Ciuman Pertama Aruna

II-128. CEO Eksplisit



II-128. CEO Eksplisit

0"Aku pernah membaca panduan Psychosocial Therapist dari dokter Diana, semua hal harus di coba. Termasuk sesuatu yang membuatmu kesulitan. Aku percaya kamu bisa, kita bisa melewati ini," Putri Lesmana terus berupaya membujuknya, sayang masih di diamkan. Hingga gadis ini tertidur dengan mendekap punggung pria yang tampaknya tak juga memejamkan mata.       

Hendra masih terjaga hingga fajar menyapa. Pria ini memilih merapikan diri dan merapikan keadaan istrinya, membenarkan tidur gadis mungil yang tak nyaman karena berusaha menempeli punggung sejak celotehnya masih menyapa.      

Mahendra meraih-raih benda berceceran, kadang dirinya tersenyum dan terhenti sejenak kala menatap milik Aruna tergeletak begitu saja.      

Salah satu dari cecer-an tersebut sempat tergenggam, ter-amati sambil mengenang memory yang akan membekas sepanjang nafasnya masih ada.      

Malam ini terlalu luar biasa. Begitu gumaman pria yang beradu antara murung dan bahagia. Dia mencoba kembali mencari baju yang layak dia pakai. Nyatanya pakaian yang kini berada di tangannya memang terbesar dari semua pilihan di dalam almari istrinya.     

Pria itu pasrah memasuki kamar mandi untuk kedua kalinya pada tempat tinggal mungil milik sang istri.      

Sejenak setelah usai baru dia sadar dengan keberadaan handphone miliknya. Mencari-cari pada keranjang kotor sampai lupa bahwa tempat semacam itu cukup menjijikkan, sebab sang handphone terus saja berdering meminta pemilik segera menyambut panggilan.      

Sontak ia terkejut, ada puluhan telepon termasuk pesan dari para ajudan. "halo?" suara Mahendra menyapa Andos yang berada di ujung sana. Dari suaranya saja tertangkap jelas bahwa Andos sedang jengkel.     

"Anda dari mana saja? Kami berusaha mencari!" tekanan kalimat Andos terbaca seksama, sekertaris pribadi kakeknya berusaha untuk menjaga emosi.      

"apa terjadi sesuatu?" demikian kalimat tanya Hendra menanggapi pertanyaan Andos.      

"Kakek anda semalam siuman dan beliau marah besar karena anda membiarkan oma Sukma dan nona Gayatri mengetahui kondisi yang menimpa beliau," kembali Andos membuat penekanan pada kalimatnya.      

"Tenang saja, hal itu sudah jadi resikoku. bisa aku tangani"     

"Ada lagi yang lebih penting, tim D menemukan sesuatu yang harus Anda periksa segera," demikian kalimat Andos mendorong gerak cepat Mahendra.      

Mahendra buru-buru meminta Hery menyiapkan setelan jas, dia berjanji akan sampai kurang dari satu jam pada tempat parkir mobilnya di gedung Djoyo Rizt hotel.     

Sempat Andos kurang setuju dengan permintaan Hendra yg terlalu mengulur waktu. Mengingat mobil ringsek yang harus Hendra periksa perlu di kembalikan pada tempatnya sebelum fajar menyingsing. Akan tetapi pria ini bersih kukuh belum bisa kembali secepat permintaan Andos.      

Anehnya sikap keras kepala itu bermakna gerakan lincah menyiapkan sarapan untuk sang istri. Pria ini berkejaran dengan waktu mencari-cari tiap bahan makanan di dalam  kulkas putri Lesmana.      

Mengeluarkan kumpulan sayuran seadanya dan daging-daging yang bersisa, bau harum breakfast dari olahan tangan seorang CEO yang berubah sebagai Koki di pagi ini terbang memenuhi ruangan.      

dia letakkan sarapan spesial itu pada meja yang mudah diraih istrinya. Gerakannya cepat, melepas celemek lalu lekas-lekas mendatangi tubuh terlelap pulas.      

[Terima kasih sayang, makan yang banyak] pria ini masih sempat membuat pesan menggunakan handphone, sebelum mengecup ringan sang istri.      

Melangkah senjangkah, nyatanya dia kembali lalu mendekat lagi. Merapikan selimut yang bergerak-gerak sejenak sebab tubuh tersembunyi di dalam kain tebal ini sedang menggeliat lalu tertidur kembali kala pemiliknya mendapatkan puk-puk hangat dan kecupan di pelipis. Sebelum akhirnya lelaki bermata biru merelakan pandangannya meninggal perempuan mungil tersayang.      

.     

.     

"Bagaimana dengan adikmu?" Kata itu datang dari pria yang baru saja memasuki pintu ruang kerja founder beberapa aplikasi online. Ya, pria yang duduk di meja utama perusahaan yang kini bangunannya sudah bertingkat sebenarnya hanya-lah meja untuk seorang founder, founder dalam artian pendiri, pencetus ide usaha, sayangnya belum tentu pemilik utama.      

Karena kini pemegang saham terbanyak tak lain ialah pria yang baru saja berucap. Dia yang baru duduk di hadapan Anantha, seorang malaikat yang begitu baik versi kakak Aruna. Karena kedatangan pria yang tiba-tiba menginginkan di panggil dengan nama berbeda setelah satu tahun perkenalan ini mampu mendongkrak bisnis lulusan teknik informatika.      

Si sulung keluarga Lesmana yang bertekat membangun bisnisnya sendiri tanpa bantuan ayah apalagi bantuan dari keluarga atasan mantan ajudan yang berubah menjadi direktur DM delivery. Jabatan direktur yang di dapat dari rasa iba atau mungkin dari hal lain? Bisa jadi dari di ambilnya sang adik?. Dan hal tersebut awal dari kemurkaan pria kedua keluarga Lesmana.      

Anantha tidak suka pada perilaku ayahnya semenjak dia kecil, bagi Anantha ayahnya terlalu mementingkan keluarga bos-nya dari pada keluarganya sendiri. Ayah terkesan seperti hewan peliharaan yang begitu setia mengabdi pada pemiliknya. Bahkan ketika putra putrinya sakit atau ketika perayaan kebahagiaan, pria ini memilih memenuhi perintah Wiryo dari pada sedu sedan bersama keluarga. Tangis bunda kala seorang balita ter-renggut di hadapan pria kedua keluarga Lesmana. Lelaki kecil yang merasa jadi wakil kedua sang pemimpin keluarga memendam dendam kepada Ayah dan kepada keluarga atasan ayah, Djoyodiningrat.      

Rey mendapati senyum miring pertanda bingung dari Anantha, sesibuk apa pun pria ini akan menanggalkan pekerjaannya demi lelaki berambut halus dengan perangai lembut yang begitu dia sukai. Rey sudah menggelontorkan banyak uang untuk segala ide dan gagasan Anantha, entah berhasil atau gagal.      

Mana ada penanam modal seperti Rey di dunia ini. Sayangnya pebisnis otodidak ini tidak tahu seberapa lihainya Rey mampu memunguti perlahan sahamnya dan lama-lama kata pungut berubah jadi caplok. Rey berhasil mengambil 70% saham Anantha sehingga simbol CEO perusahaan ini secara eksplisit adalah Rey itu sendiri. Sedangkan Anantha cukuplah sebagai foundre yang tergerogoti secara perlahan dalam waktu satu tahun saja.       

"Adikmu, Aruna, bagaimana sidang perceraiannya?" begitu sang CEO eksplisit kembali bertanya.      

"Huuh.. Begitulah sangat tak mudah., kau tahu siapa kuasa hukumnya?" pria ini meletakkan kaca matanya, kaca mata yang hanya dipakai ketika dia sedang bergelut dengan koding paling mutakhir versi teknik informatika, "Rendy Nasution," nama ini mampu mengukir pemahaman Rey.      

'The Most Dangerous Lawyer' begitu sebutan untuk avokad Mahendra, kini pria yang duduk di hadapan Anantha mulai merenung berspekulasi. Terlihat jelas sedang berpikir, "Jika aku membantu menyiapkan lawyer yang lebih mumpuni apakah kamu bisa menjamin perceraian mereka?" kalimat tanya Rey terlalu to the point.      

"Ah' tak perlu, ini masalah pribadiku dengan keluargaku," Anantha belum usai bicara.      

"Bukankah kau ingin kita menjadi keluarga?" kembali Rey membuat desakan.      

Semburat ekspresi tak enak hati sempat di tunjukan Anantha.     

"Aku sungguh-sungguh mengharapkan adikmu," kembali Rey bermonolog meyakinkan.      

"Aruna.. Aku ingin adikku terbebas dari keluarga Djayadiningrat. Bukan berarti aku berhak mengatur kehidupannya setelah itu," kembali pernyataan ini di serobot Rey.       

"Fernando Caligis, hanya Lawyer itu yang bisa mengimbangi," Ungkapan Rey mampu merebut perhatian Anantha. Lawyer dengan bayaran mahal serta penulis buku 'Ranah Perdata' salah satu pembahasannya terkait sidang perceraian, sehingga banyak selebriti menggunakannya dalam banyak kasus gugatan cerai.      

.     

.     

__________       

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/       

1. Lempar Power Stone terbaik ^^       

2. Gift, beri aku banyak Semangat!       

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan       

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.