Ciuman Pertama Aruna

II-141. Gelas Terapung



II-141. Gelas Terapung

0Dentum suara musik yang di mainkan DJ menyusup pada masing-masing telinga kerumunan manusia, baik yang duduk menikmati minuman penghilang akal atau yang menari-nari lincah tanpa kendali layaknya kelompok orang yang sedang melangsungkan pemujaan kepada laki-laki di atas panggung, pengendali seperangkat peralatan rumit.      

      

Campuran laki-laki perempuan berdesakkan seolah tidak mau dan tidak rela ada celah yang di kosongkan. Mereka punya komando naluriah untuk menyusup satu sama lain.      

      

Aruna terdiam belum mau bergerak ketika Rey mencoba untuk menariknya. Sejujurnya dia sedang menamatkan pemahaman terhadap tempat yang baru di lihat. Oh' seperti ini ya? Begitu hatinya bicara, sebab selama ini gadis yang lahir dan tumbuh dalam lingkungan baik tak pernah dan tak punya bayangan akan datang ke tempat seseram ini.      

      

Begitu Aruna mendefinisikan suasana klub' malam setelah sekelebat adegan perempuan mabuk di peluk dan di dekap oleh dua pria sekaligus. Parahnya gadis itu tersenyum senang. Sudah dapat di tafsirkan, dia mungkin dalam pengaruh minuman yang di tenteng tangannya.      

      

Adegan sekelebat itu seolah tidak asing, dia pernah menontonnya melalui layar televisi. film hikmah siang hari favorit mbak Linda di kanal berlambangkan ikan terbang. "Hehe" Aruna tersenyum geli sendiri, menertawakan dirinya yang sok suci.      

      

Dia sama saja bukan? Datang bersama pria asing yang kabarnya sahabat terbaik kakak, padahal pria berdarah campuran Jepang itu ternyata tega memanfaatkan kakaknya dan dirinya.      

      

"Hai Ayo.." Rey meraih tangan Aruna, menuntun gadis yang masih tertegun melihat kehidupan baru. Mereka berdua berjalan membelah kerumunan manusia yang asyik menunjukkan dance paling ciamik versi mereka.      

      

Tiap beberapa langkah ada saja yang menyapa Rey dan otomatis menatap Aruna. Bukan cuma laki-laki, perempuan-perempuan dengan wajah memikat tak luput melempar pandangan lekat kepada Rey lalu menyapanya, sejalan kemudian mereka mengamati Aruna penuh kecurigaan.      

      

Agaknya Rey punya tempat tersendiri pada lingkungan ini. Kelihatan dari gerak-geriknya ketika menanggapi orang-orang yang menyapa. Rey tak begitu menghiraukan mereka akan tetapi mereka masih setia melempar senyuman.      

      

Tiba-tiba Rey berhenti sejenak, tangannya menepuk pria yang melompat-lompat seru dengan sekelompok orang. "Kutunggu kau di atas," demikian Rey berucap. Selanjutnya mendekap pinggang Aruna mirip Hendra kala ada laki-laki lain di sekitar Aruna.      

      

Pria yang mendapat tepukan bahu dari Rey lekas-lekas menoleh. Wajahnya tidak asing, dia laki-laki yang sama, yang pernah di perkenalkan Rey pada kunjungan ke rumahnya, akan tetapi adik Anantha lupa.      

      

"Dia Oliver atau Nakula?" bisik Aruna lirih.      

"Oliver,"      

      

Oliver masih menatap ternganga terhadap keberhasilan Rey bahkan sempat menyisihkan tangan perempuannya yang menyentuh lengannya. Buru-buru meraih handphone dan menyusul Rey dan Aruna yang tertangkap menaiki tangga, dia perlu memastikan sejauh mana Rey menguasai mantan istri Mahendra.      

.      

[Nakula, di mana kau?] Oliver buru-buru membuat panggilan kepada putra Christian. Anak Tarantula yang juga ikut dalam pertaruhan.      

[Aku menuju klub' Heru] demikian suara Nakula seiring ucapannya meminta sopir pribadi memacu mobil lebih cepat.      

[Kau sudah tahu Rey membawa siapa?]      

[Tentu saja! Orangku ada di sana]      

      

***      

"Ke mana dia?" Hendra lagi-lagi memperhatikan jam yang melingkar pada pergelangan tangannya, tak lagi mendekap mesra buket bunga yang dia bawa. Apalagi kadonya, kotak berwarna merah indah sudah di biarkan tersungkur sebab hatinya kesal menunggu. Satu jam terlewati, gadis menyesakkan dada belum menunjukkan tanda-tanda mengangkat handpohne-nya.      

      

Dia mencoba meredam diri mengamati pelataran rumah yang aslinya atap otlet Surat Ajaib.      

      

_Tunggu apa itu??_ lagi-lagi pria ini dibuat mengerutkan keningnya tatkala rasa penasaran menuntunnya mendekati lingkaran besar berwarna hitam. Bak berisi air memperlihatkan gelembung kecil bergerak-gerak dari dalam.      

      

Pengamatan Hendra kian serius ketika menyadari tepian bak tersebut di hiasi gelas-gelas sisa cup air mineral terapung. Penasaran, pria ini merunduk mengangkat gelas bening. Tumbuhan apa yang di tumbuh-kan Aruna dengan sistem Hidroponik.      

      

"Ah'," pada gerakannya mengangkat gelas terapung ada ikan melompat. Mata biru tersungkur dilantai saking terkejutnya. Setelah di amati sekali lagi, cucu Wiryo tak bisa menahan tawa keheranannya. Daun-daun yang menghijau dalam gelap malam ini adalah kangkung. Sedangkan ikan melompat tadi ialah bibit ikan lele yang mulai membesar.      

      

"Dasar gila!" gerutu Hendra menyadari istrinya terlalu kreatif dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ini adalah cara paling sederhana meningkatkan indeks kesejahteraan.      

      

Pasti dia mempelajari metode pemberdayaan ekonomi semacam ini pada kelas empowering yang sering di ikuti para volunteer. Istrinya volunteer sejati, membawa dan menerapkan segala jenis yang dia pelajari pada dunia relawan ke dalam kehidupan pribadinya.      

      

Hendra pernah membaca cara bercocok tanam sederhana ini diterapkan untuk membangun ketahanan pangan paling dasar.      

      

Ketika lelaki permata biru ini berdiri, senyumnya kian mengembang bahkan beberapa kali tawanya tak bisa di kendalikan.      

      

"Ya Tuhan.." Hendra belum pernah sungguh-sungguh menamatkan pelataran rumah ini. Kecuali malam ini, difungsikan handphonenya sebagai senter. Mengamati lebih dekat tumbuhan apa saja yang sudah ditanam istrinya. Cabe rawit, bawang merah, tomat, sawi sampai paprika ada.      

      

Hendra mengelus dadanya apakah Aruna lupa dia istri siapa? Atau-kah anak ini memang seajaib perkiraannya? Aruna terlalu sulit di mengerti. Namun, semakin kesini semakin dia menggetarkan hati. Bersama cara hidupnya yang kadang-kadang di luar kebiasaan orang pada umumnya.      

      

"Tunggu! Ke mana dia??" keluh cucu Wiryo tak tahan menanggung rindu.      

      

***      

      

"Ayo masuk! Jangan takut!" Rey meyakinkan gadis ragu-ragu.      

      

"kita cepat pulang kan? Sesuai janjimu?" tanya Aruna.      

      

"Ini cara agar kau paham lingkaran setan yang aku maksudkan, dan pastikan berada di dekatku! Hanya percaya padaku!" Pria ini mendorong keberanian Aruna dengan membujuknya. "Sejahat-jahatnya aku, aku masih ingat kebaikan kakakmu, kau paham maksudku kan?"      

      

Gadis ini menekuk mulutnya, dia cemberut dan kian menggemaskan, demikian sudut pandang Rey merangkai hasrat terpendamnya.      

      

Ruangan temaram merah dilengkapi peredam, siapa yang tidak takut masuk ke dalam. Aruna yang tidak mengenali siapa-siapa memegangi baju Rey ketika gadis ini di minta duduk pada sofa mewah yang memiliki warna senada. Di depan Aruna dan beberapa orang yang kini menatapnya terdapat meja kaca lengkap dengan vodca, minuman beralkohol yang sejujurnya terlalu asing untuk Aruna.      

      

Tiga puluh menit sudah dia berada di dalam ruangan tersebut. Mendengarkan Rey bercuap-cuap dengan kolega atau entah siapa, yang pasti Rey memperkenalkan nama Oliver, Nakula, Heru dan Intan. Seorang perempuan dengan pakaian mewah yang kekurangan bahan. Selain empat orang tersebut ada beberapa manusia bertubuh kekar duduk pada sisi lain. Bahasa tubuhnya awas mirip para pengawal Mahendra.      

      

Lama kelaman adik Anantha mulai mengantuk, dia lelah, sejak siang belum benar-benar mengisi perutnya. Terlebih saat ini tenggorokannya perlahan mengering. Aruna sudah menahan diri tak menyentuh apa pun dan tak meminta apa pun. Dia makin terganggu tatkala mata Oliver serta Nakula selalu memperhatikan dirinya. Sesuai dengan prediksi yang Rey paparkan.      

      

"Rey.. Aku haus, bau rokokmu membuatku pusing. Tolong matikan itu.. Carikan aku minum," pinta adik Anantha, berbisik lambat seperti kekurangan tenaga.      

      

      

      

      

      

      

      

      

.      

.      

__________        

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/        

1. Lempar Power Stone terbaik ^^        

2. Gift, beri aku banyak Semangat!        

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan        

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.