Ciuman Pertama Aruna

III-208. Aura Hitam



III-208. Aura Hitam

0Seorang pemimpin yang hampir satu bulan hilang dari peredaran, kini menampakkan dirinya. Otomatis kedatangannya begitu menyita perhatian, mengingat terakhir kali dia datang ialah kemarin saat semuanya sudah pulang.     

Terlebih, isu tentang istrinya mendapatkan penyerangan ekstrem di salah satu ruangan lantai 5 Joyo Rizt hotel. Dan kabarnya kejadian tersebut mengusung pukulan yang teramat hebat pada keluarga Djoyodiningrat terutama pada lelaki yang kini menyusuri bilik-bilik ruang kerja pegawai kantor pusat DM Group, akhirnya menjadi bahan pembicaraan hangat selepas adanya reka adegan.     

Para karyawan tersebut tidak begitu menyukai Hendra, tentu saja. Dia pimpinan yang tak memiliki mimik wajah ramah. Sangat dingin, dan teramat sulit didekati. Laki-laki ini juga jarang melihat secara langsung wajah-wajah pegawainya. Akan tetapi, detik ini kumpulan karyawan begitu senang membicarakannya.     

Rasa senang tersebut selaras dengan berembusnya kabar bahwa pilihan cuti sang pria gunung es ialah demi menemani pemulihan sang istri dari insiden buruk termasuk menjaga perempuannya yang kabarnya tengah hamil. .     

Walaupun menyebalkan, tak dapat di pungkiri Mahendra di anggap sangat manis oleh para karyawan.     

Sayangnya mereka tetap tak boleh lengah, sebab tatkala secara spontan Hendra menemukan kesalahan, mata biru secara mengejutkan tahu dan hafal nama-nama mereka ketika membuat teguran. Otomatis mereka tidak begitu berani bertindak di luar standar operasional prosedur yang dimiliki perusahaan multinasional Joyo Makmur Group.     

.     

Walaupun keberadaannya diidentikkan Dengan kesialan bagi sudut pandang bawahan, anehnya dia yang kini berjalan diiringi para ajudan yang jumlahnya lebih dari biasanya mengundang rasa penasaran dan riuh rendah lambang ikut bahagianya hati masing-masing karyawan.     

Akhirnya si gunung es datang, menyirami tumbuhan layu yang baru di tilik pemiliknya. Tumbuhan-tumbuhan itu saling bercengkerama satu sama lain membicarakan kedatangan sang pemilik yang baru saja melintas.     

.     

Mahendra dibuntuti ajudan ajudannya memasuki ruang corporate secretary, sekelompok orang di bawah naungan Surya lekas berdiri menyapa Mahendra. Bukan Mahendra kalau ia memberikan balasan. Lelaki tersebut lekas berjalan menuju pintu tempat Surya biasanya bekerja.     

"Hendra?! Huuuh," kedatangan Hendra seperti memberikan oksigen pada Surya. Pria tersebut berdiri dan lekas menuju sofa yang biasa ia gunakan untuk menyapa para tamu.     

Masih dengan ekspresi dinginnya Mahendra duduk di sofa paling lebar, gerakan tangannya mengusir ajudan supaya mundur sejenak keluar dari ruangan Surya.     

Surya tertangkap mengerutkan keningnya, "Hai.. Ada Apa denganmu?" seperti seorang kakak yang hafal tiap-tiap kode wajah yang disajikan adiknya. Surya jengkel dengan aura yang disebar Mahendra.     

Mahendra tidak membuat jawaban, ia berbalik bertanya: "Kenapa kau menyuruhku menemuimu?,"     

"ada dua kabar untukmu, yang satu sangat menguntungkan, yang satunya akan menguntungkan ketika kita bisa memanfaatkannya," ujar Surya masih dengan mengamati tiap-tiap tekukan wajah yang disajikan Mahendra.     

"Kabar baiknya, saham kita kembali normal, bahkan aku yakin dengan analisisku terbaru, saham ini akan terus merangkak," kalimat Surya merebut perhatian Mahendra. Lelaki bermata biru membuka matanya lebar-lebar untuk menatap sahabatnya yang sekaligus penggantinya sementara.     

"Bagaimana bisa?" dia yang bertanya sedang diterpa penasaran.     

"Ah' sedikit unik, akan tetapi kau perlu berterima kasih hehe," anehnya Surya terkekeh di tengah ucapannya, "foto perseteruan mu dengan novelis tersebut, tersebar di kalangan fansnya, bahkan sempat menjadi mim dan trending sejenak,"     

"novelis? Sungguh aku tak paham," ujar Mahendra mencoba mencerna kalimat Surya.     

"kamu datang ke wisuda Danu Umar, Dan foto-foto kalian menyebar, benar-benar di luar perkiraan, foto itu menggiring opini ke arah positif. beberapa portal online menggiring cerita yang mampu membersihkan nama baik Damar. Mereka mengatakan ternyata rumor terkait: dia orang ketiga dalam rumah tanggamu. Rumor hebat yang sempat beredar di akhir persidangan kalian sudah terpatah-kan," monolog panjang Surya diiringi dengan jari bergerak menapaki layar handphone untuk memastikan kalimat-kalimatnya sesuai dengan fakta. Surya menunjukkan antusiasme publik atas lucunya foto yang tersebar tersebut.     

Mahendra menarik bibirnya lurus hingga gigi rapi nya terlihat. "syukurlah.." kalimat ini turut menggiring padamnya aura hitam yang meliputi diri Mahendra.     

"Dan yang paling menguntungkan ialah.." kepala surya tentu saja berisikan untung rugi khas para analis bisnis, "..konfirmasi terkait kehamilan istrimu tak perlu kita usahakan. Salah satu picture yang terambil menunjukkan kamu mengusap perut istrimu, dan tiba-tiba saja ke tidak percaya-an para kolega  bisnis DM grup dapat ditepis,"     

kalimat Surya menunjukkan bahwa merosotnya indeks kepercayaan sebab CEO Mahendra tergantikan, sirna seketika. Mengingat alasan yang diajukan pihak DM grup sejalan dengan berita yang beredar. Pewaris tunggal Joyo Makmur Group mengambil cuti panjang untuk menemani kondisi kehamilan istrinya.     

"beritahu aku kabar kedua?" Mahendra tak sabar menunggu.     

"Ini sebuah keberuntungan Jika kamu bisa mendominasi pesta Akbar tarantula," jelas Surya.     

"Pesta kau bilang?" kedua alis Mahendra hampir bertemu, "bukankah, tema undangannya launching produk Digital terbaru,"     

"Kenyataannya tidak sesederhana launching, mereka mengundang berbagai kolega, baik bisnis, entertainment, bahkan pejabat publik yang sangat erat dengan tarantula," ekspresi Surya berubah lebih serius daripada Mahendra.     

"akhir-akhir ini, seperti yang pernah kita bahas, Dream City menjadi tren terbaru indikator keberhasilan kepemimpinan kepala daerah dalam penyediaan ruang publik, fasilitas umum, dan perubahan perilaku masyarakat yang secara tidak langsung mendapatkan edukasi sustainable," suara Surya terdengar bersemangat. Dia tengah berbahagia atas perjumpaannya dengan Mahendra, Surya layaknya seekor burung yang berdiri di pucuk cemara lalu ia bernyanyi menyatakan kebahagiaannya.     

"Aku Dan kamu, malam ini bertugas membangun daya tarik tersebut. Sebab, kuyakini pejabat dari daerah bakal mendekati kita," insting bisnis Surya mulai tumbuh seperti perkiraan Mahendra.     

"kau tahu Surya.. nanti malam aku sudah pengusung amunisi dan ide yang lebih cemerlang. Lebih menyiksa, dan tentu Saja lebih menantang untuk dinikmati," aura hitam itu kembali hadir mengelilingi Mahendra. Ingin rasanya Surya melempar pertanyaan berikutnya. Tapi pria tersebut memilih mengurungkannya. Raut wajah Mahendra menunjukkan tanda-tanda dia sedang diliputi rasa geram. walaupun sejujurnya Surya sulit mencerna kalimat Mahendra.     

"apa malam ini kamu membawa istrimu?" tanya Surya. Mencoba mengusir ekspresi tidak menyenangkan Mahendra.     

"mustahil aku membawanya," singkat Mahendra.     

"Apa yang terjadi padamu? Ayolah, semarah apa pun dan separah apa pun  hubungan antara keluarga Djayadiningrat dan Tarantula, keduanya masih bersaudara.." surya yang selama ini mencoba menyimpan pengetahuannya. Akhirnya ikut     

berkomentar juga.     

"tidak semudah itu, mereka terlalu mengganggu kehidupanku," suara Mahendra masih rendah. Akan tetapi tiap ujung katanya ditekan, tajam.     

"Jadi nanti malam apa yang akan kau lakukan?" mendengar ucapan Surya, Mahendra menyajikan senyum ganjil.     

"Ah' kamu tak perlu ikut kalau kamu tak sanggup berada di dekatku kali ini," embusan nafas lelah Surya diiringi ekspresi kekecewaan menjadi tanggapan dari kalimat yang dilontarkan Mahendra.     

"kau akan membawa senjata lalu menembaki semua orang?" tampaknya Surya sangat tidak setuju dengan ide di kepala Mahendra walaupun ide itu belum di utarakan.     

"andaikan dengan begitu integritas ku tidak turun, atau aku bisa bebas dari penjara, sudah aku lakukan," dia yang bicara kembali menyajikan senyum ganjil.     

"Oh Tuhan.. cobalah ingat istrimu hamil, pendam dendammu dan fokuslah pada keberkahan yang datang padamu," suara Surya sedikit meninggi.     

"aku seperti ini, karna mereka mengusikku," Mahendra pria keras kepala, mustahil merubah sudut pandangnya dalam waktu sekejap.     

"Hen.. manusia tidak bersalah kalau dia punya naluri untuk membalas rasa kesal yang ada di hati, Tapi maafkan. Tetap pilihan terbaik dari semua pilihan,"     

"Jangan ikut aku malam ini," Mahendra tidak suka petuah Surya.     

"Ayolah.. gunakan logikamu, daripada berseteru lebih baik kita gait kolega yang banyak.. untuk mendongkrak pertumbuhan DM group. Hal itu akan menjadi pukulan yang lebih hebat,"     

"Sayang, kali ini ku akui Aku tidak bisa menerima ucapanmu,"     

"lalu apa yang akan kamu lakukan di pesta mereka?"     

Mahendra mengarahkan matanya kepada Surya, "memancing kemarahan mereka, bukankah itu menyenangkan?"     

"kau aneh Hendra.."     

"Ya. Itu aku. Tak perlu kau paksakan dirimu untuk mendampingiku.. kalau kau tak sanggup,"     

"Apakah tragedi yang menimpa Aruna ada kaitannya dengan mereka?"     

"Ya,"     

"Baik," Surya mengangguk, "aku akan tetap mendampingimu, Aku bahkan akan melayani beberapa orang yang Ingin berkomunikasi langsung denganmu, termasuk menjaga kegilaanmu," Surya menatap lekat mata Mahendra.     

"Jangan ada tragedi.. aku tahu kau tak peduli dengan dirimu sendiri..," suara Surya lebih dalam daripada biasanya, "dan kamu bahkan tidak peduli dengan perusahaan DM group saat kamu marah, tapi jangan pernah melupakan satu hal Hendra.. ada perempuan hamil yang menunggumu di rumah," tatapan surya masih beradu dengan kornea mata biru.     

Mahendra terdiam cukup lama, hingga keduanya mengusung kesibukan masing-masing dengan memainkan handphone, "bantu aku menjaga kewarasan ku," lirih sekali suara ini diantar pemiliknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.