Ciuman Pertama Aruna

III-127. Black Pardus



III-127. Black Pardus

0Dimanakah letak Madakaripura?     

Sekali lagi belum ada tempat pasti yang bisa di simpulkan ke mana masa tuanya di habiskan.     

Salah satu warisan yang hingga kini tetap digunakan adalah nama Bhayangkara, pasukan khusus telik sandi yang sangat fenomenal, disegani, dan juga ditakuti. Pasukan khusus Bhayangkara itu terdiri dari orang-orang yang kesetiaannya terhadap raja bersifat mutlak, kemampuan dan daya tahan fisik yang tidak masuk akal bagi manusia biasa. Merayap turun dari tebing terjal karang watu tanpa bantuan peralatan, bersembunyi di dasar sungai dalam waktu lama, melompati tembok-tembok tinggi, itu sebagian dari kemampuan fisik pasukan ini. Terutama kemampuan menarik busur gandewa dan melepas lima anak panah yang menuju lima sasaran yang berbeda, dan tepat sasaran. Semua itu adalah karya nyata Mahapatih tersebut.     

Meski demikian, ada juga sebuah cacat dalam karier Mahapatih, tatkala perang Paregreg, yang menewaskan Dyah Pitaloka, putri bangsawan nan cantik dari Sunda Galuh, yang begitu dicintai raja Majapahit Hayamwuruk. raja Majapahit yang sangat berhasrat untuk menjadikannya sebagai permaisuri. Akan tetapi dalam tragedi Perang Bubat dia melakukan bunuh diri.     

"Sudah tahu siapa yang aku ceritakan?"     

Aruna menggeleng, "tapi aku tahu mahapatih itu yang pertama kali punya mimpi besar tentang terbentuk Nusantara,"     

Hendra tersenyum cerah, "Walaupun dia tidak pernah mewujudkan impiannya, sumpah dan tirakatnya yang terkenal tersebut mendorong gerombolan generasi berikutnya untuk mewujudkan mimpi pria itu, malangnya sampai akhir ia menghabiskan hidupnya dengan berpuasa karena sumpahnya tak terwujud sebab bunuh dirinya seorang perempuan," dia yang bicara menampilkan barisan gigi rapi.     

"kok bisa?" Aruna bertanya-tanya.     

Hendra membolak-balik lembaran bukunya, "Gajah Mada sang Maha Patih tak akan menikmati Palapa, Gajah Mada berkata : Selama aku belum menyatukan nusantara aku tak kan menikmati palapa (bersenang-senang). Sebelum aku menaklukkan Pulau Gurun, Pulau Seram, Tanjungpura, Pulau Haru, Pulau Pahang, Dompo, Pulau Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik , aku tak akan menikmati palapa." Hendra membacanya dengan sesama.     

"dan dia berakhir pada penakluk kan tanah Sunda ketika putri raja dadi Sunda malah memilih Puputan (bunuh diri) ketika kesalahpahaman terjadi," lengkap Mahendra, "perempuan itu mengerikan, keputusannya walau tampak sederhana, membahayakan, karier hebat Gajah Mada hancur bersama kegagalan mendapatkan Diah Pitaloka untuk sang raja,"     

"oh iya namanya Mahapatih Gajah Mada," mata Aruna berbinar-binar, "sumpahnya secara tersirat menjadi pecut ter wujudkannya kemerdekaan Nusantara pada generasi berikutnya, -benar kan?" Mahendra mengangguk. Lelaki setengah terduduk dengan memasang bantal pada punggungnya kini merosot ke bawah, membaringkan diri sebab sang istri akhirnya mencair dari diamnya. Ini yang di nantikan Mahendra.     

"Ada yang lebih penting yang perlu kita ketahui dari kisah hidupnya," tanda tanya kembali di usung Mahendra. Mata perempuan tersebut menatap lekat suaminya. Hendra merasa kian berbangga berhasil merebut perhatian istrinya. Setelah sejak pagi dia di diamkan dan dengan sengaja di abaikan.     

.     

Gajah Mada datang entah dari mana, menegakkan kemuliaan dan kejayaan bagi kerajaan Majapahit, lalu ia hilang tak berbekas. Sejarah tidak mengetahui siapa orang tuanya, bapak ibunya bahkan di akhir kisah hidupnya tiada yang tahu di mana dia di makamkan.     

.     

Hendra menutup bukunya, mata perempuannya tengah mengembara. Perempuan yang tidak pernah menceritakan kegelisahannya selama ini, kegelisahan yang ia pendam sendiri.     

Hendra tahu bahkan bagi kakak-kakak Aruna serta ibu Aruna, si bungsu mereka belum tahu tentang Aruna yang ternyata sudah memahami informasi tersembunyi rapat-rapat terkait ia yang berasal dari darah berbeda. Kecuali ayah Lesmana yang secara kasat, tanpa sadar mengisyaratkan bahwa dirinya mengetahui Aruna tahu, mengerti dan paham asal-usul dirinya beda dengan kakak-kakaknya.     

Sejujurnya di akhir persidangan perceraian putrinya dan cucu Wiryo, sang ayah yang mulai curiga mendudukkan putrinya. Menanyakan apakah Aruna tahu dia bukan anak kandung ayah Lesmana dan gadis itu mengangguk.     

.     

Tanpa sadar perempuan tersebut meneteskan air mata, ketika dia marah dia jarang sekali menangis, ketika ia di hantam perkara bertubi-tubi dia pun jarang menangis. Kecuali ketika manja dan kejadian di detik ini, detik jatuhnya air mata setelah mendengarkan potongan paragraf terakhir yang di bacakan Mahendra.     

Lelaki mata biru menggerakkan tubuhnya memeluk Sang Perempuan, mendekap kepalanya disembunyikan di dada.     

Mahendra masih pura-pura tak tahu apa yang menjadi kegelisahan perempuan dalam dekapan.     

Namun dia berkisah tentang dirinya sendiri, "dulu, aku sering sekali marah, karena aku tidak memiliki ayah, mereka berkata:     

"What is wrong Hendra? Your explanation about family isn't right"     

(Ada yang salah Hendra? Penjelasan mu tentang keluarga kurang tepat).     

"What is your dad's name?"     

(siapa nama ayahmu?).     

Lalu aku menjawabnya dengan sebuah pertanyaan:     

"Is that dad? I don't have?"     

(Apakah itu ayah? saya tidak punya?)     

"Aku membawa kemarahanku bertahun-tahun hingga usiaku tak lagi anak-anak.  sampai Diana merebut sebuah buku dari tanganku, lalu dia meletakkan buku ini di pangkuanku." Hendra sadar dadanya basah.     

"Saat kita menjadi hebat, perihal prestasi: entah itu pekerjaan, karya, bahkan bisa jadi sekedar mimpi yang hebat seperti gajah Mada," tangan Mahendra setia menenangkan, "Sesosok individu akan tetap dikenang sepanjang masa, walaupun sejarah bahkan tak bisa menemukan dari mana asal usulnya dan siapa orang tuanya. Termasuk bagaimana caranya meninggal? Di mana di makamkan? Tidak ada yang penting. Kecuali kontribusi hebat pada sepanjang masa diri ini diberikan kesempatan menapaki hidup di dunia," mendengar monolog Mahendra. Aruna muncul dari dekapan suami.     

"Hendra.. aku," Hendra mengamatinya' dengan sesama.     

"Apa kau akan syok jika aku katakan sesuatu?" kembali Aruna bicara.     

"tak usah menceritakan apa pun yang ingin kamu simpan sendiri," mata biru menatap damai. Aruna mengangguk.     

Dalam waktu cukup lama mereka berdua terdiam. Hingga akhirnya perempuan bermata coklat tersebut membuka matanya kembali dan berujar, "Hendra, nanti kalau aku sudah sembuh, Apakah kamu mau mengantarku ke sebuah tempat di timur sana,"     

"Tempat?"     

"Ya, Tempatku berasal,"     

Hendra membeku sekian detik, "berasal?" dia memancing pemahaman.     

"nanti akan ku ceritakan ketika kita benar-benar berkesempatan pergi ke tempat asalku," Aruna tersenyum, tangannya meraba dagu lakinya.     

"Apa kau penasaran?" tanya Aruna.     

Hendra mengangguk, Hendra sejujurnya tahu Aruna berasal dari yellow house. tapi laki-laki ini tidak mengerti kenapa Aruna mengatakan ia ingin mengajaknya menuju ke tempat di timur, tempat yang katanya tempatnya berasal. Mungkinkah Aruna sudah menyelidiki dirinya sendiri, sudah tahu siapa ia sebelum menjadi penghuni yellow house.     

Sangat membingungkan.     

.     

.     

"sayang," saat ini jam dinding mungkin sudah lebih dari pukul 12 malam.     

"Sayang.. aku minta maaf, boleh aku keluar dari kamar sebentar," Aruna tertidur lelap.     

Mahendra terdiam membeku, seseorang menunggunya di bawah sana. Sekelompok tim yang akan bergerak memenuhi keinginannya.     

Setelah mempertimbangkan, lelaki ini meminta Susi hadir di kamarnya. Hendra punya kesan bahwa Susi begitu dekat dengan istrinya.     

Seandainya ia tidak ditemukan di ranjang, akan tetapi Susi ada sekitarnya pastilah Aruna merasa lebih baik daripada tidak ada siapa pun.     

.     

.     

sekelompok orang berdiri ketika ia datang. Mereka semua lengkap mengenakan baju hitam. Kelompok yang sama yang ia temui di malam ketika istrinya berteriak mencari dirinya. Kelompok bentukan yang dipimpin Herry.     

Herry menjalankan pesan dan permintaan Mahendra dengan mengumpulkan para anggota lantai D yang ia anggap akan menaruh kesetiaan lebih kepada tuannya. (Chapter sayap di belakang punggung)     

Menggunakan mansion yang sempat berantakan akibat penyerangan -mansion sky tower- sebagai markas Herry. Sekelompok orang ini akan bergerak sesuai instruksi Mahendra. Di luar kehendak para pimpinan lantai D. Mahendra merasa dirinya butuh orang-orang yang bekerja kepadanya untuk bergerilya sesuai isi otaknya.     

"Presdir," sapa mereka sebelum di perintahkan duduk kembali. Hendra menggerakkan tangannya meminta mereka untuk meraih sebuah dokumen. Dokumen ia dibuka di tengah-tengah pengamatan 5 orang yang berada di depannya termasuk Herry.     

"Siapa yang akan berangkat malam ini?" tanya Mahendra.     

"kita berlima Tuan," Jawab Rolland.     

Hendra mengerutkan kening, "ke limanya?"     

"Sesuai permintaan anda kami telah mengatur strategi," jawab Herry.     

"bisa diceritakan padaku?" Glock 20, sebuah senjata api yang mampu memuat 15 peluru 10 mm yang masing-masingnya dapat melontarkan peluru hingga kecepatan 1600 kaki per detik. Tergeletak, menyusup dan menjadi bagian kelompok yang mereka beri nama black pardus.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.