Ciuman Pertama Aruna

III-8. Proses vs Hasil (menikah+)



III-8. Proses vs Hasil (menikah+)

0"Jam berapa ini? masih sore -kan?"     

"Hee.. sudah malam,"     

Dan perempuan terkulai ini menendang bokong suaminya lebih keras.     

"Ayo bangun saya...ng," ada mencoba menarik selimut, tapi perempuannya masih setia memeluk bantal, dia konsisten malas bergerak.     

Bukan Hendra kalau dia menyerah, pria ini menyusupkan tangan ke dalam selimut membuat gelitikan jail di sekitar perut. Siapa sangka gadis terkulai yang masih malas ini akhirnya tak kuasa untuk tidak bergerak kegelian dengan suara tawa renyah memenuhi ruangan.     

Hendra segera meringkusnya, membopong tubuh Aruna di pundaknya. Jangan tanya gadis ini pakai apa, dan tak perlu di bayangkan. Yang pasti rambutnya berserakan sambil tertawa cekikikan. Sebab tiap kali dia berontak Hendra mulai menggelitiknya. Cara terbaik berdamai dengan Mata biru adalah pasrah layaknya jemuran menelangkup di tubuh pria yang bau badannya sudah wangi bekas mandi dan harum lain yang membuat lapar perut. Putri Lesmana merasa kian lapar.     

"Jangan mengendusku seperti itu," pria ini mendorong wajah istrinya yang bergerak mengendus-endus layaknya kucing mendapati bau ikan segar.     

"Kau masak apa? Badanmu seperti bau steak daging," ini suara perempuan kelaparan.     

"Apa kau begitu lapar?" Aruna memberinya anggukan seiring cara mata biru menurunkan tubuh Aruna ke dalam bathtub berisikan air hangat.     

"Aku tahu kau suka makan steak, jadi aku siapkan untukmu-" Hendra menatapnya penuh arti, "Dan taburan black pepper di atasnya," alis Aruna menyatu kenapa pria ini mengatakan black papper dengan nada paruh, mendesah, dan seolah menggoda. 'Sungguh aneh' batinnya.     

"Oh' ada lagi, jus alpukat plus pencuci mulut puding coklat," kembali Hendra membuat godaan dengan suara yang beratnya.     

Sayang sekali gadisnya belum terkoneksi, agaknya Hendra menggoda dengan caranya yang terlalu out of the box, godaan pria berotak kiri memang sering 'krik krik' ketika lawan bicaranya tidak se-frekuensi.     

Asal diketahui, Hendra baru saja menyebutkan jenis-jenis bahan makanan dan minuman penggugah hormon-hormon tertentu yang bisa menaikkan naluri alamiah menuju ke arah sana, arah yang dia harapkan.     

Misalnya Alpukat, tanpa banyak orang tahu, Aztec sang pemberi nama depan alpukat, 'ahuacatl', yang berarti 'testis'. Nama ini berasal dari keyakinan Aztec bahwa alpukat mengandung kualitas afrodisiak. Asam folat juga vitamin B yang penting juga ditemukan dalam alpukat. Penelitian dari Harvard School of Public Health telah menemukan bahwa asam folat dapat membantu menurunkan risiko masalah ovulasi, salah satu penyebab terbesar kesuburan wanita. Asam folat juga diyakini meningkatkan jumlah sel benih pria, Hendra tersenyum dan tertawa pada caranya menggoda sang istri. Berkebalik -kan dengan perempuan yang di goda dia tak tersipu malu, atau merah merona. Boro-boro tergoda, Aruna malah menganggap suaminya menawarkan makanan dengan cara aneh. #payah     

Sesaat berikutnya lelaki ini menggeser kursi mendekati bathtub tempat istrinya bermain air, "Kamu? Kenapa masih di sini? Apa lagi sekarang?" Aruna takut di dekati Hendra, lebih tepatnya lelah untuk di apa-apain lagi.     

"Tenanglah sayang aku akan membantumu mencuci rambut, kemarikan kepalamu,"     

"Sudahlah.. Keluar sana," desak Aruna mengurai rasa khawatirnya.     

"Aku sudah bilang, aku akan membersihkan dirimu tiap saat seperti menjaga bagian dari hidupku," ini ungkapan Hendra.     

"Ih..," Aruna merasa sering mendengar kalimat model begini.     

"aku ikut-ikutan gaya bicara Damar, tidak lucu ya?" dia yang bicara tertawa sendiri geli.     

"wajah dan suaramu nggak banget ngomong gitu," Aruna turut tertawa. Seiring gerakan si pria menuntun kepala perempuannya untuk lebih mendongak dan di basahi air hangat. Perempuan ini awalnya berontak tapi lama-lama pasrah saja ketika Hendra mulai membuat busa pada rambutnya.     

"jangan tidur!" si pria mulai curiga ketika perempuan ini tidak bersuara.     

"Ngantuk sekali kepalaku di pijit gini," Aruna membiarkan dirinya terpejam dengan pundak tersender di tepian bathtub.     

"Kau tahu Hen, kenapa aku menyukaimu?" perempuan ini bicara dengan mata terpejam menikmati rambut terbilas.     

"Aku tidak peduli pada 'kenapa?' atau 'alasannya apa', 'latarbelakangnya bagaimana'. Itu semua cuma penguat, yang terpenting hasil akhirnya, aku -lah yang terpilih," mendengar ini Aruna langsung membuka mata, berbalik, dan menepuk sebal tangan mata biru.     

"Kau?! Angkuh sekali kata-katamu-," Aruna melebarkan matanya. Menatap tidak setuju dengan ungkapan Mahendra, "menyesal aku memilihmu, pergi sana! Bikin moodku jelek saja," perempuan ini mendorong bahu Mahendra, risi melihatnya.     

"gitu saja marah, Aku cuma bicara apa adanya, sesuai isi kepalaku," Hendra membuat gerakan lambat mengelus rambut basah untuk di basuh kembali. Sayangnya perempuan di dalam bathtub menyingkirkan tangannya,     

"Ngambek nih?!"     

"Otakmu emang perlu di refisi,"     

"Kau bicara seperti itu pada orang yang menghasilkan uang banyak dengan otaknya,"     

"Ketika aku ingin memberitahu, kenapa aku menyukaimu?, harusnya kau menjawab; apa sayang?" Wajah Aruna masih tertekuk, dia sedang sebal, "malah ngomong seenaknya,"     

"Itu ungkapan seseorang yang konsisten fokus pada hasil bukan proses, aku menganut tipe ini, beda denganmu yang hobi membanggakan proses," dia yang bicara kembali berargumentasi. Dan mulai berhasil membilas rambut perempuan walau dengan gerakan perlahan-lahan supaya tidak di hempas dan di usir pergi.     

"jadi kau setuju, misalnya ada seorang juara yang menggunakan cara curang untuk meraih keinginannya?"     

"Aku tidak setuju,"     

"Tadi kau bilang?! Konsisten fokus pada hasil?" mereka berdebat.     

"Siapa bilang, fokus pada hasil artinya menghalalkan segala cara?" Hendra meluruskan maksudnya.     

"Tetap saja itulah yang kebanyakan orang pahami,"     

"fokus pada hasil adalah konsentrasi mencapai tujuan dengan sempurna. ketika seseorang memilih berbuat tidak sesuai prosedur. Dia bisa saja mencapainya, tapi hatinya tak bisa di bodohi, tentang rasa kemenangan yang tidak nikmat secara menyeluruh alias tidak sempurna dengan utuh, dan hasil akhirnya tentu saja masuk kategori cacat," monolog panjang lebar sang CEO memang sulit di patahkan. Apalagi oleh mahasiswa kapus dalam negeri yang masih di sibukkan memperjuangkan nilai IPK. Aruna bukan lawan bicara yang tepat untuk berdebat.     

Gadis ini memalingkan wajah, ekspresi wajar yang biasa di tunjukkan perempuan ketika  kalah bicara, akan tetapi tak mau mengakui. Tanpa di sadari Aruna, si gadis dingin ini mulai berkenaan menunjukkan raut wajah alaminya secara bertahap, saat berinteraksi dengan Mahendra.     

"Jangan ngambek, kau makin menarik kalau begini,"     

"Siapa pula yang ngambek!"     

"Ayolah, akui saja,"     

"Nggak! Pokoknya aku lebih percaya; menghargai proses ialah jalan terbaik dan lebih baik!" Aruna berani menunjukkan jati dirinya, ternyata cukup keras kepala.     

"Yang benar?" pria ini menggoda, entah bagaimana ada ide di kepalanya.     

"Tentu saja! Itu yang dia ajarkan para mentor, di kelas start up"     

"Baiklah, aku mau tahu," dia melepas atasnya.     

"Hendra kau mau apa??" perempuan ini mulai curiga ada langkah kaki memasuki bathtub tempatnya berlama-lama dalam melepas rasa lelah dengan air hangat.     

"Mau membuktikan ucapan istriku, menghargai proses bikin baby versi dia kayak apa," pria ini sudah merengkuh perempuan yang terendam air hangat.     

"Hendra kau menjebakku!! Pergi!.." gadis ini berteriak mendorong muka sang pria yang mencoba mengendusnya.     

"Hehe," laki-laki ini terkekeh dan mulai beraksi.     

"Hendra.. ah.. hentikan.. Argh.."     

*sensor* (^•^)     

.     

.     

"Please.. jangan lama-lama,"     

"Tenang -lah.. aku yang bekerja.. kamu jangan banyak bergerak, nikmati saja,"     

.     

.     

___________     

Note : maafkan penulis, suka bikin merinding akhir-akhir ini. Jujur ingin menghentikan tulisan uwu mereka. Tapi apa daya makhluk khayalan ini menuntunku ke arah sana, maklum sebentar lagi 2 tahun sudah mereka menikah. Kwkwkw      

Jangan protes covernya, akan segera di ganti ke semula, hehe seminggu lagi.      

.     

.     

Novel saya di bawah GRATIS TIS!! NO GEMBOK, NO CUAN==>     

1. IPK : Inilah Perjanjian Kita, Antara Aku Dan Kamu     

2. CPLM : Mr. CEO, Please Love Me     

3. YBS: You Are Beauty Selaras     

Dengan gaya menulis berbeda dimasing masing novel.     

INFO : Instagram @bluehadyan, fansbase CPA, YBS, IPK & CPLM dan lain lain.     

__________      

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

1. Lempar Power Stone terbaik ^^      

2. Gift, beri aku banyak Semangat!     

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan      

Cinta tulus pembaca yang membuat novel ini semakin menanjak :-D      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.