Ciuman Pertama Aruna

III-15. Bos Yang di Rumah



III-15. Bos Yang di Rumah

0"Aku mau di mandikan," Aruna kini berani menggoda lelaki bermata biru, yang menatapnya dengan senyum simpul.     

Hendra sedang bergulat di antara dua tanggung jawab.     

"Kalau aku memandikanmu, kita berdua akan telat. Jangan coba menggodaku atau kau akan kesulitan berangkat kuliah," Hendra menakut-nakutinya.     

Aruna melepas jeratannya dengan raut muka ngambek. Pria ini mendekatinya dan mengusap rambut Aruna, "pergilah mandi, akan ku tunggu kamu di meja makan," sebelum meninggalkan perempuan yang masih menekuk wajahnya.     

***     

Di sudut rumah berbeda, sepasang suami istri baru menikah masih mencoba saling menyesuaikan diri.     

Pria dengan penampilan sempurna dalam tingkat kerapian, memutuskan kembali masuk kerja lebih cepat dari cuti yang di ambil. Keduanya bahkan belum sempat honeymoon. Sebab si perempuan sudah terlalu banyak tidak masuk kuliah dan akan mencari celah libur di bulan depan.     

Ini Surya sudah tiga kali dia menata meja makan dengan caranya. Tiap kali Dea selesai masak dan meletakkannya di meja makan selalu saja ada hal yang perlu di tata ulang sesuai dengan isi kepalanya, yang paling bikin gelisah dia akan memastikan pantry kembali bersih seperti semula tanpa tetesan air se-percik pun.     

Kelakuan Surya yang terbiasa dengan kebiasaan perfeksionis akan sejalan dengan bosnya Hendra, tapi tidak dengan istrinya.     

Senyum kecut Dea tertangkap untuk ke sekian kali. Ini belum selimut yang di rapikan pak Surya ketika mereka tidur bersama di malam hari.     

Pak Surya akan terbangun tiap kali Dea bergerak, dan secara spontan tangannya akan bergerak merapikan selimut. Atau baju yang harus di hanger dengan rapi andai itu masih di gunakan di hari berikutnya. Tak boleh dan tidak di izinkan sekedar tersampir layaknya cara ke banyakan orang.     

Jadi bisa di bayangkan bagaimana kehidupan masa kuliah Surya dan Hendra. Hendra suka masak karena kesulitan makan sembarangan, Surya sibuk bersih-bersih karena dia suka kerapian. Sampai-sampai Hendra tidak tahu cara menyapu lantai atau semacamnya. Sebab semua itu sudah di handel Surya.     

Dan kini kehidupan pernikahan yang baru menginjak 5 hari sungguh menjadi dilema tersendiri ketika keduanya ternyata punya kebiasaan yang berbeda.     

"Oh' aku tidak sengaja.." Dea dengan amat sengaja menjatuhkan sendoknya di meja. Dan tentu saja buru-buru Surya meraih tisu untuk membersihkan kelakuan Dea. Gadis ini hanya melirik gerak tangan suaminya.     

Sungguh menikah tidak sesuai buku pra nikah yang dia baca. Dua manusia saling menyesuaikan diri tidak semudah kisah uwu di buku itu.     

"Yah.. airnya nakal," ini suara Dea kembali dengan kenakalannya, sengaja membuat meja basah. Menjatuhkan air dari gelas yang baru dia minum. Tanpa banyak bicara Surya kembali meraih tisu lalu mengelapnya.     

Makannya Surya terlalu tenang dan tidak ada santainya. Dia begitu kaku dalam banyak hal. Paling gila dari 5 hari perjalanan pernikahan ini. Surya masih berjuang melawan rasa gugupnya ketika menghadapi Dea, pria yang men-jomblo 30 tahun kesulitan untuk mengawali dan memulai adegan Adult mereka.     

"Ih, ikannya sulit di makan.." Dea menarik sayap ayam dengan kedua tangannya, tentu saja tetesan kuah opor ayam berjatuhan kemana-mana.     

_Hemm.. kau mau apa sekarang_ gumam Dea melirik Surya yang sedang mengamati tingkahnya.     

"Dea bisakah lebih rapi makannya," Suara Surya mengawali gerakannya mengambil tisu. Ketika pria ini akan mengelap meja tangan kanan Dea yang berlumur kuah opor di usapkan ke meja.     

"Dea apa-apaan kau??!" ucapan Surya hanya menghasilkan bahu terangkat Dea. Selanjutnya gadis berhijab ini hanya berucap "Maaf..." dan giliran tangan kiri Dea mengelap permukaan meja.     

"Dea..??" Surya berdiri menangkap tangan gadis tersebut dan mengikat dua pergelangan tangan Dea dengan telapak tangannya lalu menarik istrinya menuju wastafel, dengan gerakan tangkas menyalakan kran air kemudian membersihkan telapak tangan Dea.     

Langkah selanjutnya Surya kembali merapikan semua bekas kenakalan Dea. Pria ini tidak marah. Hanya saja, bagaimana bisa Surya tidak mengerti bahwa Dea lah yang kini sedang di rundung kesal.     

.     

.     

"Jam berapa pulang kuliahnya, nanti aku jemput," ucap Surya ketika mobil yang di kendarai keduanya mendekati gedung jurusan desain.     

"Nggak perlu," Dea masih marah, suaminya tidak peka dan agak ribet.     

"Lah kenapa?"     

"Nggak kenapa-kenapa,"     

"Oh' mau main dulu sama temen-temen?"     

"Nggak, siapa juga yang akan main, aku nggak bilang begitu,"     

"Terus??"     

"Pikir saja sendiri, pak Surya kan cerdas," kalimat jengkel level ke sekian yang akhirnya bisa membuat Surya sadar.     

"Oh' istriku ngambek nih," canda Surya.     

"Sudah sejak bangun tidur," Dea menggerutu.     

Tiba-tiba pengemudi mobil ini meminggirkan kendaraan ke sisi jalanan yang lenggang.     

"Apa yang harus aku lakukan supaya istriku tidak marah,"     

"Pikir saja sendiri," lagi-lagi kalimat menjengkelkan versi perempuan meluncur dari mulut Dea.     

Surya mengamati Dea, dia tertangkap benar-benar sedang berpikir. Cukup membingungkan hingga alis Dea menyatu dan berakhir dengan niat membuka pintu mobil, akan tetapi gadis ini mengingat sesuatu. Dia perlu berpamitan dengan cara terbaik kepada suaminya, walau orang ini menyebalkan.     

Dea menarik telapak tangan Surya lalu menempelkan pada pipinya.     

"Apa mungkin karena Dea masih datang bulan makanya Dea sering uring-uringan," kalimat Surya menghentikan gerakan Dea akan membuka pintu.     

"Yang benar saja pak.. bapak berpikir sampai ke sana," wajah tercengang Dea mendengar kalimat Surya tidak bisa di sembunyikan kali ini.     

"Hendra bilang hal itu sangat berpengaruh, dia selalu menandai tanggal-tanggal tertentu untuk memprediksi suasana hati istrinya," Surya berbicara dengan nada serius.     

"Ah' kalian emang nggak ada yang beres!!" Hela nafas jengkel Dea terbit setelah mendengar monolog Suaminya, "Sudah -lah," Dea pasrah menghadapi suaminya.     

Gerak tangan gadis ini menyentuh handel pintu mobil di tangkap suaminya. Surya menarik dan membalik tubuh gadis berhijab lalu menempelkan bibirnya. Mata Dea melebar seketika, setelah lima hari akhirnya pria ini bisa juga melawan gugupnya.     

"Hendra bilang cara meluluhkan istrinya ketika marah ada dua memeluk dan mengecup bibirnya," dia yang bicara sedang memeluk gadis berhijab setelah mengecup bibirnya.     

"Lain kali bapak coba bertanya bagaimana cara mengendalikan diri dari kebiasaan merapikan benda-benda terlalu berlebih," gadis dalam pelukan akhirnya menjelaskan alasan kejengkelannya.     

"Bosku yang menyebalkan itu suka dengan ketelitianku," masalah seseorang yang punya lingkaran sosial terbatas. Walau Surya tentu saja memiliki banyak kolega dan kenalan, sayangnya pria introvert ini cenderung menganggap satu atau dua orang saja yang dekat dengan dirinya, Surya hanya bisa menceritakan satu sahabatnya.     

"tapi bosmu yang di rumah nggak suka itu," ucapan Dea akhirnya mampu mencairkan hati pria yang terlampau serius tersebut. Dia tertawa mendengar istrinya berkata bahwa dia adalah bos yang di rumah.     

Surya merenggangkan pelukannya, sejalan berikutnya mengunci wajah Dea ke dalam lingkaran hitam bola matanya.     

"Jangan lupa bertanya pada bosmu yang di kantor, cara mengawali adegan Adult," Dea keceplosan sebab perempuan ini mengharap sesuatu yang cukup canggung andai di awali oleh dirinya sebagai perempuan.     

"kalau yang itu. Aa, aku, hanya perlu menaklukkan rasa gugupku terhadap bosku yang di rumah," Surya berbicara sambil mengerjap-ngerjapkan matanya dengan wajah merah padam. Dan gerak lirih tangan yang setengah memeluk perempuan ini terbaca dengan jelas bahwa dia sedang gugup.     

Surya sempat akan memalingkan wajahnya. Melihat betapa kesulitannya sang suami menetralkan diri menghadapi hal baru yaitu keberadaan perempuan yang jadi istrinya. Dea menyentuh pipi Surya dengan tangan kanannya.     

Surya pernah bercerita dia tidak pernah punya pacar sebelumnya, perempuan yang dekat dengannya tidak lain ialah ibu dan dua adik perempuannya.     

Jadi gadis ini akhirnya melawan kecanggungannya sendiri bergerak lambat kemudian melumat bibir sang suami. Dea mengawalinya, tapi pada akhirnya tetap sang pria yang mendominasi di antara adegan Adult yang mereka rajut.     

***     

"Satu dua," lelaki bermata biru menghitung dua kancing baju Aruna yang di biarkan terbuka.     

Lelaki yang kini meletakkan notebooknya di atas meja makan, setelah beberapa saat lalu menunggui istrinya mandi untuk sarapan bersama. Tertangkap menyatukan kedua alis ketika melihat tampilan Aruna yang kini duduk di hadapannya, Hendra sangat tidak suka dengan cara berpakaian sang istri kali ini.      

"kenapa?? Ada yang salah?" perempuan ini pura-pura bodoh.     

"kenapa tidak menggunakan kaos oblong dan luaran warna-warnimu itu," Hendra menatap Aruna tajam.     

"Ini selera bajuku yang terbaru," Aruna mengikat rambutnya dengan berlagak di hadapan Mahendra.     

"Kancing hemmu sekarang!!"     

"Nggak mau!"     

.     

.     

__________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

1. Lempar Power Stone terbaik ^^     

2. Gift, beri aku banyak Semangat!     

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan     

Cinta tulus pembaca yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     

Biar makin seru bacanya follow Instagram => bluehadyan     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.