Ciuman Pertama Aruna

II-110. Secara Harfiah



II-110. Secara Harfiah

0"Anda masih terlihat sangat mencintainya, aku bisa saja memberi Anda saran untuk mencari orang lain. Sayangnya, Aku yakin anda butuh waktu panjang untuk membuat hati anda mau menerima kenyataan. Sama sepertiku, yang masih sulit menerima kenyataan. aku sudah berusaha mencari rasa nyaman dengan mencoba memasukkan orang lain dalam hidupku. Nyatanya tidak ada yang sama." Andos Menghela nafas.      

"Beri dia penawaran," Tandas Andos.      

"Penawaran? Maksudmu?" Hendra tidak mengerti.      

"Aku melihat pernikahan Anda dengan nona terlalu banyak salah paham, saya sengaja menggeledah kamar kalian ketika nona memutuskan menenggelamkan diri di danau. Aku tidak menemukan apa pun yang janggal padanya. Dia gadis baik, sehat, dan ceria, tapi ketika aku mencari tahu tentangnya aku sangat terkejut. Dia mengerjakan semua tugas kuliah walau tidak hadir di kelas, lebih terkejut lagi membaca catatan di buku kecilnya," Andos memegang lengan Hendra, pria itu seolah memosisikan Mahendra seperti saudaranya sendiri.      

"Istriku menyimpan banyak hal yang tidak aku tahu," mata biru mengerjap mengingat masa lalu.      

"Menurutku pernikahan Anda masih bisa di perbaiki, cobalah melihat seseorang dari sudut pandangnya..," Tepukan Andos pada bahu pria ini seolah menumbuhkan keyakinan.      

"Aku tahu dia juga tersiksa," ini suara Hendra.      

"Kita tidak sedang membahas tentang tersiksa atau tidak, kita membicarakan gadis yang memiliki sudut pandang berbeda dalam melihat dunia," Andos menggerakkan kepalanya, dia mengangguk dua kali memberi keyakinan terakhir lawan bicaranya.      

Pria berjanggut tipis ini tahu tuan mudanya enggan masuk kamar utama yang dulu dia huni dengan istrinya. Mata biru tak sanggup mengingat kenangan masa lalu bersama Aruna, sekelumit perjalanan indah dalam kehidupannya yang gersang. Yang mengajarinya cara menjadi manusia secara harfiah[1] yaitu makhluk yang paling mulia dan yang paling sempurna dengan dianugerahi Tuhan akal dan pikiran.      

Akal dan pikiran yang di bumbui rasa hangat di hati dengan tumbunya perasaan menyayangi, ingin melindungi termasuk mulai tumbuhnya harapan yang di gaung-kan melalui doa-doa tentang hari esok yang lebih gemilang.      

Rasa cinta mengubah segalanya, dia bisa saja mengambil gadis mungil itu sesuka hati. Lalu melumpuhkan keluarganya dan dengan arogan membelenggu dalam ikatan paksaan tanpa ampun.      

Itu bukan dirinya yang sekarang, bisa jadi satu tahun lalu dia bisa sangat enteng mengambil keputusan tersebut. Untuk sekarang pria bermata biru paham, Arogansi adalah omong kosong belakang. Perilaku itu hanya mendatangkan pengakuan dalam bentuk fisik, tapi bukan hati dan Hendra kini tahu kekayaan manusia yang sesungguhnya ada pada hatinya.      

Manusia bisa tampak bisa saja dalam wujud fisik, mungkin tidak menarik karena kurang rupawan atau tanpa daya pikat sebab tak berkecukupan. Sayangnya ketika hatinya kaya dia bisa memiliki daya yang berlipat-lipat ganda.      

Mirip harta yang terpendam dalam segel yang disebut rupa, harta, tahta dan apa pun itu yang mengakibatkan keistimewaan terpendam menjadi samar.      

Mata biru punya segalanya kecuali hati dan gadis biasa saja itu mulai mengisi kekosongannya. Si gersang yang mengharap di siram.      

"Andos, temani aku menghadapi perceraianku. Aku takut tanpa kakekku aku tidak bisa menghadapi kenyataan yang bisa berakhir apa saja," pinta pewaris tunggal yang perlahan-lahan memahami tanggung jawab.      

***     

Apa yang terjadi setelah kamu berjumpa ayahmu? Itulah pertanyaan pertama yang berhasil menarik perhatian pemuda Padang. Pria ini dari tadi terlalu sibuk bermain game. Dia memang bukan lagi bagian dari tim surat ajaib dalam artian turut sebagai pekerja.      

Kenyataannya tiap saat Damar nongkrong di tempat yang sama dan mengganggu konsentrasi mereka yang sedang bekerja dengan seenak jidatnya bermain game di hadapan kumpulan anak muda yang sedang ditawan pekerjaan.      

"Kamu berjumpa ayahmu?" Agus ikut terkejut. Ini mustahil, begitu konklusi otaknya berkelana mengingat perjalanan mereka sebagai sahabat, si pria Padang selalu menolak bercerita tentang Ayah.      

"Biasa saja tidak seperti yang aku bayangkan," si pemberi jawaban menumpahkan kalimat dengan enteng. Diiringi bunyi gemeletuk stick game mengarah ke kanan ke kiri, bermain balap mobil.      

"Apa kau merasa tersentuh? Haru biru lalu menangis?" Lili menurunkan kacamatanya ikut penasaran ingin tahu perasaan Damar.      

"Sama sekali tidak, dadaku seperti kosong saja," kembali dia bersuara ringan tanpa beban.      

"Mungkin karena kau manusia santai dan tak punya perasaan," cela Lily, kecewa mendengar jawaban Damar tidak sesuai ekspektasi-nya.     

"enak saja, Aku juga pernah tersentuh dan menangis." Damar tidak terima.     

"Gara-gara Kau kalah main game," kini yang bicara Dea.     

"salah, karena aku kalah mendapatkan hati perempuan. Sekeren apa pun syair-syair yang kubuat, cintaku malah bertepuk sebelah tangan." sekarang Damar bisa mengolok-ngolok perasaannya terhadap Aruna. Dulu hal itu sangat sakral. Sampai-sampai dia ingin menghapus ingatannya tentang Aruna kalau perlu menghentikan sesak di dadanya dengan menghentikan nafasnya.      

"Jujur aku ingin tertawa, tapi takut dosa, He.. hehe.." tubuh tambun Agus bergoyang-goyang, dia terkekeh tapi mencoba ditahan. Bahkan laptop yang dipangkunya pun ikut bergerak naik turun.      

"He.. hehee.."     

"Ha. Haha.." tiba-tiba semua tidak bisa menahan tawa. Menertawakan Agus dan menertawakan kehidupan mereka masing-masing.      

"Lily.?? Syukurlah kau bisa tertawa," Dea meregangkan tubuhnya, lalu memeluk kepala laptop sambil tersenyum melihat Lily.      

Gadis tanpa lipatan mata itu beberapa hari yang lalu terlihat kacau, dia bahkan mengacuhkan seluruh pekerjaan di surat ajaib. Karena matanya bengkak tidak dapat terbuka dengan benar, dia menangis sepanjang hari di hadapan teman-temannya tanpa rasa malu.      

Lily mendapati kenyataan pahit, tentang Tian Mizan Timur yang ternyata adalah pria dewasa dengan tunangan cantik rupawan. Mereka kabarnya akan menikah. Dan kehidupan si pemilik kode E-57 terlihat sempurna bersama tunangannya.       

Sedangkan Lily mendapati dirinya adalah seogok anak kecil yang mengejar-ngejar pria yang sudah memiliki perempuan sempurna di sisinya.      

"Kau pikir aku akan berlarut-larut seperti sang solois Danu Umar?? Yang hampir gila karena ditolak founder kita. Sorry, bahkan meninggal sesui adatku  cukup mahal. Kremasi, tuju keping uang logam beserta peti matinya, belum lagi upacaranya (pemakaman ala Thionghoa) aku pun masih harus menabung untuk kehidupan lebih layak di alam selanjutnya," Tandas Lily. Mengakibatkan teman-temannya memegang perut berusaha tidak tertawa. Yang benar saja, gadis ini masih logis tentang uang termasuk ketika patah hati.      

"ya elah., kenapa aku kena lagi?!" Damar meletakkan stiknya lalu berbalik melihat teman-temannya, "asal kalian tahu hidup itu tidak se-mengerikan yang kalian bayangkan setelah di jalani," pria gabut yang suka main game ini bijak seketika.      

"Wau.. wau.. rasanya aku ingin mengabadikan manusia terkapar yang lupa makan dan minum karena di tinggal menikah," Agus mengingat bagaimana dirinya mencari Damar dengan kemampuan IT, hingga tidak tidur beberapa malam untuk melacak handphone Danu Umar dan parahnya dia mendapati Pemuda itu kacau bukan main.      

"itu namanya pelajaran hidup, supaya kita lebih tegar dan hebat. Pengalaman hidup adalah guru terbaik untuk bangunkan kedewasaan diri kita," si Padang bertausyiah dadakan.      

"Rasanya aku ingin pakai headset deh, kenapa telingaku rasanya gatal," Lily melempar sarkas sadisnya.      

"Aku juga kayaknya tadi barusan ada dengung lebah.. apa sih itu," Dea ikut-ikutan menyambar headphone.      

"Hahaha.." Laras dan Tito yang dari tadi diam karena merasa paling muda, malah kini tak henti-hentinya tertawa.      

"Sialan kalian, sekali hidupku bener. Kenapa kalian begitu??" Damar mengumpat tahu teman-temannya mengolok-olok dirinya.      

.     

.     

Sesaat kemudian langkah kaki tiga orang yang baru saja menaiki tangga berhasil menghentikan canda tawa mereka.      

Aruna tadi berpamitan turun ke lantai 1 karena dia bilang akan ada tamu yang datang, ternyata sudah hadir dengan dua orang tamu sekaligus.      

Yang satu adalah kakaknya sendiri Ananta, yang satu lagi teman-teman surat ajaib tahu pria itu dulunya pernah menggoyahkan keteguhan hati tim surat ajaib... ... ...      

.     

.     

[1] Harfiah atau arti/makna literal adalah sebagaimana aslinya/asalnya. Karena arti ini terdaftar pada kamus (leksikon) sebagai leksem, arti ini dapat pula disebut arti/makna leksikal atau arti yang paling mendasar. Arti atau makna harfiah biasanya dipertentangkan dengan arti/makna gramatikal.     

.     

.     

__________       

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/       

1. Lempar Power Stone terbaik ^^       

2. Gift, beri aku banyak Semangat!       

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan       

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.