Ciuman Pertama Aruna

II-143. Hoodie Hitam



II-143. Hoodie Hitam

0"Aku keluar dulu," kalimat Oliver mencuat sesuai prediksi.      

"Mau ke mana kau," Nakula seolah tidak terima pria ini akan meninggalkan ruangan.      

"Hah... Hahaha," di sisi lain tiba-tiba Rey tertawa terbahak-bahak. Memangkas sendiri percakapan yang sedang dia langsung kan bersama Heru dan Tiara.      

"Jangan bilang kalian akan membuntuti Aruna, haha," pria ini tertawa lagi, "Kau pikir aku akan membiarkan begitu saja 10% calon sahamku berjalan ke kamar mandi sendirian?" Maksud Rey ialah bahwa dia memasang penjaganya untuk adik Anantha.      

"Hehe.. baiklah.. kita lihat pengawal siapa yang lebih ahli," Nakula mengakui kalau dia juga memasang seseorang guna mengambil Aruna.      

"Oh' aku pikir cuma aku yang memiliki ide serupa," ternyata Oliver sama saja.      

Tiga orang yang sedang bersitegang ini saling memandang, mereka dipenuhi aura persaingan sengit. Sambil menunggu informasi terbaru dari masing-masing anak buah.      

"ayolah.. kalian jangan begini! hanya karena seorang perempuan," Heru mencoba meredam sayangnya tak berhasil.      

***     

Baru saja istri Mahendra memutuskan menuju ke arah kanan, langkahnya terhenti sebab ada seorang pria yang lengkap dengan penutup muka dan hoodie hitam membungkus dirinya hingga kupluk kepala. Pria misterius itu sengaja menabrakkan sebagian tubuhnya pada Aruna.       

"Nona ikut aku!"      

"Siapa kau?" Aruna menghempaskan pergelangan tangan yang dipegang lelaki misterius.      

"Percayalah padaku," pria ini mengiringi langkah pergi Aruna, "Dua orang yang berjalan di belakangmu, lihat gerak-geriknya.." pinta si misterius, "di lirik saja jangan terlalu kelihatan," meminta Aruna kembali memalingkan wajahnya, "mereka orangnya Rey," dia berbisik lagi masih setia mengiringi langkah Aruna, "di sampingmu di arah pukul sepuluh," dia berbisik lagi. "ajudan pribadi Oliver yang ingin menangkapmu," pria ini menggerakkan mata meminta Aruna memahami arah gerakan sederhananya, "Tempat, di depanmu yang berbadan kekar itu orang Nakula."     

"siapa kau?"     

"Tidak banyak waktu, pegang tanganku, mereka sudah mulai mendekat,"      

"Aku tidak mau! Aku tidak mengenalimu?" kali ini pria itu tidak memedulikan ucapan Aruna dia menarik pergelangan tangan Aruna dan memaksa Gadis itu berlari bersamanya.      

Seiring dengan langkah lari pria berjaket hoodie  sekelompok laki-laki yang tadi di jabarkan juga turut serta berlari, mengejar Aruna dan si Hoodie hitam.      

***     

"Periksa semuanya!!"      

Gerombolan laki-laki yang dilengkapi alat pendengaran berupa setengah bola hitam di susupkan di sudut-sudut telinga, memeriksa tiap wajah perempuan. Baik yang duduk, minum, menari atau apalah itu.      

Tanpa mereka sadari kedatangan para lelaki dengan gerakan senada ini membuat suasana mencekam. Lebih mencekam lagi ketika pria bermata biru datang dan jalannya tidak mau terhalangi, Hery dan Alvin membuka langkahnya, kadang kala kedua ajudan itu terpaksa mendorong tubuh orang lain ketika Hendra bergerak.      

Surya yang setia mengiringi Hendra sedikit mengeluh, dia tidak suka cara Hendra. Lelaki bermata biru tertangkap seperti mafia yang siap melibas siapa saja.      

"Lantai dua, arah pukul tiga seseorang berlari menyelinap," ini suara salah satu tim Raka.      

"Periksa semua lantai!, beberapa naik ke lantai dua bersamaku!" Hendra kembali menyuarakan titahnya yang tertangkap tak bisa di tolak lagi. Cucu Wiryo terdengar sedang gusar, berapi-api.      

***     

"Tok tok tok!" pintu ruang VIP di ketuk pelayan. Setelah di buka ternyata pengetuk pintu adalah manajer klub ini.      

"Tuan Heru," suaranya panik, "di bawah ada gerombolan pria masuk. Mereka sudah mirip detektor, memeriksa semua perempuan," pria ini bicara cepat dan hati-hati, merendahkan suaranya.      

Sontak seluruh isi ruangan saling memandang, "Gawat! Apakah itu Mahendra," ini suara Oliver.     

"Ada yang bermata biru?" tanya Heru, manajernya mengiyakan.       

"yang anda sebutkan masuk paling akhir, dan sepertinya dia mendapatkan pengawalan berbeda," kembali manajernya memberikan informasi.      

"Beritahu seluruh pegawai untuk keluar, dan buat pesan berantai bahwa klub kita malam ini akan di tutup, pastikan kalian semua aman," belum usai Heru bicara dengan Manajernya, langkah bergegas di ambil oleh Rey. Tampaknya dia memikirkan keberadaan Aruna.      

Oliver dan Nakula ikut berdiri. Sedangkan Tiara meminta bodyguard-nya bangkit, putri kedua Salim menghendaki pengawalannya membawa dirinya segera pergi dari tempat ini.      

"Rey!. jangan pikirkan saham! Bisa jadi kau lah yang di incar! Selamatkan diri dulu!" Heru menegaskan ucapnya. Sorot matanya menggambarkan sesuatu.      

Kalau malam ini salah satu dari Tarantula terlihat oleh Mahendra, tidak ada yang bisa memprediksi apa yang bakal terjadi. Informasi paling rahasia tentang Mahendra, pria dingin itu lebih misterius dari pada Wiryo kakeknya. Dia tidak terbaca dan bisa berbuat apa saja. Belum ada yang siap andai  perang dingin berubah jadi perang terbuka. Djoyodiningrat makmur grup punya sesuatu yang tak terjamah, terkait tim mereka di bawah tanah.      

Anak-anak Tarantula lebih paham dari pada siapa pun.      

Termasuk Rey, pria ini membuat panggilan kepada orang-orangnya yang mengawal Aruna.      

"Gadis anda di bawa lari seseorang. Kami sedang mengejarnya," suara naik turun orang Rey, membuat pria campuran Jepang ini geram, "apa pun yang terjadi pastikan dia tertangkap!" Rey meneriaki handphone-nya.      

"Tuan, pria yang bermata biru naik ke lantai dua demikian juga orang-orangnya," Heru mendapat panggilan.      

"Sial..!! Kalian bertiga ikuti aku! kita menuju tangga darurat," Demikian Heru memberi instruksi pada sesama putra Tarantula.      

"Dar!" satu tembakan terdengar dari handphone Heru.      

"Suruh semua orang keluar dari klub!!" Teriak Heru pada Manajernya yang masih berada di ruang VIP bosnya.      

Sejenak suara di handphone Heru hening.      

"Ada apa Heru?" Nakula penasaran mendengarkan teriakan Heru. Tiga pria ini baru saja menutup pintu tangga darurat. Bergerak cepat menuruninya. Jangan tanya di mana Tiara, putri Salim menghilang paling awal. Gadis itu lebih cerdas dalam memprediksi beberapa hal. Dia menyelip dengan mudah sebab dirinya seorang perempuan.      

"Jangan banyak bertanya berjalan lebih cepat!" Heru kian panik. Suara hening dari panggilan manajernya, entah bagaimana terisi suara orang lain di ujung sana.      

"Sekarang giliranmu, kecuali kau kembalikan istriku dalam kondisi selamat!"      

Deg!      

Heru menjatuhkan Handphonenya,  segaja. Sejalan kemudian putra Admojodjo mendahului langkah Rey dan Oliver yang berada di depannya. Tangga darurat ini cukup kecil dia memaksakan diri berlari lebih cepat.      

"Apa yang terjadi?" sekali lagi Nakula bertanya.     

"Mahendra mungkin sudah membunuh manajerku. Kembalikan istrinya! siapa pun dari kalian yang berhasil mengamankan gadis itu, dia mengincar kita," baru saja mereka sampai pada pintu keluar darurat. Ketiga pria ini tidak bisa benar-benar keluar. Hiruk pikuk orang berlarian keluar klub di sambut pria-pria berseragam hitam mengamati tiap-tiap gerak manusia lalu lalang.      

Tiga putra Tarantula sebenarnya berada pada posisi berbeda dari pintu utama klub malam Heru. Sayang sekali ketiganya tak bisa semudah itu berlari menyusup sembarangan.      

Di ujung jalan ada sebuah mini bus menerbangkan beberapa Drone, benda-banda itu turut serta mengintai tiap gerakan. Mereka baru sadar mungkin ini yang di sebut kekuatan tak terprediksi DM grup.      

"Aku tidak ingin mati di sini," ini suara Rey. "Hubungi Gibran! hubungi orang tua kalian! Biarkan ketua Rio menyelamatkan kita,"     

"Jika itu terjadi kita semua akan mendapatkan sanksi bodoh!" Nakula tidak bisa.      

"Atau kau mau mati di sini??" Rey menyadari keadaan.      

"Kembalikan saja istrinya!" Oliver memaki Rey.      

"Dia di bawa lari seseorang!!" Rey tidak terima di sudutkan, "Bukankah salah satu dari kalian yang membawanya?!" Rey menaruh curiga.     

"Orangku juga mengejarnya," Nakula mengelak, dia malah melempar kalimat penjelas tak terduga.     

"Orangku juga," Oliver pun membuat pernyataan yang sama.      

Ketiga pria ini saling menatap dan bertanya-tanya. Mungkin kah salah satu dari mereka berbohong? atau jangan-jangan Hendra sudah mendapatkannya? Tapi kenapa dia masih mengejar anak-anak Tarantula?     

.     

Siapa yang membawa Aruna?     

____________     

PUTRA-PUTRI TARANTULA      

Rey Braga      

Key Braga      

Nakula Christian      

Heru Atmojodjo      

Gibran Diningrat      

Gesang Diningrat      

Geraldine Diningrat      

Tiara Susmita Salim      

Intan Sasmita Salim      

Oliver Abraham      

Angga Hyuga Nalendra      

Bianca Nalendra      

.     

.     

__________       

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/       

1. Lempar Power Stone terbaik ^^       

2. Gift, beri aku banyak Semangat!       

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan       

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.