Ciuman Pertama Aruna

II-126. Kontemplatif



II-126. Kontemplatif

0Aku tidak tahu, apa yang terjadi padaku malam ini. Aku menyerahkan diriku padanya, pada pria yang dulu aku benci setengah mati. Bukan karena dia memintaku, tapi lebih kepada, aku memilih merelakan diriku.      

      

Hanya karena sebuah ungkapan yang sempat membuatku tersekat. 'Sengaja' kata itu ampuh menerjang benteng pertahananku.      

      

Aku tahu Hendra tak terprediksi, dia selalu unik dan cenderung aneh, karena cara berpikirnya terlalu berbeda. Ah' sepertinya bukan berbeda, tapi jeli dan aku menyukainya. Aku menyukai dia yang begini.      

      

Yang membuatku merasa tertinggal jauh di belakang kala dia gunakan otaknya.      

      

Perempuan mana yang tidak tertawan ketika pria yang mengejarnya mengutarakan rasa takut kehilangan bukan sekedar sebab-akibat hasrat cinta, melainkan di jadikannya gadis itu tujuan hidupnya.      

      

Setahuku tiap langkah manusia di dasari oleh tujuan hidupnya. Sungguh kontemplatif[1] untuk diri seorang gadis yang baru meraba-raba dunia.      

      

Ya, aku menyadari usiaku kini mendekati 21. Tiga tahun lalu saat aku baru melepas masa SMA ku, lalu melangkah sebagai mahasiswa kemudian gejolak jiwa muda mengantarkanku pada keberanian membangun mimpi dengan balutan idealisme tinggi.      

Entah dari mana pemahaman baru menyusup begitu saja, seolah menarasikan keangkuhan dan kenaifan terkait pasti aku akan bahagia tatkala impianku teraih, dengan modal bersemangat dan positif tinking sesuai arahan para motivator.      

Ah' apakah aku perlahan mulai dewasa? Atau-kah aku sedang terbawa arus pola pikir Mahendra. Pria ini dikelilingi medan magnet yang kelewat kuat, dan menjerat siapa saja ke dalam arusnya.      

      

Tampaknya aku kebanyakan berpikir selama ini. Toh, akhirnya aku benar-benar tertarik padanya dan dia berhasil membuatku menyerahkan hatiku suka rela.      

      

.      

      

"Ma.. maaf.. Dokter Tio bilang, kemungkinan aku bisa mengalami gejala hyperarousal berikutnya, kecuali kau bisa menjamin dirimu tidak akan merasa sakit ketika kita.." Hendra kalut, pasrah, dan penuh penyesalan. Sungguh kalimatnya mengusik hatiku.      

Bukan karena malam ini aku yang susah payah menyerahkan diriku tidak akan mendapat timbal balik darinya.      

Melainkan, aku sedang tertegun dengan diriku sendiri, Hendra yang baru saja menyatakan bahwa malam ini dirinya tidak bisa menjalankan keinginan terbesarnya. Mampu membuat salah satu organ di dadaku berdegup kencang. Ada rasa baru, yang aku paham-i sebagai getir.      

"Mana bisa aku menjamin rasa sakitku, aku tak punya pengalaman sama sekali," kataku mengeringi tindakan mendekati wajahnya, dia tampan untuk pertama kalinya.      

Mahendra, pria yang hobi tebar pesona dan aku sering mengabaikannya. Sayang hari ini hatiku tak mampu menuruti kemauanku. Pria dengan semburat merah hingga telinga, sedang berupaya mencari-cari cara menghindari tatapanku. Tangannya mengetuk-ngetuk busa bed cover yang tergeletak sembarangan, kubiarkan saja dia kebingungan karena itu menyenangkan.      

Dan ketika aku benar-benar menjajal keberanianku. Kornea mata biru bersiap tersembunyi, "Hee.." aku tidak tahan untuk tak menghadirkan senyuman.      

Kata Hendra, dia tidak bisa memberiku pengalaman pertama untuk kami malam ini. Kenyataannya lelaki bermata biru mempersiapkan diri kala aku berniat mengecupnya. Aku tidak bisa memberinya harapan palsu, sebab aku juga terpana dengan bulu lentik matanya.      

Bisa-bisanya aku baru tahu pria ini punya bulu mata yang panjang memikat dan kurang ajar. Rambut halus yang tertanam pada tepian kelopak mata Mahendra lebih cantik dari milikku. Bukan sekadar kurang ajar? Kata cantik, yang harusnya jadi identitasku dia pungut satu persatu.      

Ku lahap saja dalam lumatanku tiap lekukan parasnya yang menawan, yang begitu rakus dengan kesempurnaan. Seperti kata para penggemar yang suka berceloteh ria di akun Instagram official miliknya: 'sisakan satu malaikat tampan kayak dia Tuhan', 'CEO Hendra aku padamu', 'Cerai saja bang, tak apa-apa.. dudamu adalah doaku'.      

Sungguh aku memantau mereka sambil meredam gemuruh dada, CEO DM grup masih miliku. Lihatlah dia sekarang sedang dimabuk kepalang, mencengkeram tubuhku penuh harap mendapatkan sentuhan bibirku.      

"Kau Harum.," kalimat itu Hendra luncurkan ketika wajahnya di terpa rambutku. Dia tersenyum berusaha tenang kala aku berburu gigitan. Ya, aku menggigitnya sama seperti upayanya mencuri-curi leherku kala aku terlelap.      

Tak lama kemudian ada suara terkekeh riang, "Haha.. haha.." tampaknya dia kegelian ketika aku bermain di lehernya. "Arun.. au.. haha.." dia terkekeh lagi, aku menggelitik lehernya dengan hidungku lalu menggigitnya.      

"Aaa..u.. nakal sekali kau menggigitku?!". Dia meraih lenganku dan mengangkatku dari penjelajahan.      

"gadis kecil yang nakal, sudah tahu aku belum bisa menyentuhmu, kau malah sengaja menyiksaku!" katanya menjauhkanku dari lehernya. Tubuhku di angkat, di topang dengan kedua tangannya yang menggenggam lenganku.      

Dia memandangiku, ya.. dia mengamatimu lama, cukup lama hingga aku berakhir di turunkan dan dia dekap erat.      

"rasanya malam ini seperti mimpi," ungkap Hendra sembari meletakkanku pada bantal yang benar dan memasang selimutku.      

"kamu masih sakit! Jangan main-main dengan libidoku.. sekali dia bangkit aku takut kamu nggak bisa menanganinya," Hendra membisikan sesuatu di telingaku, kala aku mulai memunggunginya. Bibir pria ini berkomat-kamit menyentuh daun telingaku.      

.      

Aruna terdiam menghadirkan punggung mungilnya. Apakah dia kecewa? Kupeluki dia dari belakang. Sangat luar biasa mendapati dirinya berinisiatif memberikan kenikmatan untukku.      

Jika ditanya siapa laki-laki paling bahagia di dunia malam ini? Mungkin deretan paling atas adalah aku. Walaupun saat ini aku hanya bisa mendekapnya dan dengan bangga meletakkan kepalanya yang di hiasi rambut menjuntai harum pada leherku.      

Sambil kucari-cari telapak tangannya, ku kenang banyak hal yang sempat hilang, indah sekali mengenang memory kala diriku memegangi denyut nadinya tiap malam kala itu. Kala diriku tak mampu melihat perempuan terbaring tanpa tanda kehidupan.      

"kenapa diam saja?" kataku mencuri lihat dia yang ternyata belum menutup matanya.      

"aku perlu menjagamu dengan baik, aku baru tahu kau sangat tampan,"      

"Haha," aku hanya bisa terkekeh, bagaimana bisa perempuan ini baru sadar. Dasar gadis mungil sialan. Kata-katanya yang sederhana sudah mampu menggodaku.      

"jadi kamu baru sadar malam ini?"      

"hem.. iya," jawab Aruna melengkapkan geraknya menatapku. Dia balik tubuhnya sambil mengamatiku. Sejujurnya saat ini aku sedang memendam antusias gilaku dalam-dalam ketika mendengar kata 'iya' darinya.      

Kumiringkan tubuhku agar bisa leluasa mengamati polah tingkah gadis mungil ini berjelajah. Apakah yang merasukinya malam ini? Dia menyelipkan sekali lagi tangannya di dadaku, menyentuh kulitku malu-malu.      

Gerakan gontai seolah menjawab rasa penasarannya sendiri. Mengabaikanku yang susah payah mereda gejolak manusiawi pria normal.      

Dia pikir aku tidak bisa berbuat lebih nakal darinya? Tanganku ikut ikutan masuk ke dalam kaos longgarnya. Sejenak aku tersenyum menertawakan diriku melihat istriku yang tak ada pandai-pandainya menggoda? Tapi, masih saja aku terpana. Harusnya adegan seperti ini akan bangkit ketika perempuannya memakai dress belahan berwarna merah menggoda.      

Bagaimana dengan Aruna? Jangan berharap? Aku saja risi dengan pilihan pakaian yang dia pinjamkan untukku malam ini. Jadi bisa di bayangkan apa yang dia kenakan, mengharapkan dia memakai dress tipis menggoda adalah khayalanku semata.      

"Hen.. Hendra Aa.. auu.."      

      

      

[1] Kontemplatif berasal dari Bahasa Latin (contemplore) berarti merenung dan memandang. Kontemplatif merupakan cara hidup yang mengutamakan kehidupan penuh ketenangan.      

      

.      

.      

__________        

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/        

1. Lempar Power Stone terbaik ^^        

2. Gift, beri aku banyak Semangat!        

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan        

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.