Ciuman Pertama Aruna

II-132. Jalan Pikiran



II-132. Jalan Pikiran

0"Hah.." membuang nafas tanda tak percaya, tiga potong pakaian yang menari di hadapannya menarik perhatian, perlahan Gayatri dekati.      

Baju tersebut terasa tidak asing. Sebuah kemeja, celana dan kaos dalam. Gayatri menyentuh kemeja di hadapannya. Sentuhan yang lain ialah perempuan ini memeriksa merek pada punggung kemeja.      

Yves Saint Laurents, tentu saja kemeja itu bukan milik sembarang orang. YSL produk kemeja yang sering dikenakan putranya. Untuk memastikan dan menguatkan dugaannya, Ibu Mahendra turut memeriksa celana yang menggantung di samping kemeja.      

Sama seperti kemeja, celana berbahan kain milik brand favorit sang putra. Sudah dapat dipastikan tiga potong pakaian yang kini bergerak-gerak di terpa angin ialah milik putranya sendiri.      

Gayatri sempat berbalik dan menatap rumah sederhana menantunya.      

_Ah' dia tidur di sini semalam.. pantas tak ada yang bisa menghubunginya_     

Langkahnya kini berbeda, bukan lagi langkah dengan api kemarahan. Melainkan langkah seorang ibu yang baru menemukan pemahaman.      

Putranya dan putri Lesmana, memiliki hubungan bertolak belakang dengan kenyataan yang terlihat di luar.      

Gayatri mencoba memahami kondisi yang membingungkan ini, bagaimana Gadis itu menggugat cerai? Apakah dia terpaksa atau dipaksa? Apa yang sebenarnya terjadi antara putranya dan menantunya?     

Agaknya pernyataan yang dilontarkan menantunya beberapa saat lalu. Di mana Gayatri minta untuk dibuktikan, telah terbukti.      

'Tidak semua hal yang terlihat di mata orang lain sama dengan kejadian sesungguhnya'     

.     

.     

"mommy kita bis pergi sekarang," lama Nona keluarga jayadiningrat duduk termenung di dalam mobil Nana. Nana ikut membeku sebab tak berani menegur wajah terdiam, tentunya menggambarkan ekspresi misterius.      

Siapa pun yang berinteraksi dengan Gayatri pasti pernah mengalami ini. Perempuan ini seolah hidup dalam dunianya sendiri. Sulit didekati dan sulit dipahami.      

"kamu masih mengharap putraku?" Setelah sekian menit terlewati, tiba-tiba kalimat tanya meluncur untuk Nana.      

"Ya, itulah tujuanku kembali ke Indonesia," mata Nana melirik ke arah kiri bawah, artinya dia sedang mengenang, mengingat, mengambil fakta dari memori otaknya terkait Mahendra. Dapat ditebak, hal tersebut tidak jauh dari kenangan masa kecil hingga belianya bersama pewaris tunggal Djoyodiningrat.     

Nana sedang serius, gerak gerik seseorang saat berbincang kemudian melirik ke arah kiri bawah memiliki arti dia sedang berpikir serius untuk mengambil keputusan penting. Sebab yang bertanya adalah ibu lelaki yang di harapkan untuk kembali kepadanya.      

"Urungkan niatmu," ini ungkapan Gayatri.      

Ungkapan yang begitu mengejutkan, benar-benar menampar Nana. Bagaimana bisa perempuan ini bicara seperti itu, sebulan terakhir mereka mulai dekat.      

Bahkan keakrabannya hampir tak bisa dibantah lagi, Dan tiba-tiba ibu Mahendra mematahkan dirinya.      

"Hah," Nana membuang nafas tak percaya mendengar ungkapan yang diusung oleh Gayatri.      

Tampaknya hela nafas itu ditangkap oleh Gayatri: "dugaanku salah Nana, putraku dan istrinya masih memiliki ikatan yang kuat. Jika kamu meneruskan niatmu, sepertinya akan sia-sia."      

Mendengar kalimat ibu Mahendra, Nana sekedar menundukkan pandangannya, dia tidak setuju.      

"Putraku lelaki keras kepala, kamu mengenalnya dengan baik sejak kecil. Banyak hal yang berubah darinya, tetapi tak berlaku untuk yang satu itu. Mommy tidak ingin kamu terluka atau melukai siapa pun,"     

Nana tidak menjawab ungkapan panjang yang dirangkai Gayatri. Perempuan ini lebih memilih memacu mobilnya. Dalam diam keduanya menembus keramaian jalanan ibu kota.      

.     

.     

Mata biru melengkapkan tatapannya pada benda usang bekas kecelakaan hebat.      

Sejak mengenali lantai bawah tanah ini, dia jarang berjelajah atau memahami tiap detailnya.      

Dalam benaknya hanya ada empat ruangan utama dan satu ruangan tersembunyi. Salah satu dari empat ruangan tersebut ialah milik Raka, ruang latihan para ajudan tim khusus. Ruangan Raka memiliki pintu-pintu menuju lorong-lorong lain. Ternyata salah satu lorongnya adalah tempat yang kini dia datangi.      

Mahendra hampir tidak yakin mendapati bangkai mobil kecelakaan beruntun yang menimpa sang kakek saat ini berada di hadapannya.      

Bagaimana caranya benda ini bisa turun ke bawah? Apakah ada pintu lain selain lift?      

Lalu, bukankah benda ini harusnya berada di tempat penampungan barang bukti. Karena kasusnya belum ditutup.      

Tanda tanya Hendra terbaca dari gerak-geriknya, tetapi orang-orang di sekitarnya enggan memberi penjelasan. Mereka sedang berburu waktu. Sebab mobil tersebut sudah harus berada di tempatnya 30 menit lagi.      

"Mobil ini bukan milik kakek, kenapa aku harus melihatnya?" Mahendra melempar pertanyaan inti, sebuah pertanyaan yang memang diinginkan orang-orang di sekitarnya.     

"Iya anda benar," Pradita memegang sebuah berkas, sambil menjawab pertanyaan Hendra dia membolak-balik berkas itu kemudian menyerahkannya pada Hendra.     

"mobil pertama penyebab kecelakaan beruntun, Kalau Anda jeli Anda bisa melihat sisi depan mobil ini. Kami sudah memastikan dia sengaja menabrakkan diri pada truk di depan mobil kakek anda," Hendra memeriksa berkas di tangannya, dia menyamakan penjelasan Pradita dengan halaman yang sesuai pada berkas Pradita. Salah satu halaman itu menjelaskan bemper sisi depan mobil tersebut bukan ter-gesek melainkan menghantamkan diri.      

Anehnya kondisi rem mobil, gas dan mesin di dalamnya dalam keadaan baik. Jelas hal ini menunjukkan persepsi nyata terkait 'tak ada kendala pada mobil tersebut'.      

"bagaimana dengan human eror?" Tanya Mahendra.      

"masalahnya bukan di situ, pengemudinya ialah residivis kasus premanisme, yang cukup mengejutkan orang ini mendapat grasi dari wakil walikota Riswan satu bulan sebelumnya. Sekarang keluarganya pindah ke kota lain. Dan kami menemukan titik keluarganya tinggal, mereka menempati tempat yang lebih layak," Pradita kembali bersuara.      

"Di mana orang itu sekarang?" Hendra memburu pemahaman.      

"Namanya Maryono alias pengki, dia menghilang 15 menit setelah kejadian. Padahal lukanya sangat parah, saksi di lapangan menyebutkan pengki dibawa mobil yang seolah membantu para korban kecelakaan. Sayangnya mobil itu menghilang sampai sekarang, termasuk pengki,"      

"Kali ini tak bisa di maafkan," ucapan Hendra dingin menutup lembaran berkas milik Pradita.      

"Kami sudah menemukan bukti yang mengarah ke wakil walikota Riswan, jika anda mengijinkan kami bergerak hari ini juga untuk mencari Pengki," pernyataan bernada amarah dan geram di suarakan Raka.      

"Tak perlu se-ribet itu, kita masih punya kartu As. Cek suap Riswan yang bertanda tarantula dari wakil wali kotanya," suara Hendra datar dan mulai berbeda. (Vol. I)     

"tetua belum tentu setuju, kita tidak bisa mulai memanaskan perang dingin tanpa ijin.." Andos memahami sudut pandang tuannya. Wiryo tak akan bisa menghancurkan Tarantula dengan cara hina, dia mau berdamai dengan adiknya.      

"Sampai kapan? Beri tahu aku?" pertanyaan Mahendra tak terjawab.      

"Hehe" dia terkekeh sendiri.      

"biarkan pihak berwajib yang mencari Pengki, buat laporan atas namaku." Mahendra melirik Thomas tanda memerintah pria maskulin tersebut.      

"Laporkan bahwa aku akan memberikan donasi kepada seluruh pegawai DM grup yang mengalami kemalangan, karena hal tersebut ternyata adalah kecelakaan beruntun. Maka CEO DM grup berniat memberikan sumbangan kepada seluruh korban kecelakaan. Dan ingin bertemu secara langsung dengan para korban. Menyiapkan dan mengundangan semua dalam rangka pencairan dana serta simbolis amal ini. Pastikan satu orang mendapat lebih dari 100 juta. Pengki akan keluar dengan senang hati dan pihak berwajib tentu berusaha mencarinya kalau dia tak juga menunjukkan batang hidungnya". Mata biru tersenyum aneh.     

"Hah.." beberapa orang dalam melingkari mobil usang menghela nafas, tak menyangka jalan pikiran cucu Wiryo sungguh di luar dugaan.      

.     

.     

__________      

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/      

1. Lempar Power Stone terbaik ^^      

2. Gift, beri aku banyak Semangat!      

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan      

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.