Ciuman Pertama Aruna

III-9. Memejam



III-9. Memejam

0"Please.. jangan lama-lama,"     

"Tenang -lah.. aku yang bekerja.. kamu nikmati saja,"     

***     

Seorang pengawal mendekati teman yang dulu pernah seprofesi dengannya, pria bernama Hery mencoba menyapa dengan menepuk pundak pemuda ini.     

"Hai," Hery perlu mendapatkan pemuda ini, dia sudah cukup lama di cari-cari tuan muda, apalagi semenjak tragedi menghilangnya nona Aruna yang kabarnya dia -lah sang penyelamat.     

"Oh' Hai... Herry??" pemuda ini tampak terkejut bukan main. Ekspresi terkejutnya terlihat jelas dari caranya mundur yang kemudian berusaha tetap menjaga kontrol agar terkesan tak keberatan dengan perjumpaan ini.     

Sayangnya Herry tak tahu dalam obrolan sederhana mereka, pemuda yang di kenal sebagai nama Juan ini mengirim pesan pada perempuan yang tadi jalan beriringan dengannya.     

[Syakila, aku ada urusan penting. Lebih tepatnya segera pergi dari sini diam-diam]     

[Apa kita ketahuan?]     

[Tidak, sayangnya lebih dari itu, aku menghadapi situasi rumit]     

[Ya, hati-hati] Syakila tak akan banyak bertanya dia perlahan-lahan pergi menjauh dari kekasih tersembunyinya. Syakila calon istri sang kakak dari pria yang kini jalan bersamanya. Jadi bisa di bayangkan bagaimana mereka menjalani hubungan terlarang ini. Jalan-jalan sederhana mereka seharusnya tak layak di lakukan.     

.     

"Tuan Hendra mencarimu, ke mana dirimu selama ini," ini suara Herry, dia berbicara santai namun gerak tubuhnya bersiap andai pria di hadapannya berkelit untuk pergi.     

"Aku sudah mengundurkan diri sebagai pengawal pribadi, jadi buat apa di cari," sedangkan lawan bicara Herry sedang memicingkan mata, mencari celah di balik percakapan ringan mereka.     

"Setahuku kau menghilang tiba-tiba, bukan mengundurkan diri,"     

"Aku berpamitan pada tetua, bukankah pengunduran diriku sangat luar biasa langsung menghadap tetua," Sejak kedatangannya hampir semua pengawal tahu Juan punya tempat yang agak unik pada lingkaran Ajudan.     

Pada gerak perlahan pemuda melepas Sling bag-nya, Juan mencoba mencari sudut yang paling mungkin untuk mengelabuhi Herry.     

Dia melempar spontan Sling bag tepat di muka Herry dan tentu saja otomatis si pria atletis ini kelabakan. Bag itu di tarik kembali dengan tangkas kemudian pemiliknya lekas-lekas berlari. Pemandangan dua orang berkejaran tak dapat terelakkan, Herry dan para ajudan punya agenda untuk mencari tahu ke mana perginya pengawal pribadi yang dulu jadi kesayangan nona Aruna.     

Kabarnya dia -lah yang juga berjasa menyelamatkan nona Aruna, sayang keberadaannya belum terlacak. Sampai hari ini Herry merasa dia akan mendapatkan buronan misterius bernama Juan.     

"Bak! Buk!" ini kaki Juan yang berupaya membuat tendangan pada Herry, sayangnya dia lupa siapa pria yang jadi lawannya, mantan pegulat ini mudah sekali membalasnya dengan tonjokan yang sempat membuat Juan kelimpungan. Sekali di tonjok seolah Herry telah membuatnya hampir kehilangan kesadaran seketika.     

"Apa yang kau inginkan," Juan mencoba berdiri kembali setelah pukulan kasar mendarat pada wajahnya.     

"Sederhana, ikutlah aku untuk menemui tuan muda. Tuan kita hanya ingin tahu keberadaanmu,"     

"Oh' cuma itu," Juan menegakkan kakinya. Berjalan mengiringi langkah Herry yang berkonsentrasi penuh mengawasinya, tepat satu langkah di belakang si tawanan.     

Berulang kali dia mencoba melewati jalanan yang ramai, dan berulang kali pulang Herry menarik mengamankan tawanannya. Sampai di keramaian yang tak terelakkan, Juan memanfaatkan itu dengan sempurna. Dia menyelinap, lebih tepatnya tangan Herry tak siap untuk meraih ke dalam kunci-an kala pemuda ini memanfaatkan lalu lalang orang yang berdesakan untuk berburu discont.     

"Juan berhenti kau," teriak Herry sebelum keduanya berlarian di antara kesibukan pengunjung Mall menuruni lift menuju lantai dasar.     

Dugaan Herry tak meleset ketika pemuda atas nama Juan telah sampai pada lantai yang menawarkan pintu utama. Juan berlari menuju lobi Mall dan tanpa di duga sebuah mobil di dikemudikan perempuan terparkir sempurna di depan pintu Mall. Perempuan itu lekas membuka pintu untuk si pemilik gummy smile. Sebelum akhirnya, Juan tersenyum dan melambaikan tangan kepada Herry.     

"Hais'," Herry merasa bodoh telah dikelabuhi.     

***     

"Ach.. bodohnya aku..," lelaki bermata biru sudah menggoyang berulang tubuh perempuan. Sayangnya tidak ada jawaban. Goyangan itu di ulang untuk ke sekian kalinya, masih belum ada tanda-tanda dia akan membuka mata.     

Didekapnya tubuh itu kuat-kuat. Dalam gerakan lambat dan berjuang dalam ketakutan, pria ini mengutuki dirinya sendiri yang terlalu bersemangat. Padahal si perempuan sudah memberi peringatan bahwa dia lelah, "Maaf -kan aku.. Aruna.. bangunlah,"     

***     

[Dua malam dia tidak pulang, menyelesaikan tugas kantornya dari jarak jauh. Ke mana Hendra!?] Panggilan dengan nada marah di lontarkan Nana pada seseorang di ujung sana. Di bawah tanah Djoyo Rizt Hotel.     

[Aku tidak berhak mencari tahu, itu hak dia]     

[Kau bilang, kau akan selalu membantuku!]     

[Aku membantumu karena kamu kakak Leona, bukan berarti aku harus menuruti semua permintaanmu!]     

[Aku janji akan membujuk Leona pulang ke Indonesia, aku yakin dia akan mempertimbangkannya jika aku yang memintanya]     

[Kau sudah mengatakan itu, tapi belum juga ada hasilnya. Sudah -lah jangan ganggu aku, keputusanku menuruti kegilaanmu yang kemarin (mencuri gambar kesaksian Tania dan Damar) itu sudah lebih dari cukup, kubiarkan diriku menjalankan kebodohan paling fatal!] pria di ujung sana mematikan panggilan dan melempar Handphone, gerakkan spontanitasnya mengusap wajah dengan kedua telapak tangan adalah bagian dari ekspresi kekecewaan terhadap dirinya sendiri.     

Pria ini mulai ketar-ketir terkait di berhentikannya pencarian kebocoran penjagaan ruang sidang perceraian pewaris tunggal Djoyodiningrat, dan seolah-olah tidak lagi di bahas.     

Hal ini membuatnya kian tertekan. Ada dua kemungkinan yang menghantuinya, pertama mungkin saja si tuan muda menakutkan sudah tahu pelakunya, alias dirinya sendiri dan dengan sengaja di biarkan. Kedua, bisa jadi sebenarnya masih berlanjut karena si pria ini terindikasi sebagai pelaku maka dia sengaja tidak di libatkan.     

Sang pria berdiri gelisah, memegangi kepala sedangkan tangan kirinya dia letakkan di pinggang. Berpikir dan terus memacu isi kepalanya, "apa yang harus aku lakukan supaya aku selamat?, Jelas, cepat atau lambat aku akan ketahuan dan tak mungkin terampuni. Atau aku perlu pergi ke negara tempat Leona tinggal?"     

***     

Tubuh di hadapannya masih memejam, padahal si perempuan sudah di bungkus rapi dengan baju hangat nan wangi.     

Hendra mengetuk-ngetukkan jemarinya, mulai tidak tahan berada dalam situasi ini.     

Padahal tadi perempuannya sempat membuka mata ketika diberi bantuan mengenakan pakaian. Namun, kenapa dia sekarang tidur lagi. Hendra berdiri lalu berjalan mondar-mandir. Resah gelisah bingung jadi satu tepat ketika dia duduk lalu mendekat membuat pengamatan.     

Ada gerakan mengejutkan, perempuan nakal mengecup pipinya dan berakhir dengan tawa cekikikan tak tahu diri, Mahendra ter bohongi dari tadi. Aruna telah bangun sejak di angkat dan di pakaikan baju. Mana ada orang pingsan berlama-lama.     

Gadis ini hanya merangkai penghukuman atas pria yang memperlakukan dirinya kebangetan.     

Dan si pria ter bodohi, kini melompat menangkap perempuannya yang masih berlarian di atas kasur. Sampai salah satu kakinya tertangkap, si dia masih saja mencoba membuat tendangan. Menendangi lelaki bermata biru yang mencoba mendekat untuk merengkuhnya.     

_Terima kasih Aruna, kau berkenan hadir dalam hidupku_     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.