelaki bermata biru yang tidak mau mendengar istrinya membuka aibnya sendiri.      

Aruna melepas tangan dari cengkeraman pewaris Djoyodiningrat. "Aku menemui,.."      

"ARUNA CUKUP!!" Gertak Hendra, memotong penjelasan istrinya.      

"Menemuiku," di baris belakang seorang pemuda menggugah tanda tanya. Suaranya membuat cucu Wiryo berdiri murka.      

"Kau! keluar dari sini!" Hampir saja para pengawal Hendra benar-benar akan berdiri menyeret Damar keluar.     

Namun, di singgasana masih ada hakim ketua yang mengetuk keras berulang palu di tangannya.      

"Biarkan dia bicara," meminta Damar menjadi saksi sidang perceraian yang kian rumit saja.      

Perlahan tapi pasti, para hakim yang menjadi simbol keadilan mulai menangkap gelagat narasi yang asli. Gadis ini tampaknya di paksa melayangkan gugatan perceraian. Terlihat dari gerak-geriknya yang terdiam, tertekan dan berujung tak tahan untuk tidak menyuarakan isi hatinya.      

Mereka mulai melakukan konklusi dari pengamatan. Butuh sedikit lagi penjabaran.     

Dan detik ini setelah di minta para hakim. Damar mengiringi kata pertamanya bersama hela nafas panjang, seorang pemuda yang  memperkenalkan diri sebagai 'benteng terbaik' pada karya-karyanya sedang berupaya menjadi benteng yang sebenar-benarnya untuk gadis yang dia sukai selama puluhan juta detik, 1.5 juta menit, puluhan ribu jam dan ribuan hari.      

Damar menjadikan dirinya kambing hitam. Bukan sekedar menjatuhkan harga diri.      

Pemuda Padang menutup menolong pengakuan nya dengan permintaan maaf menyayat hati, di iringi tangisan pilu hasil isak tangis menggores hati mereka-mereka yang sengaja-tak sengaja  menangkap gelombang longitudinal dari sesenggukan si penggugat.      

"Jangan salahkan gadis itu, dia hanya kesulitan menerima pernikahan yang di paksakan untuknya di usia yang terlalu muda. Sayalah yang salah memberinya harapan dan memasuki kehidupan pernikahan mereka yang harusnya sakral untuk di permainkan," kalimat Damar  terhenti sejenak, lalu dia memanggil Aruna, "Tenanglah Aruna, aku masih bisa melanjutkan hidupku dengan baik. Walau hari ini aku harus mengakui kebodohanku yang lalu. Sebab kalian, membutuhkan terbukanya kenyataan pahit ini untuk membangun keluarga baru. Anggap saja kita impas Hendra. Aku tidak punya hutang padamu," Damar duduk di tempatnya kembali.      

Keterangan pemuda yang beberapa waktu lalu dikenal sebagai musisi pendatang baru, masih meninggalkan bekas ekspresi tak percaya.      

Sebagian bahkan tertangkap lupa  menutup mulut ternganga, alias butuh waktu untuk mencerna narasi panjang dari sang musisi Danu Umar, yang ternyata merupakan orang ketiga di balik kehidupan rumah tangga yang pelik.     

 Tersusun rapi tanpa tercium sama sekali.      

Kini giliran penggugat yang menghadirkan saksi.      

Seorang Ayah berjalan gontai memandangi putra putrinya, Lesmana lah saksi di pihak Anantha.     

Entah apa yang akan dia jabarkan??     

.     

.     

.     

__________        

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/        

1. Lempar Power Stone terbaik ^^        

2. Gift, beri aku banyak Semangat!        

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan        

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.