Ciuman Pertama Aruna

II-158. Setelan Abu-abu



II-158. Setelan Abu-abu

0"Apa yang kalian bicarakan tadi?" suara Aruna hampir saja menjatuhkan gelas air putih yang di pegang Damar. Pemuda ini tidak jadi meneguk air berikutnya, buru-buru menaiki tangga yang ternyata sudah di turuni gadis bermata kecokelatan setengah bagian sambil terpincang satu kaki.      

Damar menelungkupkan tangan kanan Aruna pada bahunya, "Kau tahu dia datang?" kalimat ini meluncur seiring cara sang pria membimbing Aruna kembali ke kamarnya.      

"Kau pikir aku boneka?! Aku tahu sejak awal,"      

Damar terhenti seketika mendengar ke jujuran Aruna. Dia pandai sekali mengelabuhi dua laki-laki seolah selama ini keduanya sukses membuat pertemuan malam tanpa diketahui sang perempuan.      

"Tahu sejak awal?" Damar lagi-lagi tak percaya.      

"Huh, mana ada orang tidur seperti mati suri setiap hari padahal kalian juga sering ngobrol di dekatku," Damar hanya bisa geleng-geleng mendengar Aruna.      

"Kenapa kau berdiam diri? Bukankah akan lebih mudah kalau kalian saling tahu?" maksud Damar saling tahu Hendra datang dan menemuinya tiap malam.      

Aruna hanya tersenyum, "Aku sudah bilang, ini pertama kalinya aku mencoba egois,". Gadis ini kembali duduk di ranjangnya.      

"egois??" belum paham.      

"Hendra tidak akan mampu mengelak tuduhan kakakku dengan tegas, bahwa aku tidak ada bersamanya. Walau dia kadang juga berbohong untuk menutupi sesuatu, tapi ekspresinya tidak bisa di tutupi. Mudah sekali terbaca. Aku biarkan seperti ini sebab ku ingin dia lebih kuat mempertahankan argumennya di sidang perceraian kita nanti," gadis ini berbaring, seiring Damar berniat pergi. Nyatanya dia di tahan lagi. Aruna mendesakkan pertanyaan awal.      

"Apa yang kalian bicarakan tadi?" sayangnya Damar padai berkilat, dia tidak menjawab, lebih banyak mengalihkan pembicaraan hingga gadis itu di paksa tidur lagi.      

"Akan ku lakukan sesuai keinginanmu, percayalah.., dan sekarang tidur yang nyenyak," Danu Umar memaksa Aruna istirahat.      

***     

Pagi ini tepat di depan kantor pengadilan tinggi agama riuh ramai oleh para pencari berita tak bisa terelakkan. Mereka ada yang memegang, memondong, bahkan sudah mulai uji coba siaran.     

Jelas sekali lebih ramai dari sebelum-sebelumnya.      

Apa yang jadi pemicunya? Tentu saja tak lain ialah seorang artis drama series yang menghilang dari dunia Entertainment selama setahun belakangan.      

Rumor Tania turut menjadi saksi kunci perceraian pewaris tunggal yang sekaligus CEO mega bisnis seantero negeri yakni Djoyo Makmur Group, berembus kencang sampai ke telinga para pemburu berita. Padahal yang akan terjadi hari ini di upayakan tertutup rapat-rapat.       

Entah 'lah siapa yang menjadi sumbernya, gelitik kecil yang samar-samar tercium gelagatnya ialah mantan manajer Tania. Kabarnya tidak terima perempuan itu berpindah profesi sebagai produser acara talk show seputar dunia wanita. Masalahnya Manajer itu kehilangan profesi secara sepihak, padahal sudah menemani sepak terjang perempuan ini sejak masih jadi pemeran pembantu.      

Namun, Tania belum 100% yakin dengan dugaannya, dia tahu mantan manajernya orang baik. Perempuan ini tidak peduli, sama seperti ketika dia minta maaf pada Hendra atas kemungkinan riuhnya sidang perceraian.  Mahendra meneguhkan diri dia tidak peduli, yang terpenting orang-orangnya sudah memastikan materi persidangan dan jalannya tiap agenda di dalam ruangan sidang yang di pastikan tertutup rapat dari khalayak umum.      

Kalimat ini mendorong gerak langkah pengamanan orang-orang Djoyodiningrat. Mereka mempersiapkan sekelompok bodyguard termasuk menutup setiap celah ruang sidang. Yang lebih ekstrem lagi ialah cara mereka menutup angin-angin ruangan dan memasang peredam di celah jendela yang rencananya tak dibiarkan terbuka. Seteliti itu orang-orang Hendra bekerja menjalankan perintah tuannya.      

Semua itu sebagai bentuk menghargai tiap-tiap orang yang berkenan bersaksi, termasuk Tania.     

Saksi yang di datangkan Mahendra bukan sekedar Tania, Diana dan juniornya atau Ajudannya. Hendra beberapa hari lalu di datangi bagian dari keluarga Lesmana, dengan sepenuh hati ingin membantu keutuhan rumah tangga dua anak manusia yang pernikahannya salah sejak awal.      

Hendra tersekat lama dalam perenungan setelah menerima tamu istimewa yang mencengangkan.       

Mungkin 'kah dia akan berhasil mempertahankan pernikahannya bersama putri Lesmana? Dia tak mau membuat kesimpulan, yang dia tahu istrinya kini perlahan menginginkan kebahagiaan atas nama dirinya. Gadis itu berkenan melangkah bersama meskipun caranya masih konsisten tertangkap lugu dan standar. Di biarkan saja sebagai penghargaan. Yang terpenting mau-tak mau, suka-tak suka berbagai kesulitan ini sudah merubah se- per sekian dirinya dan Aruna.      

***     

Para ajudan sudah berjaga, menghalau dan mendorong banyak pasang mata yang menghasratkan adanya interaksi dengan CEO yang di gugat oleh istrinya.      

Si tampan berbalut setelan menjuntai menutupi dirinya dengan sempurna bahkan berkaca mata hitam serta bertopi senada dengan warna setelannya. Warna abu-abu kini menjadi pilihan Hendra, sebagai cara untuk melambangkan keseriusan, ke kestabilan, ketenangan, keteduhan bahkan memberikan kesan bertanggung jawab.      

Lelaki bermata biru memikirkan mendalam setiap detail hari ini. Itulah dirinya, yang selalu bersungguh-sungguh ketika menghadapi situasi lebih-lebih  mengharapkan kesempurnaan. Dia tak mau setengah-setengah. Walau secara raga pria ini sudah lelah, tiap malam menuju hari ini matanya kian enggan untuk diajak menutup.      

Langkah kaki laki-laki ini berbeda dari langkah sidang pertama maupun kedua ketika mendatangi ruang komplikatif yang ada di depannya. Bukan karena dia yakin akan berhasil hanya saja dia percaya istrinya secara tidak langsung meneguhkan hati rapuh di dalam sana.      

Cara Aruna sangat unik dan cenderung aneh, tapi gadis itu telah mampu membuatnya tak lagi menoleh. Atau bergeming menghadapi celoteh pedas agar dia berkenan terhenti untuk menanggapi.      

.     

Tak lama setelah Mahendra memasuki ruangan tertutup. Suara riuh terdengar di luar sana. Tania datang, di kawal dan di lindungi dari desakan para pencari berita.      

Jangan tanya bagaimana dia, perempuan ini sudah menemukan kepercayaan dirinya. Setelah menuruni mobil putihnya yang menawan, dengan enteng tangannya melambai-lambai menyapa banyak kamera yang menghujankan Blitz tanpa jeda.      

Tania tersenyum cerah, secerah setelan celana panjang dan baju berlapis blazer full putih dari atas ke bawah. Rambut hitamnya di biarkan terurai sempurna bersama kaca mata silver serta tas jinjing branded kesukaannya. Belum lagi sepatu hak tinggi atau jam yang melingkar di pergelangan tangan, sudah dapat di simpulkan semua berkelas sesuai aura bintang yang belum pudar. Tentu saja sebagian benda-benda itu adalah pemberian Mahendra dulu.      

Mahendra memang memanjakannya dengan benda-benda yang perempuan ini suka. Sebagai upah di ajak makan atau jalan-jalan setandar pertemanan yang sempat di salah artikan si perempuan.      

Itu sebabnya ketika bertemu Aruna, mata biru di buat terenyak berulang-ulang. Tania dan Aruna mirip bumi dan langit, jadi Mahendra seolah menemukan makhluk baru yang kelewat bikin penasaran berujung dengan rasa bingung yang membumbung jadi jatuh hati.      

***     

Hal pertama yang membuat suasana menenggang bahkan sebelum para jaksa berada pada tempatnya, termasuk gadis mungil yang masih santer di kabarkan hilang terculik suaminya sendiri ialah bergantinya kausa hukum yang di siapkan Anantha.      

Pria yang tersenyum dengan gerak gerik tenang tersebut nyatanya adalah kuasa hukum yang cenderung dominan, bagaimana tidak? Buku-bukunya saja sudah berderet pada perpustakaan fakultas hukum berbagai universitas.     

Dia saingan yang layak untuk pengacara Mahendra.      

Aura permusuhan kedua pengacara tertangkap nyata, mereka bahkan sudah bersaing jauh-jauh hari sebelum persidangan perceraian sepasang suami istri ini.      

Begitulah mata mereka tertangkap saling melempar pandangan dengan kesan penghormatan janggal. Dan pandangan itu seraya berubah arah ketika para hakim satu persatu menduduki kursi mereka.      

Hakim ketua membuka sidang dengan kalimat meminta perhatian: "Sidang pengadilan negeri Jakarta yang memeriksa perkara perceraian nomor xxx atas nama tergugat Mahendra Hadyan Djoyodiningrat pada hari Rabu tanggal 1 Juli 2020 dinyatakan dibuka dan tertutup untuk umum", sambil mengetuk palu sebanyak 3x.     

.     

.     

.     

__________        

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/        

1. Lempar Power Stone terbaik ^^        

2. Gift, beri aku banyak Semangat!        

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan        

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.