Ciuman Pertama Aruna

III-160. Sepupu



III-160. Sepupu

0"Presdir,"     

"Jangan menggangguku! Please pergilah!" Hendra menggertak seseorang tanpa melihat siapa yang ia gertak, sebab lelaki yang memanggilnya duduk di belakang punggung Mahendra.     

"Juan.." Aruna yang risi mendapatkan sesapan leher di tempat umum, -walaupun lampu meredup sempurna, hanya menyisakan langit menghitam-. Begitu terkejut, membuka lebar-lebar matanya. Pemuda yang duduk di belakang Mahendra adalah seorang yang ingin dia temui. Juan belum sempat mendapatkan ucapan terima kasih darinya. Juan ialah seseorang yang menjadi malaikat penolong kala Rey membawanya malam itu. Seandainya tidak ada Juan, entah apa yang terjadi pada dirinya (Aruna).     

Hendra menoleh ke belakang, "Hai Bro," keduanya lekas bangkit bersalaman dan saling memeluk. Raut muka mereka hangat bersahabat, ber-kebalik-kan dengan lelaki yang sempat berdiri dengan ekspresi kurang jenak. Ajudan ini begitu berhati-hati terhadap kedatangan Juan.     

Ajudan yang tampak tak rela mengatupkan kedua belah pelapuk matanya tidak lain ialah Herry. Herry masih ingat betul bagaimana lelaki dengan Gumi smile tersebut melarikan diri ketika berusaha dia temui dua bulan lalu.     

"Hai, Herry," Juan menyadari dirinya diamati oleh Herry dengan yang cara berbeda, "Ayolah.. renggangkan ototmu," Juan menyajikan senyum khasnya.     

"Dengan siapa kamu kemari?" Juan selalu punya tempat spesial di hari Mahendra begitu juga di hati Aruna, " tak mungkin kamu menonton teater sendiri," suara Mahendra di buat rendah sebab tak ingin mengganggu pengunjung lain.     

Juan terlihat menolehkan wajahnya ke belakang, tangannya berayun memanggil seorang perempuan di kegelapan. Gadis kurus itu berjalan ringan mendekati Juan, gadis dengan mata lebar dan tubuh ramping tersebut lekas menangkap telapak tangan Juan ketika ia kian dekat dengan lelaki tersebut.     

Hendra berpindah posisi duduk, dia bergeser di belakang istrinya. Sehingga gadis kurus tersebut menyusup di antara Aruna dan Juan. Dia terlihat sopan, roknya yang tidak begitu panjang serta merta menggerakkan tangan Juan meraih bantal sofa untuk diletakkan di atas pahanya.     

"kekasihmu?" ujar Aruna menyapa.     

"Menurut anda?" Juan lagi-lagi menyajikan senyum khasnya.     

"aku Aruna," Aruna menyodorkan tangan.     

Dan lekas disambut oleh Syakila, nama Syakila diucapkan gadis kurus tersebut sebagai simbol perkenalan.     

Tidak ada ajudan lain yang seberani Juan. Bisa memperkenalkan kekasihnya, seolah tidak memiliki rasa canggung. Lebih parah lagi dia kadangkala menganggap dirinya setara dengan Mantan tuannya. Itulah yang membuat Juan tidak di sukai ajudan lain. Termasuk Herry yang saat ini mengamatinya secara teliti.     

"Apa kita pernah bertemu?" ini pertanyaan Mahendra.     

"Em.. entah," jawab Syakila.     

"Aku merasa kamu tidak asing," mata biru tampak berpikir.     

"Bagaimana denganku Presdir? Apa aku juga familier?" canda Juan.     

"bicara apa kamu," balas Hendra.     

"Aku, tidak tahu bagaimana cara membalas kebaikanmu," Aruna menatap Juan dipenuhi rasa terima kasih.     

"sudah jadi tugasku, walaupun aku bukan lagi ajudan nona, aku masih bisa jadi teman nona -kan'," mendengar kalimat Juan mata Aruna menyipit tanda perempuan itu tersenyum hangat.     

Tatapan mata ke empatnya sempat tersita oleh pertunjukan teater sebab pemeran di atas mimbar tengah berteriak lantang dengan musik mencekam tanda alur cerita yang di sajikan menuju klimaksnya.     

"Kenapa kau pergi begitu saja?" Monolog Hendra untuk Juan.     

"Siapa bilang saya tidak berpamitan. Saya pergi atas persetujuan tetua Wiryo, maaf tidak memberitahu anda," Juan menjawab Mahendra masih sambil mengamati rintihan pemeran protagonis di gedung teater.     

"Syakila, ingin sesuatu? Makan atau minum?" ini suara perempuan bermata coklat menyapa gadis yang duduk tegang.     

Syakila menggelengkan kepalanya. Lalu diam-diam mengamati Aruna ketika perempuan yang saat ini menyajikan penampilan fresh dengan berambut sebahunya tersebut kembali mengumbar tatapan pada seni teater di bawah sana.     

"Kenapa?" Aruna terkejut ketika mendapati dirinya ditatap lamat oleh Syakila, "ada sesuatu padaku?" Aruna memeriksa dirinya.     

"Ah, tidak," Syakila begitu malu sebab ketahuan, lalu gadis tersebut menundukkan wajahnya.     

"Bagaimana kalau kamu dan kekasihmu makan malam dengan kami Juan?" Pinta Aruna.     

"saya malah berencana akan kembali ke tempat duduk saya," maksud Juan pria ingin berpamitan.     

"Ayolah please..," Aruna begitu berharap, "Syakila, kamu mau, kan?" gadis kurus tersebut mendapat dekapan tangan bahkan pelukan penuh harap Aruna.     

"em.. saya," Syakila memegang telapak tangan Gesang (Juan). Tampaknya gadis ini kebingungan menolak permintaan perempuan bermata coklat yang sering di dengar kisahnya dari Gesang (Juan).     

Kisah tentang perempuan yang hidupnya tersiksa, terkurung di dalam rumah mewah. Laki-laki yang mengurungnya ialah suaminya sendiri. Suami yang terlihat luar biasa bagi Kebanyakan orang. Kenyataannya lelaki tersebut mengidap sindrom psikologis, sehingga dia merasa tidak percaya diri. Lelaki yang sering di sebut Gesang sebagai Lelaki paling menakutkan yang pernah dijumpai semalam hidupnya. beberapa kali berperilaku kelewat batas hingga perempuan tersebut sempat berniat bunuh diri.     

Namun, semuanya berubah kala si perempuan tahu sindrom suaminya, dia berupaya menyembuhkan lelaki menakutkan tersebut. Masih banyak cerita lain tentang Aruna yang Gesang tuturkan. Gesang menggunakan kisah nonanya untuk meyakinkan Syakila, terkait harapan akan datangnya matahari setelah guyuran hujan. Untuk itu Syakila di minta bertahan seberat apa pun, seperti nonanya, Aruna.     

"Kamu mau?" ujar Juan menyadari tangannya di genggam. Syakila mengangguk riang, "oke baik,"     

.     

.     

Rombongan keluarga Djoyodiningrat turun menuju lantai yang menawarkan resto eksklusif, Resto klasik selera Mahendra. Restoran yang menyediakan fasilitas bintang lima berupa ruangan VVIP kepada pelanggannya. Sehingga Mahendra bisa makan bersama seluruh pengawal termasuk ketiga perempuan yang dia bawa.     

Semenjak melepas tatapan dari pertunjukan teater, Oma lah yang tertangkap sangat cerah, dia membagi banyak informasi para pemain dibalik pementasan, Ratna Riantiarno, Christine hakim, Jajang C Noer dan entah siapa mereka, Aruna menanggapi sama antusiasnya kala perempuan paruh baya tersebut menumpahkan kebahagiaannya. Anehnya, Oma Sukma terdiam setelah memasuki ruangan khusus yang di siapkan Mahendra.     

Orang lain tidak mengetahui, diamnya oma Sukma di karena kan dia baru menyadari terdapat cucu Clara dalam jamuan makan ini. Identitas Juan di ketahui Oma Sukma selang beberapa saat setelah pemuda tersebut akhirnya menghilang. Wiryo sendiri yang bercerita bahwa ia sedang mencari ajudan bernama Juan yang tak lain ialah Gesang. Ajudan tersebut tidak kembali ke rumah induk setelah izin melakukan pendakian. Ternyata Gesang pulang ke rumahnya. Singkatnya Wiryo dengan santai membeberkan bahwa ajudan kesayangan cucu mantunya, Aruna merupakan putra ke dua Rio, alias cucu Clara.     

Hendra terlihat begitu menikmati makannya begitu juga yang lain. Sedangkan Herry makan sambil terus mengamati gerak-gerik Juan. Sama seperti oma Sukma yang akhirnya tidak sanggup memendam perasaan, "Bagaimana kabar nak Gesang dan keluarga, sehat?"     

Deg'     

Sendok di tangan Juan terhenti bergerak, Hendra tidak begitu fokus mendengar ucapan Oma Sukma sehingga dia merasa biasa saja, tak ada sesuatu. Melihat Hendra datar-datar saja. Juan pura-pura tidak mengenal nama Gesang, "semoga nenekmu selalu baik," Kembali Oma Sukma membungkus pesan penuh isyarat.     

Syakila yang merasa kekasihnya diajak bicara, akan tetapi tidak menjawab apa yang diucapkan perempuan paruh baya. Membuat gadis tersebut mengelus lengan Gesang, memberitahunya bahwa ada seseorang yang mengajak Gesang berkomunikasi.     

Sebab rasa panik yang menggerogoti benaknya, Gesang buru-buru berdiri, menangkap tangan Syakila dan menariknya supaya mengikuti gerakkannya yakni berdiri untuk pamit, "mohon maaf.. em.. sa.. saya lupa ada janji em," Juan bukan lagi panik, dia merasa tersudut.     

"Selesaikan makanmu!" titah Hendra.     

"Ma, maaf, saya-," kalimat Juan yang gagap terpotong.     

"Duduklah yang nyaman, kita keluarga -bukan?" Hendra meletakkan sendoknya. Dua tangan menelangkup di bawah dagu, mata biru mendongak, menatap Juan, sesaat berikutnya kepala itu bergerak. Memberi isyarat bahwa Juan lebih baik duduk kembali.     

"Hari ini hari ulang tahunku, aku mau sepupuku ikut menikmati makan malam pesta sederhana ini, Ah' akhirnya aku bisa memanggilmu sepupu," Mahendra menarik bibirnya, lurus.     

Sontak seluruh manusia di dalam ruang makan VVIP menghentikan aktivitasnya. Mereka saling memandang satu sama lain, terutama para ajudan.     

Dan yang terlihat sangat terkejut ialah Aruna beserta ibu Gayatri.     

"Sepupu?" berikut suara Aruna mencoba mengoperasikan otaknya.     

Sama seperti Aruna, Syakila yang kembali duduk tertegun menyadari sekelompok orang di hadapannya ternyata memiliki ikatan keluarga dengan kekasihnya, Gesang.     

"Sepupu Gesang," balas Mahendra.     

"Ternyata Juan sepupumu? Kenapa aku tidak menyadarinya dari dulu," Aruna ternganga, detik berikutnya dia di terpa rasa antusias terhadap informasi baru yang tak pernah ia sadari.     

Herry, akhirnya tak lagi bekerja sendiri. Semenjak nama Gesang menyapa telinga para ajudan. Kelompok pengawal tersebut benar-benar menatap awas terhadap Juan yang sebenarnya ialah putra Tarantula.     

"Maaf, sesuai prosedur, tentu saja kau pun juga tahu, .... ..... .....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.