Ciuman Pertama Aruna

IV-82. Trending Portal Bisnis



IV-82. Trending Portal Bisnis

0Selepas keluar dari kantor kakaknya, Bianca mendapati sebuah nomor seseorang yang menurut Angga adalah pria misterius dengan kemampuan komunikasi demikian handal. Laki-laki yang akan keluar dari sarang hanya saat-saat Djoyo Makmur Group mengalami masalah pelik, atau berhadapan dengan lawan bisnis yang alot, kolega penting, dan semacamnya.     

Aneh saja rasanya, ketika dia tidak dikabarkan keluar dari persembunyian selepas tren saham Djoyo Makmur Group berada di level jenuh dan menuju penurunan.     

Angga Nalendra adalah putra Adam Nalendra, yang berarti kakak dari Bianca mengatakan dirinya hanya sekali saja berjumpa dengan pemuda ini pada perjalanan bisnis.     

Putra Adam tersebut bertugas sebagai asisten yang menerjemahkan situasi saat itu, saat-saat sulit ketika desain produk salah satu kemasan sedang menjadi sorotan dan anak perusahaan Food & Drink mengalami gejolak hebat. Beberapa distributor besar akan memutuskan kerjasama.     

Angga mencoba menjelaskan detail masalah yang dihadapi, dan pria tenang dengan rambut panjang sebahu itu sekedar mengatakan "Ya, saya tahu," kenyataannya, dia lebih dari paham atas semua masalah maupun resiko ketimbang pemahamannya -Angga-. Terbukti dari caranya bernegosiasi.     

Sayangnya, saat nomor tersebut dihubungi tak ada yang menerima panggilan. Bianca yang masih dalam perjalanan kembali menuju gedung utama perusahaan Tarantula terlihat membuat panggilan pada kakaknya, dan kali ini, dia mendapatkan alamat surel.     

[email protected] Menggunakan alamat email tersebut, Bianca mulai berkomunikasi dengan si misterius yang diceritakan kakaknya. Sayang sekali, tidak ada balasan langsung. Kini, gadis tersebut mulai tak yakin dengan saran Angga.     

Anehnya ketika Bianca kembali ke meja kerjanya, sekretarisnya memberi dia selamat. Sebab, kegaduhan di lapangan surut dan demonstran telah dikendalikan, bahkan sudah meninggalkan lokasi pembangunan yang mereka duduki.     

"Apa yang terjadi? Aku belum melakukan apapun?" dia tak yakin dengan informasi yang dibawa sekretarisnya.     

"Saya juga tidak tahu," dan sebelum sekertaris itu kembali kemejanya, dia memberi tahu kabar yang lebih menggelisahkan. Beberapa SDM potensial DM Construction tak akan bergabung, mereka mengembalikan berkas penawaran Bianca.     

Bianca masih termenung saat dimana Gibran datang dengan wajah sumringahnya. "Terimakasih kau telah menyelamatkan tunanganku,"     

"Tapi bukan aku yang melakukannya," tampaknya Gibran terlalu gembira, sehingga dia tak berminat mendengarkan kalimat yang diucapkan Bianca. Pria itu lebih memilih berjalan mendekat, kemudian memeluknya.     

"Aku tahu, paman adam adalah pria hebat yang mampu mendidik putrinya dengan kemampuan terbaik. Aku bangga padamu," kalimat Gibran sebelum melepas pelukannya, yang membuat hati Bianca terasa remuk.     

Gadis yang baru berdiri menyambut pelukan Gibran, kini melorot dan terduduk lelah memandangi lelaki bermata hitam pergi meninggalkan ruangannya. 'Aku akan jadi kacau jika terus seperti ini,'     

***     

Koran bisnis pagi ini belum bisa menuliskan berita besar, mereka terlanjur mencetaknya dini hari. Namun, tidak dengan laman portal bisnis online yang lekas berburu berita dan memenuhi headline news mereka dengan dua berita menghebohkan yang muncul dari jubir perusahaan adidaya Djoyo Makmur Group.     

Dua berita besar dan isu-isu lain yang membumbui dan mencuri perhatian penuh semua orang. Penjualan Mentari Plaza bertengger di urutan pertama di sore hari semenjak foto-foto detail beserta keterangan produk-produk dan jasa yang dijual, termasuk aset-aset yang ada pada departemen store itu dipublikasikan. Bahkan keterangan resmi terkait laporan keuangan lima tahun terakhir dan laba rata-rata per tahun, turut dipubliskan.     

Dokumentasi legalitas yang akan dipublikasi juga menjadi sorotan. Struktur Manajemen yang dinamis juga di rincikan. Yang paling mencengangkan adalah nilai dan bagian kepemilikan usaha yang rencananya dijual, Rp xxx M dengan bagian kepemilikan 40%.     

"Ini gila!" Ujar seseorang dalam pertemuan bisnis di tempat entah berantah.     

"Tidak! Ini luar biasa. Hampir tiga dasawarsa Djoyo Makmur Group tidak pernah terlihat menjual sepersen pun saham mereka. Dan hari ini, mereka menjualnya empat puluh persen."     

"Menurutku ini karena mereka mengalami penurunan, aku rasa itu masalahnya. Perusahaan itu hampir tidak pernah turun, dan hari ini, mereka mengalami kuartal terburuk," suara-suara dari para pebisnis ketika mendapati laman berita online tersebut, saling bersahutan.     

"Itu hanya 3%, semua perusahaan pernah mengalaminya. Menurutku ini terlalu gegabah,"     

"Iya! Gegabah, kata-katamu sangat tepat. Pengganti ketua Wiryo, lelaki dingin itu sudah melepas tiga proyek. Dan hari ini, dia menjual 40% saham. Ini mencengangkan, bukan?. Aku rasa, ini akan jadi kejadian paling langka dan belum tentu ada dua puluh tahun mendatang,"     

"Iya, mari kita lihat apa yang terjadi," sekelompok orang di tempat entah berantah yang sedang menjalankan pertemuan bisnis tersebut, diam-diam menghubungi sekretaris masing-masing untuk membeli sekian persen dari saham yang ditawarkan Djoyo Makmur Group.     

Mereka basa-basi di permukaan dengan mengatakan bahwa Djoyo Makmur Group menuju akhir. Kenyataannya, mereka begitu menyukai apa yang sedang terjadi dan berusaha membelinya secepat mungkin. Kejadian langka yang menjadikan para pelaku bisnis tergiur.     

Kehebohan belum usai tatkala portal bisnis menjadi trending, selepas isu bahwa Djoyo Makmur group akan menerima usulan dari tiga kota provinsi yang ada di timur untuk pembangunan Dream City mereka. Dalam waktu sekejap, nama Mahendra Djoyodiningrat menjadi topik pembicaraan paling hangat.     

Selain mencuri perhatian para pelaku bisnis, kini beberapa pemerintahan daerah ikut serta hadir dalam uforia yang dikendalikan oleh pimpinan divisi di lantai D. Orang-orang Pradita yang menjadikan hal-hal seputar bisnis yang sebenarnya tidak begitu menarik untuk negara ini, jadi demikian melejit dengan pasukannya di dunia maya yang bergerak cepat.     

.     

.     

"Kau membutuhkan pendamping Hendra. Kau tahu, bukan?, aku tidak bisa bergabung dalam waktu cepat," suara Surya terdengar lelah, masih terbaring di atas ranjang.     

"Jangan khawatirkan diriku atau perusahaan kita, kita masih punya banyak uang," lalu terdengar kekeh dari lelaki bermata biru.     

Surya tidak suka tawa angkuh yang keluar dari bibir Mahendra, ketika dia mengabaikannya dan kembali berujar, "Apa kau menjual saham Mentari Plaza?!".     

Mahendra berdiri dan membalik punggungnya,"Ya. Kau tahu perusahaan itu tetap bertahan karena kita menyubsidinya," Berbicara sambil berjalan menuju jendela yang membentang di sisi kiri ranjang Surya terbaring.     

"Humaira," suara dan tatapan hangatnya, Surya tunjukkan pada istrinya. Tak lama kemudian, mata itu menjatuhkan pandangan ke arah pintu sembari tersenyum tipis. Isyarat bahwa kedua lelaki tersebut membutuhkan privasi. Dan dengan demikian, Dhea bangkit dari sofa kemudian mengundurkan diri.     

"Badai pada masa lalu terjadi ketika saham-saham kecil yang dimiliki dewan bergabung satu sama lain kemudian hampir menggulingkan kakekmu," pria di atas pembaringan melirik keberadaan Mahendra, dan mendapati dia sedang membuka kelambu yang menutupi jendela, menyibak pemandangan yang tersembunyi.     

"Kau pasti sangat khawatir, ya? Jangan terlalu banyak berpikir, karena yang menyarankan untuk menjualnya adalah kakekku. Masalahnya, kakek ingin aku melepasnya secara utuh, tapi aku masih mengharapkan bisa menggenggamnya 60%," Surya tahu Mahendra tersenyum ketika mengamati panorama di hadapannya. Ketika dia berbalik, dan memamerkan senyuman itu pada pria di atas pembaringan. Senyum itu terlihat sedikit menakutkan.     

Entah mengapa Surya harus mendapati senyuman itu. Mencoba mengabaikan pemikiran buruk, ketika pria di atas pembaringan berujar, "Bagaimana itu bisa terjadi? Tetua yang melepasnya?"     

"Iya, dan aku ingin bermain dengan penjualan yang spektakuler ini," manik mata birunya tampak berapi-api, ketika Mahendra mengucapkan kalimat tersebut.     

"Kau akan menjadikannya modal untuk pembangunan Dream City di timur, aku sudah membacanya,"     

"Lebih dari itu, Surya," si empunya nama mengerutkan alisnya tatkala Mahendra berjalan lambat menuju ke arahnya. "Aku akan menyetujui, andai salah satu dewan Tarantula diam-diam membeli saham Mentari Plaza,"     

"Tunggu-tunggu, apa lagi yang kau jalankan??!" pria itu terkekeh untuk kedua kalinya.     

"Mereka harus membayar apa yang mereka perbuat padamu. Tunggu saja," belum sempat berbicara lebih jauh, ketika Mahendra akhirnya kembali berjalan menjauh. Sebab, mendapatkan panggilan dari handphonenya.     

[Aku sudah memenuhi permintaanmu, kembalikan calon istriku,] ternyata, Gibran lah yang menghubungi.     

[Benarkah?] ada alis mengerut selepas dia berbicara. Gibran menggelikan, keputusan-keputusan Mahendra yang mendamaikan suasana di lokasi demonstran, lalu putra Rio mengklaim tanpa rasa malu sedikit pun.     

[Beri tahu aku, apa yang sudah kau penuhi?] Lelaki bermata biru memancing penjelasan sebelum darah di tubuhnya benar-benar mendidih oleh pengakuan sepihak yang konyol.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.