Ciuman Pertama Aruna

III-264. Para Perempuan Mengambil Peran



III-264. Para Perempuan Mengambil Peran

0"Ah! Argh.. bodoh!!" Mahendra membalik tubuhnya, kemudian berlari, di ikuti Herry.      

Sesampainya di sekitar pantry, Hendra membalik tubuhnya dan menangkap dada Herry. Lelaki bermata biru segera mendorong ajudannya, selepas ia melihat istrinya makan dengan tenang -sendirian.      

"Kembali, kembalilah!" perintah Mahendra. Kemudian berjalan sendirian, mendekati perempuan yang sedang menikmati makanannya.      

"Aku memesan untukmu," riang Aruna menyapanya, dan ekspresi ceria perempuan hamil tersebut mampu menetralkan degup jantung Mahendra.      

Lama keduanya menghabiskan waktu di tempat tersebut, sampai kembali duduk di kursinya. Tanpa mereka sadari matahari perlahan-lahan mengarah ke arah barat, menyusup di balik perbukitan yang terlalui sehingga langit menampakkan semu kemerah-merahan. Sebagai pertanda perjalanan mereka hampir sampai di stasiun tujuan.      

"Sayang, sebelum menuju hotel, kita belanja dulu," pesan Mahendra ketika perempuan di sampingnya nampak sibuk memainkan handphone. Aruna sedang memesan taksi online.      

***     

Mobil ambulans melesat cepat di bawah kemudi seorang perempuan. Bukan hanya menuju kota berbeda. Kendaraan beroda empat ini benar-benar pergi ke provinsi yang berbeda.      

Mobil ambulan milik klinik Diana, rencananya akan menempuh 8 sampai 9 jam perjalanan.     

Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang, mengharuskan mobil tersebut melintasi dua provinsi sekaligus. RSJ tersebut merupakan rumah sakit yang dipimpin oleh teman Diana, seseorang yang tak asing pula bagi Gayatri. Dokter Gunawan adalah mantan tim psikiatri bentukan tetua Wiryo.      

Wiryo membayar mahal kumpulan psikiater guna menyembuhkan putri, sekaligus cucunya. Dulu, dokter Gunawan belum menjabat dan tinggal di Magelang. Kini keberadaannya yang menjadikan Diana merekomendasikan rumah sakit tersebut.     

Menghubungkan Gunawan dengan Gayatri, dan membuat putri Wiryo tersebut mengingat banyak hal terkait sepak terjangnya memimpin kesembuhan dirinya, kala itu. Walaupun pada akhirnya dokter tersebut memilih mundur, sebab adanya ketidak cocokan dengan kegilaan Wiryo.      

Gayatri berbeda, baginya Gunawan adalah pimpinan psikiater yang handal. Perempuan  yang nampak masih ayu di usianya yang hampir menginjak kepala 5 ini yakin, gadis bernama Anna akan sembuh di tangannya (dokter Gunawan).     

Kalaupun tidak sembuh, Gayatri yakin Anna lebih aman menghuni RSJ tersebut. Bisa juga di klinik penyembuhan dokter Gunawan yang berada di kaki bukit Merbabu, tidak jauh dari kota Magelang. Suatu fasilitas kesehatan publik kecil yang didirikan untuk memberikan perawatan, yang fokus pada penyembuhan kejiwaan. Dimana salah satu donatur utamanya adalah yayasan Yellow, yang berada di bawah naungan Oma Sukma.      

'Kita tak akan pernah bisa mencerna, cara perempuan bersiasat ketika mereka bangkit dari tidurnya' demikian pesan terakhir dalam pertemuan rahasia Sukma, Gayatri, dengan dokter Gunawan yang di inisiasi oleh Diana.      

Membawa Anna pergi ke Milan bersama Graziella bukanlah rencana yang buruk, akan tetapi belum tentu tepat. Seorang ibu yang mencintai putrinya dan punya sejarah pernah merasa bersalah terhadap putri angkatnya, bisa jadi luluh terhadap sang putri suatu hari nanti.     

Siapa yang akan menjamin Anna tak akan kembali, ke Negara ini?. Siapa pula, yang menjamin Aruna selalu aman?.      

Bagi Gayatri, dan Sukma, penderitaan Aruna lebih dari cukup untuk menghukum Anna. Cara menghukum paling bijak adalah memastikan isolasi yang tepat bersama penyembuhan terbaik, untuk seorang pengidap gangguan jiwa. Dua perempuan tersebut telah memikirkannya dengan matang-matang, sebelum membuat tindakan.      

Keduanya tahu, bahaya besar yang mengancam adalah tetua Wiryo. Pria yang akan muntab ketika putri angkatnya -Anna-, menghilang dari klinik Diana.      

Keberuntungan yang paling mereka sukai dari semua rencana gila ini, Wiryo tidak akan curiga pada Istri, serta putrinya. Steriotipe kakek Djoyodiningrat terhadap perempuan sangat sederhana 'mereka tak bisa melakukan apa-apa, selain menjadi makhluk yang harus berdiam diri di rumah'      

Jadi, Gayatri dan Sukma -sesungguhnya- telah mengambil peran secara diam-diam selama ini. Hal tersebut dimulai, semenjak Mahendra marah besar dengan menggeledah seluruh rumah induk. Kemudian menangkap dua asisten yang akhirnya dibebaskan, sebab mereka tidak memiliki bukti berarti dalam tindakan kejahatan. Kecuali hewan pelacak yang berhasil menemukan baju, tas, sepatu, yang sebenarnya adalah milik Aruna, di kamar Anna.      

Semenjak kejadian tersebut dan pulangnya dua asisten malang itu, menjadikan Gayatri penasaran, apa yang melatarbelakangi semua tindakan Mahendra?.     

Dengan nada ketakutan dan ketidak berdayaan, mereka jujur apa adanya. Dua asisten rumah induk menceritakan dengan detail semua kronologi yang mereka ketahui. Mereka dibawa menuju sebuah ruangan, entah dimana. Mereka diinterogasi. Pemeriksaan yang mengarah pada penganiayaan yang diterima oleh Aruna.      

Berbekal dari penuturan dua asisten tersebut, Gayatri ikut andil. Dia mulai melibatkan Ibunya, Sukma. Kemudian memanfaatkan fungsi ajudan perempuan yang jumlahnya memang tak seberapa, akan tetapi selalu erat dengan mereka. Susi, dengan 3 juniornya, menjadi jalan bagi mommy Mahendra menghilangkan Anna. Memastikan Aruna mendapat perlakuan adil, menurut mereka.      

.     

.     

Saat ini, supaya keberadaannya tidak dicurigai. Senior dari 3 ajudan lainnya, memutuskan turun di tepi jalan. Susi, atas perintah Gayatri harus berada di rumah induk secepatnya.     

Sempat merasa khawatir, membiarkan 3 ajudan junior Djoyodiningrat melanjutkan perjalanan mereka sendirian. Gayatri meyakinkan senior ajudannya, keadaan akan baik-baik saja.     

Seperti sebuah rencana yang disusun dengan sangat matang -tanpa disadari Susi-, sebuah mobil menanti Susi untuk membawanya ke rumah induk. Tampak pula kendaraan beroda empat lainnya, mengawal perjalanan ajudan-ajudan perempuan menempuh perjalanan panjang, berjumpa dokter Gunawan di Magelang.      

***     

"Come stai oggi dolcezza?"      

(Apa kabarmu hari ini, sayang? ) ujar Graziella, selepas berjalan menyusuri lorong lalu berbelok ke arah ruang tengah, dan menemukan Wiryo di atas kursi rodanya.     

Graziella menekuk kakinya, membuat pelukan sejenak, yang kemudian disambut hangat Wiryo. Keduanya teman karib sejak muda. Papa Graziella adalah Pria italia yang menjadi awal mula Djoyo Makmur Group berani membuka bisnis di bidang Food and Drinks.      

Perusahaan papa Graziella -lah yang menjadi Benchmark terbentuknya Food & Drinks milik keluarga Djoyodiningrat, sebuah perusahaan yang secara anomali mampu mengukuhkan sepak terjang Djoyo Makmur Group ketika harus melepas bisnis bahan bakar minyak bumi dan gas alam untuk adiknya, Clara.      

Kerja sama yang apik antara perusahaan Eropa yang membutuhkan bahan baku dari negara penyedia biji kakao[1], bahkan biji kopi terbaik yang menjadikan Graziella lebih banyak tinggal di Indonesia. Lambat laun, keduanya telah berhasil membangun banyak pengaruh dalam bisnis lainnya.      

Hubungan mereka berdua membuat banyak orang terkesima. Graziella yang pada awalnya memilih tidak menikah, dan Wiryo yang diduga belum memiliki pasangan hidup sebab tak pernah mengekspose pernikahannya.      

Kesuksesan keduanya dan masa lalu yang solid dalam berbisnis, sempat menginspirasi Graziella, serta Wiryo untuk mendekatkan Mahendra dengan Anna. Terlebih, selepas undangan pertunangan keduanya muncul di permukaan.      

Andai masih bisa diusahakan, Wiryo sempat setuju Anna menjadi pasangan kedua Mahendra. Mengingat perempuan yang menjadi anak angkatnya -pula- benar-benar memiliki kemampuan yang bagus dalam mendampingi Hendra sebagai asisten di urusan bisnis. Membiarkan Aruna yang terlihat penurut serta memiliki kesabaran yang lebih, menjadi pendamping di rumah.      

Akan tetapi, semua rencana tiba-tiba sirna selepas terkuaknya kegilaan Anna saat menginginkan Aruna, serta bayinya, menghilang dari keluarga Djoyodiningrat. Wiryo tak memiliki pilihan lain, selain memastikan dia kembali ke Milan dan menghilang dari negara ini.      

Negosiasi segera diluncurkan Graziella, selepas dia mendapatkan laporan dari Leona. Adik yang sangat penyayang ini takut kakaknya mendapat hukuman dari tetua, terlebih hukuman dari Mahendra. Lelaki yang terlihat berhasrat mengakhiri hidup kakaknya yang malang, itulah benak Leo.      

Dan satu-satunya cara adalah menyentuh hati Wiryo. Demikian Graziella yang tahu betapa pria paruh baya yang kaku itu sebenarnya memiliki rasa manusiawi yang besar terhadap siapa pun. Termasuk untuk mengampuni salah satu si kembar, yang sejujurnya memiliki masa lalu yang buruk.      

Bukankah si kembar adalah hadiah Wiryo dari rasa kesepian Graziella? Selepas dirinya harus pulang ke Milan, sebab ayahnya meninggal.     

Jadi, ketika kado terbaik tersebut sedang bermasalah, pastinya ada sedikit rasa simpati yang masih tertinggal di hati kakek Djoyodiningrat tersebut.      

Graziella, atas dukungan Leona, memanfaatkan kondisi tersebut.      

"Senang melihatmu lagi," ada yang baru menyusul suaminya di ruang tengah, Sukma menyapa Graziella.      

"Oh, Sukma, kenapa aku tidak melihatmu menua," Graziella mendekati Sukma, pelukan dan sentuhan lembut pada kedua pipi perempuan terjadi.      

"Ma, meja makan telah siap," suara Gayatri menyapa ibunya secara sengaja, supaya semua penghuni ruang tengah segera berpindah kemeja makan.      

Leo juga ada di tempat tersebut. Membuntuti Madam Graziella,  ...…      

.     

.     

[1] Biji kakao atau biji coklat adalah biji buah pohon kakao (Theobroma cacao) yang telah melalui proses fermentasi dan pengeringan dan siap diolah. Biji kakao merupakan bahan dasar dari pembuatan coklat dan masakan tradisional Mesoamerika seperti tejate.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.