Ciuman Pertama Aruna

II-154. Inferior



II-154. Inferior

0[Apa dia sudah bangun?]      

[Sudah]      

[Bukti fisik lebih baik]     

[Foto maksudmu?]     

[Ya]     

Ting! (Foto terkirim)     

.     

.     

[Sebentar lagi dokterku sampai]     

[Sudah]     

[Oh, oke]     

.     

.     

[Dokter bilang apa?]     

[Bukannya kamu bisa bertanya sendiri]      

[Aku ingin tahu sudut pandangmu]     

[Penjelasan doktermu akan lebih detail dari pada aku]     

[Boleh aku minta fotonya]     

[Menyusahkan!]     

Ting! (Foto terkirim)     

.     

.     

[Apa makanan yang aku kirim dia makan?]      

[Iya]      

[Dia suka]     

[Ya, dari pada buatanku yang hancur]     

[Kau suka]     

[Asal gratis aku suka]     

[Ingin lihat]     

[Lihat gue makan banyak?]     

[Buat apa?! Istriku lah]      

[Ribet!]     

Ting! (Foto terkirim)     

.     

.     

"Damar berhenti mengambil fotoku diam-diam!"      

"Ya elah bukan buat aku,"      

"Buat siapa?"     

"Ah, sudah -lah, aku janji ini terakhir,"      

Malah Damar yang jengkel sendiri.     

 _Harusnya -kan aku_. Demikian batin Aruna menatap aneh sahabatnya yang mengaku move on, tapi masih curi-curi foto.      

"Damar apa kau yang pesan makanan ini?" Aruna merasa tidak asing.      

"Yeaa.." kata 'ya' dia suarakan dengan malas. Sebab pemuda ini sedang kesal. Dia kesal di serbu chatting tidak berkesudahan dari pengirim makanan.      

"Kenapa aku merasa menu ini sering kumakan? Ini makananku kalau sakit? kau beli di mana?" Aruna mengenali detail sepaket menu sehat ini. Menu sehat yang harus dia makan ketika tubuhnya kurang fit, harus dan tidak di izinkan bersisa. Dia benar-benar mengingat Hendra ketika tiap-tiap sendok akan masuk ke dalam mulutnya.      

Anehnya menu ini seolah turut serta membawa aura pria posesif itu bersamanya. Ketika Aruna merasa kenyang, tapi masih menyisakan sisa makanan. Seolah bagian sisa tersebut  mengintimidasinya bahkan dia sempat mendengar suara-suara khayalan yang sejenis dengan logat CEO DM grup: "Makan sampai habis! Atau kau akan menyesal!"      

"kelontang," Aruna terkejut sendiri, dia tak sengaja menjatuhkan wadah sayuran tipe pertama yang sudah kosong dia libas.      

Sungguh. Paket menu sehat ini membawa aura tak mengenakan artinya dia sangat amat mengenalnya.      

"Damar! Kau beli di mana? Kau belum menjawabnya!" Aruna merasa perlu memastikan.      

"Dari Juan," jawab asal se-kenanya. Pemuda itu sedang sibuk berbalas chatting. Lebih tepatnya berdebat dengan lelaki yang menyuruhnya mengirim foto lagi. Padahal Aruna mulai curiga.      

"Hais' pantas jadi penguntit! maniak foto!!" Damar seperti orang kesurupan memaki handphone-nya sendiri. Sekejap berikutnya meletakkan kasar benda persegi panjang tersebut di atas meja.     

Tiba-tiba Handphone si Padang berdering. Dia benar-benar tidak ingin mengangkatnya hingga Aruna penasaran dan mencoba meraih ponsel Damar, sebab sudah lebih dari dua kali berdering.      

Damar buru-buru meraih Handphone nya. "Hais' jangan angkat telepon sembarangan," protesnya pada Aruna.      

[Apalagi sekarang??!] Teriak si gondrong pada Handphone. Ekspresi jengkel Damar yang mahal itu akhirnya dapat juga di nikmati Aruna.      

Pria itu bahkan baru saja mengumpat seseorang sebelum mematikan telepon selulernya. Benar-benar mati, bukan sekedar di kunci. Si gondrong men-shutdown, lalu sempat memperdengarkan desahan sambil meliriknya (Aruna) dan kembali merapikan meja.      

"Kau kenapa?" tanya Aruna.     

"Tidak," singkat mengangkat seabrek piring, mangkok, sendok kotor ke pencucian. Damar mencucinya, mengejutkan melihat pemuda ini mau bersih-bersih dan peduli pada kebersihan.      

Dalam lamunan pajang si gadis yang sedang mengamati mantan manusia yang menyukainya dan sempat di sukai. Aruna membiarkan senyum kecil terurai dari bibir. Damar bisa juga berubah, lebih peduli pada banyak hal. Pemuda ini unik sesungguhnya. Dia yang terlalu cuek, kadang kala untuk sekedar menunjukkan sikap jengkelnya saja tak berkenan.      

Kalau ada yang menyusahkan atau bikin hati kesal, ekspresi si Padang sekedar 'Ya sudahlah suka-suka dia'.      

Begitu monolog raut mukanya terbaca. Aruna berharap pria ini suatu saat menemukan belahan jiwanya. Atau entah apa saja yang penting dia juga turut bahagia.      

Sebenarnya hidupnya tidak semudah yang terlintas di pikiran banyak penikmat. Aruna tahu betul bagaimana Damar susah payah menghadapi sang ibu yang sering mabuk-mabukan plus pecandu tembakau. Lari dari satu tempat ke tempat lain agar sang ibu benar-benar merasakan hukuman teramat. Sebab, itu cara terakhir yang di rasa paling mutakhir agar single parent tersebut bisa bebas dari kecanduan.      

Janji Damar padanya 'akan pulang kalau kau bisa hidup normal dan membuatku tenang'. Aruna awalnya sekedar teman sejawat yang iba. Lalu bergeser menjadi sahabat setia yang ujung-ujungnya saling ketergantungan, sebab kebiasaan.     

Hidupnya selama dua tahun sebelum berjumpa Mahendra ialah Danu Umar, pengisi hari yang membawa banyak arti.      

***     

"Cepat!" Perintah perempuan superior mendikte perempuan inferior[1].      

"Tapi Bu.," si Inferior ini bernama Nabila. Mantan bawahan Aliana di kantornya dulu. Gadis sederhana dalam artian sesungguhnya. Pendiam, kurang pergaulan dan satu yang paling menyenangkan, gadis ini penurut serta sulit menolak permintaan.      

Di tambah lagi Nabila berniat untuk ikut dalam naungan jasa Marketing  yang akan di rintis Alianan. Gadis ini dulu pernah di divisi lain sebelum menjadi tim Alia. Pada divisi yang berbeda tersebut, karena tak pandai untuk bersosialisasi anak ini mudah sekali di kadali.     

Hingga pada satu titik, Nabila ingin mengundurkan diri. Mengajukan resign di saat tim Alia kekurangan tenaga, yang terjadi berikutnya Nabila malah di minta membantu tim Asuhan Aliana manajer perempuan yang luar biasa di matanya.     

Walaupun Alia suka seenaknya, kadang mengatur dan memerintah sesuai kehendak sendiri. Tapi perempuan superior ini tak lari dari SOP yang di tetapkan HRD.     

 Alia juga sangat menyayangi anak buahnya dalam artian tanpa basa-basi. Mereka sering di traktir setelah melewati kerja rodi. Jalan, dan berbelanja bersama-sama adalah hal biasa. Sampai-sampai Nabila seolah bisa mulai terbuka dan menjadi pribadi yang lebih percaya diri dalam sudut pandangnya sendiri.     

Nabila berencana akan ikut perempuan yang sudah banyak membantunya baik arahan secara pribadi maupun pekerjaan.      

Nabila ingin balas budi. mengingat Alia, si mantan manajernya, kini berada di masa krisis setelah hamil di luar nikah yang mengejutkan banyak pihak.      

Anehnya Nabila bukannya di suruh kerja di hari pertamanya. Gadis inferior ini di ajak membuntuti pria yang kabarnya kakak sang bos 'lama rasa baru', Aliana.      

Lebih menyulitkan lagi, di suruh pura-pura menumpahkan gelas di meja makan seseorang di ujung sana", atau kalau perlu di bajunya.      

Aduh' bagaimana caranya? Nabila gundah gulana.      

"Kau bilang kau mau ikut aku??" desak atasan menekan bawahannya, Alia 'tak tahu diri'.     

"Aku takut lupa dialog-nya, Bu," gelisah Nabila.      

"Nggak usah sama! yang penting kamu mengerti maksudnya -kan?" kembali Alia mengintimidasi.      

"Membuat kakak Bu Alia suka pada Nabila," si Inferior mengulangi kata-kata yang di desak -kan Alia beberapa hari ini.      

"Yup! Bener! Sekarang majulah!" ibu hamil ini sungguh menyusahkan, mendorong perempuan yang masih belum yakin harus ngapain.     

Kata atasan yang sejujurnya se-usia, Nabila di nyatakan golongan perawan tua secara sepihak oleh Alia, dan akan di bantu mendapatkan kakaknya yang belum pernah dekat dengan wanita. Jadi keberhasilan mendekati kak Anantha adalah keberuntungan luar biasa.      

Dasar Alia! pandai sekali mempromosikan lelaki keras kepala bernama Anantha, menutupi kenyataan menggelitik bahwa Nabila sekedar cara untuk melunakkan si kakak yang kaku kayak kanebo kering.     

"Prang," gelas tumpah.      

Di sudut tersembunyi senyum asimetris Alia mengembang.      

"Maaf, saya ... ...     

[1] inferior : merasa rendah, rendah diri.      

.     

__________        

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/        

1. Lempar Power Stone terbaik ^^        

2. Gift, beri aku banyak Semangat!        

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan        

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D      

__________     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.