Ciuman Pertama Aruna

II-153. Hipovolemia



II-153. Hipovolemia

0Dan pria yang merindukan istrinya, perlahan membuka pintu Bentley. Berdiri menghadapi lelaki lain yang di pilih istrinya untuk bersembunyi.      

"Kenapa kamu masih di sini?"      

"Aku hanya ingin melihatnya, sejenak,"      

"Masuklah," Damar menawarkan.     

Jantung Hendra berdetak cepat, percaya-tak percaya mata biru mendesahkan nafas lega.      

"Dia sudah tidur," Kata Damar, "Aku memberikan kesempatan karena Aruna sudah terlelap,"      

Hendra tidak begitu mendengarkan kalimat lelaki yang menuntunnya memasuki rumah tempat sang istri bermalam. Lelaki bermata biru sudah menamatkan berbagai pemahaman. Tadi sambil membaca buku kecil Aruna, dia mencukupi dirinya untuk bersabar dalam tenang, 'Aruna pasti punya alasan'. Demikian dirinya menyirami organ terbakar yang terletak dalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma.      

"Kau tak ingin bertanya kenapa aku memberikan kesempatan ketika dia  terlelap?" tanya Damar menamatkan sikap langkah Mahendra yang jauh berbeda dari yang dulu pernah terjadi.      

Hendra menggeleng, mengejutkan pemuda Padang.      

Damar tak tahu Hendra sudah merangkai konklusi ampuh untuk menstabilkan emosinya. Andai Aruna mau ditemui dia pasti sudah menghubungi dirinya. Kalau ternyata memutuskan belum ingin bertemu, sudah barang tentu Aruna punya alasan tersendiri.     

Bagi Mahendra mendapati gadisnya berada dalam lindungan Damar berkali-kali lipat lebih menenangkan dari pada Gadis itu dalam dekapan musuh bebuyutan keluarganya, Tarantula.      

Yang Mahendra lupa menanyakan ialah bagaimana bisa istrinya berada di rumah Damar. Agaknya Mata biru terlalu bahagia punya kesempatan menemui istrinya. Menaiki tangga kayu yang di biarkan menampakkan semburat asli ruas-ruasnya, nyentrik khas Damar.      

Baru saja sampai di lantai dua, langkah Mahendra tertangkap lebih cepat dibandingkan Damar. Dia buru-buru mendekati tubuh perempuan yang memeluk gulingnya, nyaman.      

Rambut kecil-kecil tipis, halus, tersikap lambat. Gerakan perlahannya seperti irama musik sendu yang sedang melantunkan penderitaan seorang perindu. Andai Damar tahu betapa kuatnya upaya Mahendra menahan mata agar tak berkaca-kaca, mungkin pemuda itu akan ikut kalut di bersamanya.      

Entah, kini cucu Wiryo ter-sabda sebagai apa? Bukankah dulu dia kasar, arogan, dominan dan  suka menganalogikan dirinya pemangsa yang akan mencengkeram erat mangsanya. Agaknya yang terjadi saat ini lebih mirip merpati yang terpisah lama dari pasangannya lalu di beri kesempatan bersua. Hendra sangat bahagia hingga hatinya menghangat seketika.      

Kini sang suami mengecup ringan pelipis perempuan yang bau badannya sungguh menjalarkan gejolak ingin menghujani pelukan. Tapi apa daya, Hendra harus menjaga ritme sentuhannya agar tidak membangunkan Aruna.      

Pada gerakan menyentuh telak tangan lalu memberi kecupan pada kumpulan ujung jari, dia menemukan sesuatu yang janggal. Mata itu menerawang tubuh terbaring setelah mendapati bekas jarum menusuk tangan istrinya.      

"Apa dia sakit?" kala kalimat tanya ini meluncur sesungguhnya Damar sudah beranjak meninggalkan tempatnya. Sebesar apa pun rasa ikhlasnya pria jatuh cinta pada perempuan yang sama, tetap akan tersiksa ketika mendapati juara pertama menunjukkan kesungguhan hatinya.      

Terpaksa si Padang kembali ke tempat semula, "Dokter bilang dia dehidrasi, tekanan darah rendah atau apa lah.. entah.. aku lupa.," Damar melengkapi penjelasannya dengan mengarahkan jari telunjuk pada tiang infus di sudut ruangan.      

"Hipovolemia[1], dulu karena kelalaianku Aruna mengalami syok Hipovolemia, seseorang yang pernah mengalami Hipovolemia terutama karena dehidrasi akut sangat dianjurkan menjaga konsumsi cairan dan mengatur asupan nutrisi yang masuk ke tubuh," Hendra buru-buru memeriksa suhu tubuh istrinya.      

Di sisi lain Damar menyibakkan rambutnya. Dia belum tentu bisa menyiapkan makanan yang layak apalagi aturan nutrisi, terlalu rumit bagi pria ini untuk dipahami. Makan dengan benar tiga kali dalam sehari saja tergolong kebiasaan luar biasa. Ah' besok mungkin dia akan memesan via online saja.      

"Sebenarnya, dia butuh dokter. Kita tak tahu cara pasang infus. Itu sebabnya aku sempat berniat keluar rumah," jelas Damar.       

"Mulai besok dokterku akan datang,"     

"satu lagi, kaki Aruna," mendengar kalimat Damar, Hendra buru-buru memeriksanya.     

"Sejak dia datang kakinya mulai membengkak. Mungkin terkilir, dokter menyarankan untuk di bawa ke rumah sakit. Sayangnya, Aruna kurang setuju, dia belum mau keluar," Damar tidak tahu bahwa Aruna merasa dirinya berada pada posisi tidak aman.       

Gadis yang dibicarakan sempat menggeliat, dan segera mendapatkan puk-puk ringan dari Mahendra. Gadis ini tampaknya terganggu oleh suara yang ditimbulkan dari obrolan kedua lelaki.     

"Okey, aku siapkan sekalian," Singkat Hendra. Damar menggerakkan tangannya, bahasa tubuh yang mengusung makna dia akan turun terlebih dahulu.      

Dalam posisinya yang tidak mungkin lagi berlama-lama, Hendra sempat menyentuhkan bibirnya di bibir sang istri lalu berbisik, "love you honey,"     

_Maafkan aku, membuatmu dalam kondisi yang sulit_ getar Mahendra dari hati. Dia masih menyalahkan dirinya sendiri. Karena kemalangan Aruna berkaitan dengan Tarantula. Sayang sekali pria ini tidak mengerti, kedatangan Rey buah kepayahan Anantha bukan sekedar Djoyodiningrat.       

Beberapa kali mata biru kembali menatap istrinya sebelum benar-benar meninggalkan ruangan.      

.     

"Aku titip istriku," mulut Mahendra sangat berat sesungguhnya, seberat hatinya membiarkan Aruna tidur di rumah pemuda yang dulu rasa-rasanya ingin di habisi.      

"Kenapa kau?" Damar seolah memahami kegelisahan si bule, "Kau takut dia akan terpikat padaku lagi,"     

Hendra menatapnya, lalu secara mengejutkan pria ber-lesung pipi ini memamerkan senyum manisnya. Janggal sekali. Sampai alis tebal Damar turut menyatu.       

"Aku percaya pada istriku," katanya sambil malu-malu. Sungguh Aneh, Damar merinding sendiri.      

Si Padang tidak tahu, manusia perpaduan Jawa- England itu mengingat kemenangannya. Dia sudah tidur yang 'sebenar-benarnya' dengan Aruna, tidur antar laki-laki dan perempuan Dewasa. Asyik sekali menyadari ini.     

Menyadari perempuan yang dulu berada di tengah-tengah pria pada jarak yang sama. Akhirnya membuat pilihan, memilih CEO gila bukan Pujangga yang padai meramu kata.      

"Pergilah ekspresimu membuatku ngeri," Sebagai sesama lelaki Damar muak melihat ini.      

"Terima kasih," kata Hendra.      

"Tak perlu, Aruna sahabatku,"      

"Aku berterima kasih bukan karena itu,"      

"Maksudmu??"      

"Aku berterima kasih karena kau sudah jadi orang ketiga yang luar biasa," Mahendra menepuk bahu Danu Umar.      

"Sial!" umpatan pemuda ini dari relung hati terdalam.      

***     

"Ayah, kita harus mendatangi Hendra!! Aku yakin Aruna di sembunyikan dia dan orang-orangnya!" Anantha malam-malam membuat keributan di rumah ayahnya dengan membawa bola api kemarahan berkobar-kobar.      

Keributan itu membangunkan perempuan hamil yang kini lebih banyak tinggal di rumah orang tuanya.      

"Tenanglah kak, kita bahas ini besok, ayo istirahat. Aku yakin kakak.." kalimat Aliana di potong Anantha.      

"Kalian bisa istirahat?? Aruna sedang hilang!" Kalimat Anantha membuahkan lirikan mata antara ayah Lesmana dan putrinya.      

"Bukankah yang membawa Aruna adalah teman dekatmu? Apa kakak tidak tahu?" Alia menyudutkan Anantha.      

"Dia sudah mengaku padaku, Aruna di ambil seseorang ketika bersamanya."     

"Bukan berarti itu Hendra -kan?" Alia kembali mempertanyakan sudut pandang kakaknya.      

"Aku yakin itu dia,"      

"Terserah kau saja," Alia dan Lesmana meninggalkan pria keras kepala yang mulai kalut dengan pendiriannya.      

[1] Hipovolemia adalah kondisi ketika jumlah darah dan cairan di dalam tubuh berkurang secara drastis. Kondisi ini menyebabkan jumlah oksigen dalam tubuh berkurang dan membuat fungsi organ terganggu. Jika tidak segera ditangani, hipovolemia dapat berakibat fatal.     

Dalam kasus Aruna penyebab utamanya kekurangan asupan cairan atau dehidrasi akut.     

.      

__________        

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/        

1. Lempar Power Stone terbaik ^^        

2. Gift, beri aku banyak Semangat!        

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan        

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D      

__________     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.