Ciuman Pertama Aruna

II-159. Silat Lidah



II-159. Silat Lidah

0Hakim ketua membuka sidang dengan kalimat meminta perhatian: "Sidang pengadilan negeri Jakarta yang memeriksa perkara perceraian nomor xxx atas nama tergugat Mahendra Hadyan Djoyodiningrat pada hari Rabu tanggal 1 Juli 2020 dinyatakan dibuka dan tertutup untuk umum", sambil mengetuk palu sebanyak 3x.     

Baru saja sidang di buka, seorang kuasa hukum yang di usung Anantha langsung mengurai alasan kenapa kliennya tidak datang. Fernando Caligis melempar tuduhan yang sudah di terka sebagian besar tim Mahendra. Dia menuduh pihak tergugat menculik penggugat, anehnya para hakim seolah ikut terbuai dengan penjelasan Fernando. Lebih mengejutkan lagi pria ini mendapatkan potongan video Aruna yang di bawa lari lelaki ber-outfit hitam legam dari ujung kepala hingga kaki. Mereka menduga seseorang dalam potongan video tersebut adalah orang Mahendra.      

Rendy Nasution menyeringai dalam diamnya yang terlihat lebih serius dari pada tergugat itu sendiri. Mungkin kedua kuasa Hukum ini ada dendam pribadi, entah-lah yang pasti potongan video yang di putar tak membuat pihak Mahendra gentar. Hendra dan timnya punya video yang lebih lengkap di bandingkan milik Anantha.      

Pertanyaan mendasar yang di simpan dalam benak cucu Wiryo ialah 'dari mana Anantha mendapatkan bukti rekaman sisi tv klub Heru. Ini sangat tak lucu ketika direnungi, Anantha tampaknya masih terbuai oleh Rey. Padahal jelas-jelas Rey membawa adiknya ke tempat yang bukan seharusnya.      

"Jika aku benar-benar mengambil Aruna? Apakah aku salah?" kalimat yang meluncur tiba-tiba dari mulut pewaris tunggal Djoyodiningrat cukup mengejutkan. Dia seolah membenarkan tuduhan atau sedang menantang argumentasi Fernando Caligis beserta Anantha.      

"Tantu saja kau menyekap adikku," seperti Hendra yang bicara secara tiba-tiba, Anantha pun ikut bicara tanpa aba-aba.      

Sang Hakim meminta yang lain tenang sebab mulai timbul kegaduhan. Kegaduhan yang muncul dari kekecewaan terhadap ungkapan Anantha.      

"Boleh Anda membuat pembelaan, tapi tolong sesuai prosedur," demikian Hakim ke tua menegur dan mempersilahkan Mahendra. Karena kini saatnya sang tergugat membuat pembelaan setelah rentetan tuduhan Fernando Caligis di layangkan ke pada Mahendra.     

"Seandainya benar aku yang mengambil istriku, salah 'kah aku?" pria ini menatap Anantha dengan enteng, amat berbeda di bandingkan raut muka putra sulung Lesmana. Dia tampak geram bukan main, "coba Anda bayangkan," Hendra menyampaikan pernyataan non formal kepada para hakim di hadapannya karena normalnya kalimat yang harus dia gunakan 'coba yang mulai bayangkan', "Siapa yang tak khawatir ketika istrinya di bawa teman kakaknya ke klub malam? Terlebih dia gadis polos, siapa pun yang mengenal istriku pasti sudah paham seperti apa dirinya," sesaat kemudian arah pandangan Hendra berpindah kepada seseorang yang sedang berang, "Bukan begitu kak?" pertanyaan menohok, atau sebuah sarkasme kasar di gulirkan Mahendra.     

"Jika yang mulia melihat video yang di jadikan bukti oleh penggugat, yang mulia tidak bisa mengelak bahwa tempat tersebut sebuah klub malam. Masalahnya, bukan klien saya yang membawa nona Aruna," berikutnya yang berdebat hebat menggunakan bahasa formal bersenjatakan aneka pengetahuan pasal-pasal dari undang-undang negara ialah Fernando Caligis versus Rendy Nasution.      

Silat lidah mereka cukup meresahkan para hakim, keduanya mengusung hipotesis-hipotesis yang sejujurnya masih tahapan praduga tanpa pembuktian. Sebab Hendra sendiri tidak menunjukkan keberadaan Aruna kepada kuasa Hukumnya. Lelaki bermata biru ini membiarkan semuanya terkesan natural sesuai keinginan gadis sialan yang dia cintai secara mendalam. Ke-egoisan Aruna untuk pertama kalinya perlu di rayakan dengan dukungan optimal.     

Hingga pada suatu titik sang hakim mengetok palunya keras berulang. Debat kedua pengacara kian menajam. Sampai-sampai hakim ketua memutuskan akan menunggu hasil penyidikan kepolisian terkait ini.      

Sebab segalanya masih abu-abu. Hilangnya Aruna seperti kasus tumpang tindih yang memperkeruh keadaan.      

Sedangkan di luar sana setelah mendapat kode dari kak Alia, ibu hamil yang bekerja sama mendukung keegoisan Adiknya.     

Aruna menuruni mobil, dibantu Dea dan Damar. Kaki Gadis ini mulai reda, bengkak pada pergelangan dekat mata kakinya terlihat berkurang. Sayangnya tak lucu jika datang ke ruang sidang sambil terpincang ria.      

Aruna menyisihkan tangan Damar yang sempat berupaya memegangi kedua pegangan kursi rodanya. Dia tidak mau pemuda itu yang mendorongnya. Mengingat kini dirinya beserta Damar bahkan Dea di serbu sekelompok orang secara tiba-tiba.      

Dea saja yang mendorongnya, sebab wajah mereka yang datang sambil memberondong pertanyaan dapat di terka ketertarikannya cenderung pada Danu Umar. Mayoritas mereka mempertanyakan kenapa Damar berada di tempat ini bersama istri yang menggugat sang CEO Djoyo Makmur Group.      

Ketiganya terbungkam, Damar terdiam, merasa tidak ada urusan dengan para pencari berita. Sayangnya mereka mulai membuat berbagai kesimpulan, melebar ke mana-mana sesuka hatinya.      

"Jadi di bandara Juanda Surabaya, beneran anda dan istri CEO Hendra?"      

"Wah kalau gitu benar dong yang tertangkap di salah satu mall kota Surabaya juga kalian berdua?"      

"Saya malah tertangkap mengisi seminar TEDx Surabaya bareng Aruna," Damar bercelatuk santai  sambil berjalan mengikuti arah roda kursi penopang Aruna. Kini mereka mampu bergerak setelah para pengawal Hendra menerjang kerumunan untuk membantu ke tiganya.      

Tepat ketika pintu ruang sidang di buka dan Aruna bersama dua orang temannya menapaki lorong di antara kursi-kursi hadirin yang menonton jalannya persidangan. Suasana seolah terbungkam secara tiba-tiba.      

Para kuasa hukum yang berdebat hebat langsung berdiri seketika menyadari teori-teori mereka terbaca sekedar bualan semata. Yang lebih ternganga ialah kak Anantha, kakak laki-laki Aruna memandang gerak langkah perputaran roda yang menopang adiknya dengan lamat-lamat.      

Ekspresi Anantha tertangkap mengusung makna, 'Jadi selama ini ke mana Aruna pergi?' putra sulung Lesmana bertanya-tanya kepada dirinya, 'Apakah ini artinya Aruna tidak dibawa Hendra?' Anantha mengerjapkan mata, masih belum percaya dengan apa yang dia lihat.     

'Apakah ini artinya, bahwa sang adik sengaja menghilang?' 'Apakah ini sesuai kehendak Aruna sendiri? Jadi selama ini aku membuat tuduhan salah? Apa yang dipikirkan Aruna? Kenapa dia memilih menghilang sementara?'     

Dan sang kakak mulai mempertanyakan kira-kira Apa isi hati Aruna. 'Mungkin 'kah adiknya menghilang karena kecewa dengan dirinya? Atau jangan-jangan Rey berbuat buruk padanya?'     

Anantha luruh dan terduduk lemas. 'Aruna. Apa yang kamu pikirkan?' Demikian kalimat itu mulai membuatnya tersekat hebat.     

Di sisi lain ada seorang pria yang tampaknya enggan melepas pandangan mata, sebenarnya banyak pasang mata di sini yang melakukan hal serupa. Termasuk sang Ayah yang baru saja disapa Aruna, atau kak Alia yang mendapat senyuman dari Aruna. Bahkan Anantha menerima ucapan "kak maafkan aku," dari gadis ini.      

Akan tetapi pandangan mata itu yang paling kentara. Hendra tak mau melepas mata birunya, dia mengunci Aruna di dalam bola matanya sampai gadis itu duduk sejajar dengannya sebagai seorang penggugat.     

hakim buru-buru mempertanyakan ke mana perginya gadis yang barusan diperdebatkan hebat.      

"mohon maaf, saya sengaja pergi untuk menenangkan diri," kalimat ini mengguncang tiap hati manusia yang hadir di dalam ruang sidang.      

.     

.     

.     

__________        

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/        

1. Lempar Power Stone terbaik ^^        

2. Gift, beri aku banyak Semangat!        

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan        

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.