Ciuman Pertama Aruna

II-169. Mencengkeram Kuat



II-169. Mencengkeram Kuat

0"Kau setuju?" tanya Hendra yang tertular rasa malu Aruna, ikutan senyum-senyum sambil memberi penawaran pada gadisnya.       

"Entah -lah,"      

"Kau masih bingung??"      

"Iya,"      

"Tak apa, kita perlahan saja,"      

Sejenak kemudian ada yang mendekap lebih erat.      

"Kau harus cepat sehat, agar yang perlahan itu segera jadi nyata," kata Mahendra sambil menguap. Tak butuh waktu lama dia benar-benar menghilang dalam tidur sempurna. Tentu saja dikarenakan pria ini belum sempat memejamkan mata pada malam sebelumnya. Dia yang terlelap meninggalkan gadis merona sendirian.     

Sempat nyengir, untungnya Aruna kini bisa berbangga hati setelah mendapati pernyataan cinta aneh terkait analogi  terkait dirinya ialah udara yang di butuh kan dengan amat sangat oleh CEO DM grup, wajah pria yang kini bisa dia sentuh berulang tanpa rasa canggung bercampur malu seperti dulu.      

Gadis ini terduduk dia belum mengantuk. Memikirkan hal-hal seru yang bisa memberinya hiburan. Sambil mengetuk-ngetukkan jemarinya di dagu Aruna mulai memutar otaknya. Lalu tersenyum jail, mendapati kuncit rambut yang tergeletak. Meraih, memutarnya menjadi dua bagian. Gadis ini membuat hiburan untuk dirinya sendiri.      

Dia memainkan pucuk rambut Mahendra. Poni pria ini tidak begitu panjang, tapi masih bisa di mainkan supaya tak menutupi ketampanan. Batin si gadis usial kelewatan, menggenggam perlahan sekumpulan pucuk rambut itu dan mulai membuat ikatan.      

Terpasang cantik, imut dan tentu saja menyenangkan untuk ditertawakan.       

"hehe," dia terkekeh sendiri menikmati hasil karya luar biasa berani ini.      

_Hemm.. perlu di abadikan_ mana mungkin akan terjadi mahakarya berikutnya kalau bukan pria ini terlelap seperti mati suri, tak sadarkan diri. Dan hal semacam itu bisa jadi tidak akan terulang lagi.      

Tangan gadis ini segera meraba-raba handphonen tanpa melihat posisinya, dia tahu bahwa tempatnya di nakas. Sambil tersenyum dan terkekeh menikmati wajah Hendra yang menggemaskan tiada tandingannya.      

Berhasil meraih handphonen, Aruna lekas-lekas menempelkan sidik jadi pemiliknya pada sensor key.       

Yee.. bersorak bahagia bisa mengabaikan sisi lucu Mahendra berulang. Nanti kalau dia terbangun pastilah pria ini akan kehilangan rasa percaya diri, dan akhirnya Aruna bisa menangkap ekspresi wajah memerah Mahendra termasuk mulut mencucuh sebab kalah jail dengannya.      

Ide sempurna.      

Amat sempurna sampai-sampai dia tak suka di ganggu pesan berantai yang di terima handphone suaminya. Beberapa kali notifikasi itu disingkirkan, supaya bisa mengambil foto lebih gila dan lebih menggelikan.      

Sayangnya salah satu pesan terpencet dan tak sengaja terbuka.      

[Mas kita sudah meringkus Pengki] atas nama Raka tertulis di sana.     

Bip!     

[Sebuah foto terbit] perlu menyentuh agar terdownload sempurna. Akan tetapi, gadis ini memilih menanggalkan handphone suaminya.      

Tangannya bergetar, seolah kembali mendengar monolog panjang Rey.      

("Ah' apa kamu tidak tahu seberapa bahayanya Mahendra dalam dunia bisnis dan kekuatan tersembunyi yang dimiliki Djoyodiningrat?")      

("Apa -kah kamu tak pernah tahu tentang kekuatannya dalam menghancurkan perusahaan lain yang berani menyaingi Djoyo Makmur Grup?")       

("Lalu., bungker bawah tanah?! Sebuah rumor yang sangat di takuti keberadaannya??")      

("Kenyataannya bungker itu ada secara nyata, bukan isapan jempol belaka,")     

Aruna buru-buru menutup telinganya, dia tidak mau mempercayai suara imajinatif milik lelaki yang pernah berupaya mencelakainya.      

Seketika wajah gadis ini menoleh mengamati layar handphone yang terus berkedip menyala. sepertinya ada beberapa pesan lain yang masuk ke handphone Hendra.      

Aruna perlu memastikan, perkataan Rey adalah kepalsuan. Meraih sekali lagi handphone itu, kemudian membuka kunci menggunakan sidik jari pemiliknya.      

Dia membuka aplikasi berwarna hijau dengan lambang bohlam obrolan yang tengahnya berupa ikon telepon.      

Mencari nama Raka yang ternyata  masih berada di deretan paling atas. Gadis ini membuka pesan itu sekali lagi, sambil mengumpulkan keberanian dia men-download kumpulan foto yang dikirimkan ajudan dengan tubuh kekar.      

Mulut perempuan ini ternganga di tutup dengan tangan kirinya.      

[Anda mau dia di bunuh saja? Atau kita gunakan sebagai alat?]      

Deg!      

[Kenapa hanya di baca kami butuh jawaban?]     

Deg!      

("Mengapa harus aku?") Suara imajinatif itu menyapanya lagi, percakapan dengan Rey membumbung mempengaruhi isi kepalanya.     

("Karena kau istri Mahendra, pewaris tunggal Djoyodiningrat, pemilik DM grup, lelaki yang berbahaya bagi kami,")     

Deg!      

Jantungnya berdetak kencang, sangat kencang sampai menyakitkan.      

("Agar bisnis kami adidaya, sebagian dari kami punya jalan hitam,")     

("Lanjut -kan!")      

("Kami bisa membuat target pembunuhan kepada siapa saja, hanya karena dia berstatus keluarga, anak, istri atau sekedar orang kepercayaan semacam ajudan, sekretaris dari para pesaing kami,")     

Suara imajinatif dan kenyataan yang berasal dari handphone yang di genggam menghasilkan rintihan rasa sakit bercampur takut, kalut luar biasa.      

Suaminya, manusia sepeti apa? Sejalan dengan telepon genggam yang runtuh dari cengkeraman tangan.      

Ada yang terbangun karena terganggu isak tangis perempuan, dia tertunduk sambil membuka mata lamat-lamat.      

Buru-buru gerakan terbangun  itu menghasilkan gerakan lain, tangan membasuh air muka yang masih di liputi kantuk luar biasa.      

Hendra sempat menemukan sesuatu mengganggu di atas kepalanya, dia raih benda yang mengikat rambutnya, dan senyuman terbit setelah mendapati pita rambut sang istri di atas telapak tangan.      

"Sayang ada.." kata tanya yang awalnya dihiasi ekspresi tersenyum bahagia, seketika terpadam. Ada yang membuang tangannya.      

Sentuhan di pundak yang Mahendra lakukan untuk istrinya, disingkirkan. Sejalan dengan gerakan menjauh seketika.      

Hendra benar-benar terkejut, Apa yang terjadi? Buru-buru membalik tubuh gadis itu. Wajah Aruna menatapnya ketakutan dan ngeri.      

"Hah," desah nafas itu sesungguhnya sebuah awal untuk bertanya. Tapi terhenti, sebab mata biru keburu menemukan handphone yang tergeletak di pangkuan Aruna.      

Dia raih benda persegi panjang itu, seakan berburu waktu, sebab si perempuan sudah mulai melepas infusnya. Tanpa kata gerakan itu menghasilkan makna, Aruna ingin pergi, mungkin lari dari ruangan ini.     

Ketika Hendra akhirnya menemukan aplikasi terakhir yang dibuka Aruna, termasuk foto yang sudah gadis ini download. Hendra lekas bangkit dari duduknya.      

Mencengkeram kuat tangan kanan perempuan. Seiring caranya menekan kasar tombol bantuan.      

"Aku yang akan pergi," Suaranya paruh, mendesah, dingin menakutkan itu yang Aruna rasakan seketika.     

"Kau tetap di sini, jangan coba kabur sampai keadaanmu sehat kembali! Baru setelah itu kita bicara," ini kalimat terakhir Hendra. Sebelum akhirnya suster datang, bersamaan dengan panggilan sang tuan kepada para ajudan yang berisikan perintah untuk menjaga istrinya.     

Hendra menghilang malam itu. Dia tidak datang di hari berikutnya, tanpa handphonen serta tak tahu harus bagaimana? Tiap kali dirinya ingin keluar dari ruang rawat inapnya, Alvin dan Rollan yakni dua ajudan yang dulu juga menjaganya selalu mengiringinya seperti petugas keamanan ataukah seorang sipir yang memastikan tahanan tidak kabur. Di jaga dengan cara yang sama seperti dulu.      

Gadis ketakutan ini di buat kian kalut oleh perilaku Mahendra. Pergi begitu saja dan membiarkan isi kepalanya bertanya-tanya tanpa jawaban pasti.      

Sedangkan dua ajudan mengulang kalimat yang sama tiap kali di tanya kemana suaminya, "Tuan Mahendra akan datang kalau nona sudah sehat,"      

"Bersemangat -lah nona. Ayo, makan yang banyak,"     

 .     

.     

.     

__________        

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/        

1. Lempar Power Stone terbaik ^^        

2. Gift, beri aku banyak Semangat!        

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan        

Cinta tulus pembaca yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     

Biar makin seru bacanya follow Instagram => bluehadyan     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.