Ciuman Pertama Aruna

IV-70. Seruni Putih



IV-70. Seruni Putih

0"Mengapa kita tidak menjenguk Pak Surya?" Hendra mendekati perempuannya. Dia tahu di dalam tubuh istrinya terdapat gadis bersemangat dan berapi-api. Tangannya membelai rambut halus sang istri. "Ada beberapa hal yang harus aku selesaikan, kita berjumpa lagi nanti malam. Aku mencintaimu maka dari itu aku tak akan membawamu ke rumah sakit. Kita akan menjenguk Surya dan Dea ketika mereka sudah kembali ke rumah,"     

"Janji,"     

"Ya, janji, tapi tidak untuk saat ini sayang," Yang tidak diketahui Aruna bahwa suaminya perlu meninjau sejauh mana kekacauan DM construction. Menemui Pradita untuk mempertanyakan keberadaan Darko yang malam itu di kabarkan Herry benar-benar berada di lantai D. Termasuk mencari cara meredam demostran yang belum surut, masih menduduki lokasi pembangunan Dream City di tiga kota tersebut.     

Sepanjang jalan Aruna melihat raut muka suaminya. Pria itu jelas menyembunyikan sesuatu di dalam hatinya. Hendra kian lama kian pandai memalsukan ketegangan dengan ekspresi hangat.     

"Aku mau kamu sehat, hanya itu, nikmati harimu dan istirahatlah," pesan Hendra sebelum Aruna memasuki mobil lain, mereka berpencar menjadi dua arah berbeda.     

.     

.     

Di rumah induk perempuan ini buru-buru mendatangi mommy Gayatri. Dia punya rencana sendiri. Aruna memutuskan dia tak akan tinggal diam. Dia mengaktifkan media sosialnya yang usang, tak lagi aktif semenjak menikahi Mahendra.     

Dia tahu dirinya maupun akun suaminya pernah menjadi sorotan publik. Bedanya official Hendra terbuka umum dan content yang terposting telah di atur oleh tim-nya, segalanya sesuai kegiatan bisnis dan sosial yang dijalankan Mahendra. Sedangkan Aruna memilih membatasi akunnya dan mengabaikan gelombang followers yang datang padanya.     

Kali ini Aruna akan membuka akunnya dan membiarkan gelombang itu datang padanya. Mencuri perhatian mereka melalui content buatannya sendiri pada laman media sosial.     

Mencari simpati, ini sangat naif tapi itu cara yang tepat, minimal di kala suaminya di hantam rumor-rumor tak sedap.     

"Mereka sebentar lagi datang Aruna, pastikan dirimu cukup sehat untuk pemotretan," Aruna dan mommy Gayatri duduk pada Sofa lembut yang berada di balkon rumah induk. Di hadapan mereka sekelompok orang tengah mempersiapkan properti pemotretan.     

"Saya kurang berminat dengan tema vintage," perempuan ini bangkit, berjalan menuju mereka yang menata benda-benda pada taman keluarga Djoyadiningrat. "singkirkan ini, dan buatlah sesuatu yang.." terlihat berpikir dia memperhatikan beberapa benda di sekitarnya.     

Di sisi lain pimpinan dekorator datang pada Aruna, "Apakah aku salah memprediksi? Ibu Gayatri mengatakan anda gadis simple dan punya minat dengan nuansa vintage atau modern Industrial,"     

"anda tidak salah, tapi kali ini saya menginginkan hal berbeda, saya membutuhkan tema lain," Aruna maju beberapa langkah, "aku mau lebih banyak Bunga," dia menunjuk sebagian kecil yang mereka bawa. "nuansa damai, syahdu dan memiliki sisi kesedihan berbalut perjuangan perempuan hamil di usia muda. Aku mau seseorang melihatku seperti itu," lawan bicara Aruna hampir menautkan alisnya mendengar permintaan bertolak Belakang kliennya.     

"Kami harus mengganti wardrobe, dan butuh waktu," tim dekorator terlihat memijat pelipisnya.     

"Tak masalah aku akan menunggu," kembali pada sofa di balkon, Aruna sempat mendengar percakapan mereka. 'dia menyuruhmu membongkar semuanya? Ah' ini keterlaluan,'. 'dia cukup kaya untuk membayar kita, lakukan saja,'     

.     

.     

Rumah sakit Salemba.     

Gadis berambut hitam lebat itu melepas helmnya. Meletakkan Helm pada spion, dia dengan segera meraih kotak bunga yang dia letakkan pada bagian belakang motornya. Menaiki tangga dan berakhir pada pintu yang di jaga sesama ajudan.     

"mau mengunjungi kekasihmu?" wisnu menyeringai.     

"Aku mendapat tugas menjaganya, dan mengantarkan ini," gadis itu mengangkat box bunga berukuran besar pada tangan kanannya dan sepaket makanan di tangan kirinya.     

"Ya.. ya.. aku percaya," melolos langkah Kihrani, pemuda itu memandanginya sambil tersenyum miring.     

Ingin rasanya membalas tapi gadis ini tak punya tenaga. Seruni putih bukan benda yang bisa di dapatkan dengan mudah. Maka dari itu gadis tersebut sekedar menghela nafas selepas melewati Wisnu.     

"Tenang saja tak kan ada yang benar-benar mengganggumu, kekasih senior berarti ipar kita," JAV memberinya senyuman janggal. Datang mendekat dan meraih kotak bunga di tangan kiri Kihrani.     

"Sekali lagi kalian berkata seperti itu, aku tak akan tinggal diam!" mengambil kembali box di tangan JAV, Kihrani memutuskan membawanya sendiri.     

Dua ajudan itu bertemu mata untuk tertawa diam-diam.     

..     

"Kamu datang??" tampak tertegun laki di atas ranjang yang detik ini terlihat kesulitan dengan sesuatu pada lengan kanannya mencoba bergerak.     

Melihat keadaan Vian. Kihrani buru-buru meletakkan barang bawaannya. Menatap dan mendekati pria itu. Dia berupaya mengatur secara otomatis sudut ranjang. Sehingga lebih terangkat.     

"Aku.. em.. apa yang bisa kubantu," Kihrani sedikit bingung belum paham kenapa lelaki di hadapannya tampak tak jenak. Dia terus bergerak.     

"carikan aku sesuatu yang membuatku bisa menggaruk punggung," mendengar permintaan Vian, Kirani mencoba memperhatikan sekitarnya. Tidak menemukan apa pun.     

"Aku bisa menggunakan tanganku," gadis tersebut mengangkat telapak tangan kanannya.     

"Kamu mau melakukannya?"     

"Ya, asal bisa membantu,"     

"baguslah, kemari.. cepat," memutar arah tubuhnya, Vian memanggil gadis itu dengan gerakan telapak tangan kirinya. "ya itu.. sedikit ke bawah. Kiri. Kiri lagi," dia yang dibantu banyak bicara. "nah itu.. sekali lagi,"     

"Kalian membuatku takut membuka pintu, Vian! Kau mengerjai anak baru? Keterlaluan," seseorang masuk dan memaki Vian. Spontan keduanya berpaling. Kihrani tak asing dengannya.     

'oh' Pradita?'     

"hai.." Pradita menyapa dan dengan wajah memerah gadis itu mundur. Dia sadar betul Pradita memikirkan sesuatu yang tidak seharusnya. Ekspresinya cukup menyebalkan.     

"Pengganggu! harusnya kamu datang lain waktu, atau tak usah menjengukku sekalian. Itu lebih bagus." Vian menggerutu tangan kirinya terangkat dan mendapatkan tepukan ringan dari telapak tangan kanan Pradita. Mungkin itu cara mereka saling menyapa.     

Mundur sejenak dari perbincangan keduanya Kihran memenuhi permintaan Aruna. Mengeluarkan seruni putih beserta vas bunga kristal. Ajudan baru tersebut membersihkan nakas berserakan. Dan menggantinya dengan susunan bunga seruni putih.     

Lamat-lamat pendengarannya bisa menangkap percakapan serius dua pria tersebut.     

"ada banyak yang membelot, mereka melakukannya secara masif. Jelas ini ter koordinir dan aku merasa pihak tarantula ikut andil, sepertinya mereka memberi penawaran yang menggiurkan," Pradita bahkan masih berdiri ketika mengatakan kaliamai bernada serius.     

"aku sudah menghubungi timku, nanti malam mungkin kita akan melangsungkan koordinasi di sini. Kau benar, penawaran dari Tarantula benar adanya, putri bungsu Adam mengatur semuanya," Vian bersuara berat.     

"Benarkah?"     

"Ya. Dan jika di biarkan DM construction?!" Terhanyut sejenak, Vian mencoba mencari , dia merebahkan punggungnya kembali, "krisis terparah sepanjang berdirinya," sayangnya raut wajah Vian menunjukkan ketidakberdayaan. "Tapi.."     

"apa yang kamu pikirkan?" Pradita kian mendekat.     

Kihrani Hampir usai memasang bunga-bunga itu.     

"Kau tahu aku belum bisa duduk terlalu lama. Aku masih kesulitan," pria ini menoleh mengamati benda apa yang menyibukkan Kihrani. "Apa yang kamu lakukan! Kau sengaja membawa bunga itu!!"     

"Pyar," dia tersentak dan menjatuhkannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.