Ciuman Pertama Aruna

II-173. Aku Milikmu (Menikah+)



II-173. Aku Milikmu (Menikah+)

0WARNING!!     

Tulisan ini untuk seseorang yang sudah menikah. Tujuannya supaya semakin mesra kehidupan berumahtangga. Jadi mohon bijak memilih bacaan.     

.     

^_^ Info : Saya menulis chapter ini sejak Desember 2019. Jauh sebelum novel ini memiliki ratusan Chapter. Semoga bisa di nikmati. Terima kasih banyak atas dukungannya.      

.     

.     

____________     

"Aruna bolehkah aku..". Pria itu sudah tidak mampu lagi menahan gejolak di dadanya. Ditarik oleh magnet kuat dari tubuh harum perempuan yang terengah-engah di bawah kendalinya.      

"Uh.. ah.. aa..". Aruna tidak bisa menguasai dirinya, bahkan untuk sekedar menjawab pernyataan Hendra.      

Sekali lagi pria itu mengecup bibir Aruna, menyusupkan lidahnya ke mulut lembut gadis itu. Jika dia mengizinkan malam ini adalah akhir dari status Virgin yang di sandang.      

Tapi mulut Aruna belum mengatakan iya. Sekuat apa pun dorongan di tubuhnya, Hendra tidak akan menerobos apa pun tanpa ijin.      

Ciuman lembut kini perlahan turun ke leher.      

"Hen.. hen..". Dia mencoba memberi kode agar tidak menghisap lehernya. Akan banyak noda di situ. Terlalu sulit di sembunyikan. Seingat Aruna Hendra sudah menyesap bagian leher sebanyak 3 kali.      

Aruna meraih-raih pegangan, disambut kedua telapak tangan Hendra. Ketika laki-laki itu mulai menuruni dada Aruna, seraya memberi beberapa tanda. Noda merah merekah dimana-mana.      

"Ah.. ah.. ". Aruna terengah-engah di bawah pengaruh gerakan mulut pria yang meraih bulatan kecil menonjol pada salah satu gundukan melingkar yang di puja habis-habisan oleh Hendra.      

Dulu integritasnya pernah hancur gara-gara membelikan penutup lingkaran penggoda ini. Sekarang dia menyesal baru menyadari betapa memesonanya bisa melahap isi di balik pembungkus itu.      

"Hah.. hah". Hendra berhenti sesaat. Dia mulai mengernyitkan dahinya. Menahan ketegangan yang membuncah terlalu dahsyat di dasar tubuhnya.      

Pria itu tersenyum menatap Wajah manis Aruna. Mengusap peluh yang mengalir di pelipis Gadis itu.      

Entah mengapa gadis mungil ini seperti tidak terima, Hendra menghentikan sentuhannya. Seperti tengah memohon-mohon lalu berusaha meraih leher Hendra.      

"Lakukan Hendra..". Bisik perempuan itu diiringi dorongan kuat menempelkan tubuhnya pada Hendra.      

"Kau yakin Aruna...?". Pria itu bertanya sekali lagi. Memastikan kemantapan hati istrinya. Aruna hanya mampu mengangguk perlahan sembari menikmati tubuh kokoh lelaki di atasnya.      

Hendra segera membuka sisa pakaian yang melekat di tubuhnya. Spontan Aruna memalingkan wajahnya. Merah padam  menangkap sesuatu yang tidak layak dilihat. Mengeras, kaku dan Oh? Aruna tidak tahu apakah semua pria sebesar itu.      

Untuk mengurangi rasa canggung Aruna yang masih terlalu polos dan malu-malu. Hendra menenggelamkan separuh tubuh mereka di bawah selimut. Dengan lembut pria itu membantu Aruna menanggalkan sisa pakaiannya satu persatu.      

Hingga di satu momen di mana dia hampir tak berani. Segitiga kemerahan membuat tangannya bergetar. Dia memilih melirik mata Aruna.      

_Sekarang siapa yang malu-malu_ batin Aruna     

Meraih tangan Hendra dan menciumnya.      

"Aku milikmu sayang". Perempuan itu meyakinkan.      

Bukannya melepas, pria itu malah melumat sekali lagi bibir Aruna. Sembari meraih perlahan segitiga merah yang tersisa di tubuh Aruna.      

Dan selanjutnya kembali memuja lingkaran di dada, ketika semua kain terlepas. Hendra mulai kehilangan kendali. Merayap menuju perut Aruna memberi noda dan makin menggila.      

Pria itu mencoba menyentuh sesuatu yang paling memabukkan bagi kaumnya. Pusat kenikmatan perempuan. Perlahan dan sedikit merinding. Dia bergetar takjub melihat Aruna menggeliat tidak terkendali.      

Ini malam pertama bagi keduanya pasti Aruna baru merasakan untuk pertama kali. Sehingga Aruna sama saja dengan dirinya. Terbelalak berkali-kali dengan nikmat bercampur kecanggungan.     

Sebab yang sebelumnya ialah uji coba yang berantakan sekali. Sampai-sampai ke duanya tidak tahu cara menikmati.     

Ketika Hendra mulai menyentuh bagian itu semakin dalam dan sedikit menyusup. Aruna bukan lagi mendesah.      

"Ih... Ah...". Dia merintih nyaring dalam kenikmatan. Semakin membuncah dan tidak terkendali. Perempuan kecil itu mendorong tubuh Hendra. Lalu menguasainya, menaikinya.      

Aruna tampak kecil. Berada di atas perut bawahnya. Dengan berani mulai menggerayangi dada Hendra dan 'Ah'.     

Hendra melayang ke udara. Saat gadisnya mengecup puting di dada dan sebuah gerakan mulut lincah bermakna.     

Pinggulnya membuat Hendra gila. Aruna menggesek-gesek pinggulnya. Miliknya yang mengeras tergesek sempurna dengan milik Aruna. Walau mereka belum saling memasuki.     

Hendra semakin tidak terkendali, mendesah dan memegangi Aruna, membalik tubuhnya. Karena gadis itu mengelus pusat kejantanan miliknya.      

Hendra berusaha menerobos, sesuatu yang dia impikan. Nyatanya itu tidak mudah.      

Dia putuskan memeriksa bagian paling intim di antara paha istrinya. Aruna merah padam melihat kelakuan Hendra.      

_apa yang ini??_ laki laki itu terlalu polos untuk sekedar memahami.      

_oh, kecil.. benarkah punyaku bisa masuk_ Hendra menekannya sedikit menggunakan miliknya. Dan Aruna menggeliat bukan main.      

Pria itu kembali meraih bibir Aruna. Dan mulai mendesak ke dalam.      

"Arrh... ". Aruna mengernyit kesakitan. Ketika pucuk kejantanan suaminya mulai masuk.      

Namun, dia memilih menyembunyikannya. Karena ada rasa aneh yang nikmat begitu dalam menyebar di seluruh tubuhnya.      

Hendra berupaya keras selembut mungkin. Dia tahu yang di dalam terasa basah, hangat dan menghantarkan listrik kegilaan tiap kali mampu mendesak sedikit lebih dalam.      

Lelaki itu mengecup kening, telinga dan menyusuri sela-sela leher Aruna. Ketika secara sangat perlahan kembali mendesak lebih dalam.      

"Arh.. ah.. aarh..". Aruna yang dari tadi menggigit bibir bawahnya. Tak mampu lagi menahan rasa terobek di bawah sana.      

Hendra segera menatap wajah Aruna.      

"Bagaimana.. masih mampu?.." memastikan Aruna baik-baik saja.      

Aruna meraih leher Hendra seolah menenangkan wajah khawatir suaminya. Milik Hendra masih terbenam setengah dari keseluruhan.     

Mungkin karena perbedaan latar belakang membuat mereka sedikit kesulitan. Sesuatu yang terlalu kecil dan sempit milik gadis mungil Asia tenggara. Dipadukan dengan perawakan England yang mengusung segala sesuatu lebih besar. Termasuk itu.      

Aruna mencoba mendekap tubuh Hendra. Antara menahan sakit dan menenangkan ekspresi khawatir pria itu. Sekali lagi. Dengan hati hati sembari mengecup, mengemut dan bermain menggunakan lidahnya.       

Hendra mendorong lagi, dorongan yang lembut berharap Aruna tidak kesakitan, Ketika pria itu menerobos lebih dalam secara keseluruhan.     

"Arh... Aaaaaa.. ". Bukan lagi rasa robek yang hadir tapi lebih dahsyat dari itu. Seolah tubuhnya di bagian dalam sedang di cabik-cabik. Air mata mengalir begitu saja disudut mata Aruna. Teriakan nikmat bercampur deru rasa sakit itu hilang. Seiring hilangnya kesadaran Aruna.     

Hendra mencoba menguasai dirinya. Menenangkan diri agar tidak panik. Bertahan di posisi yang sama tanpa melakukan sedikit pun gerakan. Menyadari malam pertama adalah malam yang tidak mudah bagi semua perempuan.      

Laki laki itu memberikan tiupan angin kecil di mata Aruna, disela-sela rambut istrinya yang penuh peluh. Mengesun pipi perempuan itu beberapa kali seperti Singa yang sedang membangunkan anak-anaknya, hingga si mungil  yang baru saja kehilangan keperawanan mulai menunjukkan kesadaran.      

"Maaf.. ". Bisik lirih Aruna. Setelah gadis ini berhasil membuka mata.      

Hendra tersenyum dan mengecup pelupuk mata Aruna.      

"Terima kasih sayang, kamu hebat". Hendra benar-benar tidak bergerak di bawah sana, walau bagian kejantanannya telah masuk seluruhnya. Dia memilih fokus memastikan Aruna menemukan kesadarannya kembali.      

Memahami perempuan yang paling dicintainya membutuhkan istirahat sejenak, Hendra mengelus-elus rambut Aruna. Memunculkan perasaan tidak tega untuk menambah rasa sakit berikutnya. Lelaki itu berharap bisa bernego dengan istrinya.      

"Sayang aku akan mencoba melepaskan diri".      

"Bantu aku, nikmati yang aku berikan. Agar kamu kembali panas dan kita mudah terlepas". Ungkapannya lembut hati-hati. Aruna tampak keberatan. Menggelengkan kepala.      

"Kita hebat. Sudah bisa sejauh ini". Hendra meminta pengertian. Aruna masih tidak mau. Dia merasa siap menerima sakit apa pun asalkan seluruh milik Hendra bisa terbenam di dalam dirinya.      

Namun Hendra benar-benar tidak tega. Dia bahkan belum siap menatap darah Aruna di bawah sana. Melihatnya pingsan dan berteriak kesakitan membuat dadanya sesak.      

Hendra kembali mengecup bibir Aruna. Sembari berbisik.      

"Kita bisa mencoba ini berkali-kali, Sampai kamu ketagihan".      

Pria itu kembali memijat lembut sesuatu yang menonjol di dada istrinya. Menyusup, menjilat dan memberikan hembusan-hembusan panas ditelinga.      

Tiap kali Aruna ingin melempar protes karena milik suaminya mulai mundur perlahan.  Hendra segera meraih bibir Aruna.      

Dia menyadari istrinya sedikit keras kepala. Padahal perempuan itu mengernyitkan kening tiap kali ada gerakan mundur yang berarti di bawah sana. Hendra benar-benar lembut.      

Mengabaikan keinginan tertingginya, terlepas dalam keadaan kokoh penuh, tidak banyak pria yang berkenaan meredam hasrat seperti ini. Suami Aruna membantunya untuk tidur lebih nyaman. Mendekapnya dan mengelus-elus lembut pipi Aruna.      

"Apa nggak berhasil di malam pertama itu wajar".  Aruna seperti mengigau dalam kantuk.      

"Siapa bilang tidak berhasil!!".      

"Aku yang selalu mencuri bibirmu dengan ketakutan (Takut dipukuli). malam ini bahkan bisa memberi banyak noda ditubuh mu". Pipi Aruna merekah merah dalam mata tertutup. Hendra mengusap-usap bekas keringat dan noda di leher Aruna.      

"Bahkan aku bisa menyentuh ini". Hendra menyusupkan tangannya kedalam selimut yang membungkus tubuh keduanya. Pria itu mengelus bulatan kecil yang tadi dia hisap.      

Aruna tersenyum.      

"Dan ini". Hendra menyeringai lebar.      

Ah' mata Aruna terbelalak, sembari memukul dada si jahil yang secara tiba-tiba menyentuh pusat kewanitaannya.      

"Kapan kita mencoba lagi?". Tanya Aruna.      

"Ya.. setelah istriku beristirahat dan makan yang banyak". Jawab Hendra.      

"Jadi aku harus cepat-cepat tidur?".      

"Tidurlah yang nyenyak sayang". Bisik Hendra.      

"Nanti kubantu mandi sekarang istirahat dulu". Hendra kembali mengelus rambut dan pipi Aruna.     

.     

.     

THE END season II     

.     

.     

.     

__________        

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/        

1. Lempar Power Stone terbaik ^^        

2. Gift, beri aku banyak Semangat!        

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan        

Cinta tulus pembaca yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     

Biar makin seru bacanya follow Instagram => bluehadyan     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.