Ciuman Pertama Aruna

III-1. Prolog



III-1. Prolog

0Prolog     

"Ini adalah istriku dia perempuan yang luar biasa, luar biasa bikin susah dan nyusahin. Oh iya, besok hari terpenting bagiku. Hari penentuan nasibku, kalau aku tidak berhasil di bulan ini maka tidak ada pilihan lain. Bulan depan aku harus berhasil apa pun caranya. Kalau perlu akan ku gunakan strategi terbaik, tergila pun tak masalah," Pria ini tiba-tiba mengangkat tangannya di depan wajah dan menggerakkan jemarinya seperti geregetan. Ingin meremas sebuah benda imajiner di hadapannya.     

Orang-orang yang memperhatikannya, tidak tahu bahwa bayangan imajiner di dalam kepala sang pemimpin meeting ini ialah wajah istrinya. Istri CEO Djoyo Makmur Grup yang sering dia ceritakan sebagai perempuan menggemaskan sekaligus mengesalkan, sebab bikin rindu seketika.     

Para pengamat sempat syok sejenak. Saling memandang satu sama lain bahkan ada yang menggaruk sudut lehernya sendiri. Setelah mendengar dan melihat secara nyata ungkapan bercampur perilaku aneh Lelaki bermata biru.     

Sebagian lagi saling menyenggol sambil bertanya-tanya; CEO mereka kerasukan apa?.     

"Jadi besok pagi ketika dia keluar dari kamar mandi, aku akan menyodorkan dua benda bukan pertanyaan. Kalau pertanyaan istriku bisa mengelak, kalau dua benda tersebut dia tinggal memilihnya. Ada yang tahu benda apa itu?" Para Leader marketing yang mengisi ruang meeting oranye ini memikirkan pertanyaan sang CEO dengan sangat serius.     

Apa sebenarnya dua benda tersebut?     

Kadang kala CEO ini sangat implisit, walau pun akhir-akhir ini agak berbeda. Kalau ungkapan 'aneh' memang sudah melekat pada dirinya, pada si bos bermata biru. Akan tetapi, sekarang labelnya bertambah satu lagi; karyawan Mahendra diam-diam menyebutnya 'CEO salah minum obat'.     

Dia, sang pewaris tunggal mega bisnis Djoyo makmur grup tertangkap sering senyam-senyum sendiri seperti orang gila, tiap saat dan tiap waktu. Terutama ketika menatap handphone yang tersaji di tangannya.     

Lesung pipinya seraya terbit begitu saja. Padalah dulu senyumannya bukan main mahalnya. Sebulan ini, entah apa yang terjadi? dia menyajikan wajah semringah. Suasana kantor mulai berubah layaknya mendapatkan hujan di bulan Juni yang biasanya gersang akibat kemarau panjang.     

Bisa di bayangkan seperti apa suasana kantor akhir-akhir ini karena CEO mereka tertangkap menjadi orang berbeda dalam waktu singkat. Antara senang dan ngeri-ngeri sedap.     

Mungkin orang ini 'salah minum obat'. Fix! Label baru yang pantas bagi sang Lelaki bermata Biru.     

Kembali kepada ruang oreng yang menyajikan ekspresi serius para Leader marketing. Kumpulan peserta meeting ini tertangkap mengoperasikan mesin otak dengan kondisi ekstra prima sebab belum ada satu pun yang bisa menjawab pertanyaan CEO Hendra.     

Terkecuali satu orang yang menatap jijik pada lelaki bermata biru. Sejenak kemudian pria ini menanggalkan kacamatanya. Menghembuskan nafas lelah lalu bicara ringan tanpa beban: "Pembalut dan Testpack,"     

"Aaaah, tepat sekali," Mahendra mengangkat tangan kanannya menunjuk dengan telunjuk sang pemberi jawaban. Sejenak kemudian di beri tanda jempol dengan ibu jari, "anda hebat sekali," puji cucu Wiryo, janggal.     

"BRAK!" Leader marketing yang berhasil menjawab pertanyaan gila sang CEO, menggebrak meja di hadapannya.     

"Sial! Kau jangan main-main, ini meeting!" umpat sang Leader.     

"Ah benar... Benar sekali! aku tidak boleh main-main, kalau begitu aku akan minta bantuan pada kakakku," ini suara Mahendra yang tertangkap peserta meeting sedang dalam mode 'salah minum obat'. Mereka berdua? Para peserta meeting dibuat bingung seketika.     

"Tak sudi!" dia yang di ajak bicara menimpali.     

"Apakah seorang adik tidak boleh minta bantuan pada kakaknya?" Hendra memandangi peserta lain agar memberi jawaban pada pertanyaan anehnya yang keseksian kali.     

"Boleh," jawab mereka.     

"Tuh –kan 'boleh," Mahendra menarik bibirnya tersenyum lebar menatap si Leader Marketing yang tadi bilang 'Tak sudi!', perlu diketahui Leader berkacamata itu adalah Aditya, suami Aliana.     

"Hais! Kau mau melimpahkan tanggung jawab lagi? padaku?!" ucapan Aditya di kunci Mahendra.     

"Kakak iparku memang hebat! Sangat mengerti isi hati adiknya," lelaki bermata biru buru-buru berdiri. Ucapan panjang lebarnya tadi sekedar upaya untuk menjebak Aditya supaya mau di limpahi tanggung jawab memimpin meeting hari ini.     

"Baiklah kakak, karena anda terlalu hebat. Tolong –lah adikmu ini sekali lagi," dan Hendra benar-benar kabur, berlari keluar ruangan.     

Aditya melempar bolpoinnya ke arah pintu tempat sesaat sebelum adik iparnya menghilang, suami Aliana terlalu kesal.     

Sejenak kemudian seluruh peserta meeting yang duduk mengitari meja panjang berbentuk oval, menatap Aditya penuh rasa penasaran dan hunjam tanda tanya mendesak: "Kakak     

ipar??"     

Hari ini sebelum meeting, dua menantu Lesmana sempat berdebat. Di karena kan sang kakak ipar menolak di minta menggantikan adik iparnya. Mahendra suka sekali melimpahkan tanggungjawabnya akhir-akhir ini dengan alasan menggelikan; 'ingin menghamili sang istri'.     

"Dasar Mahendara sialan!" desah emosi Aditya, komat-kamit mengutuki seseorang. Tak banyak yang tahu bahwa leader marketing ini ialah kakak ipar bos besar mereka, CEO DM grup. Pernikahannya dengan Alia tertutup hanya untuk keluarga.     

***     

Lagi dan lagi, suamiku meneleponku di jam kuliah. Sejenak kemudian dapat di pastikan akan ada puluhan pesan berisikan kalimat sayang. Kalau sampai aku tak membalasnya, kalimat sayang akan berubah jadi kalimat permintaan, selanjutnya berubah menjadi kalimat perintah dan yang terakhir tentu saja kalimat 'Ancaman'. Lalu andai aku berperilaku lebih berani, yakni tak ku balas pesannya sama sekali, dia akan meratap.     

Berikutnya lebih ekstrem lagi bermodal sebuah aplikasi suami 'unik ini' akan datang ke kelasku dan bisa-bisa bikin heboh gedung jurusanku karena muka bulenya yang artistik itu.     

Untuk ke sekian kalinya, terpaksa aku izin keluar kelas alias kabur dari perkuliahan demi menemui lelaki yang mulutnya sudah mencucuh 1000 centi.     

Dan itu dia orangnya sudah keluar dari mobilnya, sejenak kemudian membuka pintu untukku. Dia memang keterlaluan manisnya, maklum mau minta jatah kedua hari ini.     

Huuh, susah juga punya suami yang serba keterlaluan begini. Keterlaluan cintanya, keterlaluan protektifnya, keterlaluan manisnya, keterlaluan tampannya, keterlaluan jailnya, keterlaluan minta aneh-anehnya.     

Dia bilang sehari kebutuhannya tidak cukup sekali, sama seperti makan, pagi siang malam. Sungguh menyusahkan. Entah apa maunya.     

***     

[Satu Bulan Sebelum]     

Gadis ini terbangun, dan sudah mendapati Hendra harum bersih rapi terbalut piama tidur, sedangkan dirinya masih terbenam di dalam selimut tentu tanpa apa pun.     

Gadis ini sempat memerah, dan tersenyum malu mengingat kejadian beberapa jam lalu. Menyadari dirinya dalam kondisi berantakan, dengan rambut acak-acakan.     

Setelah duduk berapa saat, Aruna mencoba bergerak lambat. Sempat ada rasa ngilu di sana, tapi tak masalah masih bisa dikompromikan. Menuruni perlahan ranjang sambil menarik selimut untuk membungkus tubuhnya. Baru saja kaki kakinya menyentuh lantai. Gadis ini mencoba untuk berdirinya.      

Kembali rasa ngilu hadir lagi, tepat ketika melangkah. "Arh.." dia mengeluh dan ternyata keluhannya membangunkan seseorang.     

Hendra buru-buru bergerak cepat meraih istrinya, membopong dengan kedua tangan. Aruna berbalut gulungan selimut ala kadarnya, "Sudah kubilang, kubantu mandi,"     

Aruna di dekap dalam gendongan. Dia malah menyembunyikan wajahnya, membenam diri di dada Mahendra. Sepertinya gadis ini terserang perasaan malu.     

Sang pria menerbitkan senyumannya melihat kelakuan sang istri, "masih sakit?"     

.     

.     

.     

__________        

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/        

1. Lempar Power Stone terbaik ^^        

2. Gift, beri aku banyak Semangat!        

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan        

Cinta tulus pembaca yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     

Biar makin seru bacanya follow Instagram => bluehadyan     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.