Arrogant Husband

Memikirkan Sebuah Rencana



Memikirkan Sebuah Rencana

0Keesokan harinya, Reva dikejutkan dengan kedatangan Joseph yang tiba-tiba ke rumahnya. Pria itu terlihat segar dan bersih sekarang. Berbeda dengan yang ia lihat dari tempat kosong itu.     

"Jo? Untuk apa kau datang ke sini?" tanya Reva saat membuka pintu. Ia sungguh terkejut melihat kedatangan Joseph kemari.     

"Aku ingin menemui kau di sini. Tentu boleh kan?" Joseph menyunggingkan senyumannya.     

"Lebih baik kau pergi dari rumahku, Jo! Aku tak ingin melihatmu lagi." Reva tak suka dengan kedatangan Joseph kemari. Ia segera menyuruh pria itu untuk pergi dari sini.     

Namun, Joseph tak akan segampang itu untuk pergi dari rumah Reva. Setelah sekian lama tak bertemu dengan wanita itu, ia tak mau diusir begitu saja. Pria itu tetap keras kepala untuk masuk ke dalam.     

"Aku tak ingin, kalau kau ada di rumahku, Jo! Pergilah dari sini," bentak Reva tak suka.     

Wanita itu memandangnya dengan penuh kebencian. Reva tak suka melihatnya datang. Namun, Joseph sama sekali tak peduli dengan itu semua. Terpenting sekarang, ia sudah bertatap muka dengan wanita yang ia cintai. Meskipun, Reva tak pernah menginginkan kehadirannya kemari.     

"Kenapa kau selalu tak suka denganku? Apa kurangnya aku, Va? Aku sudah memberikanmu segalanya. Namun, sampai sekarang pun, kau masih belum juga menyerahkan hatimu padaku!"     

"Aku tak akan menyerahkan hatiku padamu, Jo!" Reva tersenyum menyeringai. Ia sama sekali tak menyukai Joseph. Ia hanya menganggap pria itu sebagai teman biasa dan tak ada perasaan khusus.     

Mendengar ucapan Reva, membuat Joseph tampak sedikit kesal. Namun, ia sama sekali tak ingin berlaku kasar. Itu semua hanya akan membuat Reva makin menjauh dari sisinya. Dengan terpaksa, Joseph menerima segala apa yang diucapkan oleh wanita itu, meskipun terasa menyakitkan.     

"Beri aku kesempatan satu kali, Va," ucap Joseph yang sungguh-sungguh. Dari dulu sampai sekarang pun, cintanya masih tetap utuh untuk Reva. Namun, wanita itu tak menginginkannya sama sekali.     

"Lupakan saja, Jo! Aku tak bisa memberikanmu harapan apa pun. Karena aku tak punya–"     

Joseph langsung meletakkan jari telunjuknya ke bibir Reva. Membuat wanita itu langsung terdiam. Reva melihat sorot mata Joseph dengan seksama. Manik mata pria itu menyiratkan hasratnya yang sudah lama terpendam.     

"Aku masih mencintaimu, dari dulu sampai sekarang," ucap Joseph. "Kenapa kau tak bisa menerima cintaku, Va?"     

Reva langsung menurunkan jari telunjuk Joseph dari bibirnya. Walau bagaimanapun, pria itu melakukan berbagai macam cara agar bisa meluluhkan hatinya, tapi tetap saja Reva tak bisa memaksa perasaannya. Perasaannya dari dulu sampai dengan sekarang hanya menganggap Joseph sebagai teman biasa.     

Wanita itu sudah menjalin hubungan asmara dengan Agam. Ia tak mau berkhianat dengan sang kekasih. Reva akan selalu setia dengan Agam. Apalagi, mereka berdua sudah berencana untuk naik ke jenjang yang lebih serius lagi.     

Namun, Reva takut kalau Agam akan tahu suatu hari nanti tentang kehamilannya ini. Di sisi lain, ia juga bingung, apakah harus menggugurkan kandungan ini atau mempertahankannya. Sedangkan, Joseph sepertinya berharap agar janin ini tetap selamat.     

"Pergilah, Jo. Aku kali ini sedang tak enak badan."     

Joseph langsung mengecek keadaan Reva. Ia berniat akan membawa sang kekasih untuk periksa ke rumah sakit. Namun, lagi-lagi Reva menolak bantuannya. Wanita itu hanya memintanya untuk segera pulang.     

"Jo, aku mohon. Kau pulanglah."     

"Hmm, baiklah. Aku akan segera pulang dari sini."     

Dengan perasaan yang tentu saja kecewa. Mau tak mau, Joseph segera melangkah pergi dan menuruti apa perkataan Reva. Ia tak mau, membuat wanita itu stres dan malah mengakibatkan janinnya kenapa-kenapa.     

Joseph berlalu pergi dari hadapan Reva dan segera masuk ke dalam mobil. Kemudian, wanita itu langsung masuk ke dalam rumah. Joseph hanya bisa mengembuskan napas panjang.     

"Baiklah, tak apa kalau kau masih saja bersikap seperti itu padaku. Tapi, lain kali, kau akan bertekuk lutut di depanku."     

Saat berada di dalam kamar, Reva langsung duduk di atas ranjang. Dengan kedatangan Joseph yang mendadak, membuat paginya terasa suram. Kenapa pria itu datang ke sini lagi, setelah sekian lama tak kemari.     

Membuat suasana hati Reva mendadak jenuh. Wanita itu berniat akan pergi ke bar, tempat Agam bekerja. Namun, Reva mengurungkan niatnya karena suasana hatinya sedang tak bersahabat.     

Beberapa saat kemudian, Reva merasa mual lagi. Ia pun segera bergegas menuju ke kamar mandi. Dalam keadaan yang sedang berbadan dua ini, membuat Reva merasa tak senang hati. Anak yang tengah dikandungnya adalah anak dari Joseph, bukan dari pria yang ia cintai. Maka dari itu, membuatnya merasa putus asa untuk mempertahankan sang janin dalam kandungan.     

Setelah rasa mualnya sudah mereda, barulah Reva memutuskan untuk ke luar dari kamar mandi. Ia ingin istirahat saja di rumah dan mengurungkan niat untuk menemui Agam.     

"Mungkin nanti aku akan datang menemui Agam. Saat ini, kepalaku sangat pusing." Reva perlahan-lahan naik ke atas ranjang. Ia ingin istirahat sejenak. Tiba-tiba saja, ia diserang oleh rasa pusing.     

Wanita cantik dengan bermanik mata kecokelatan itu mulai memosisikan tubuhnya di atas ranjang. Mencari posisi yang nyaman untuk terlelap sebentar.     

***     

Joseph telah sampai di depan bar, tempat Agam bekerja. Ia tak ingin masuk ke dalam, hanya memantau saja dari luar. Dari kejauhan, Joseph bisa melihat sosok Agam.     

"Awas saja kau nanti. Kau sudah membuat Reva berpaling dariku!" Joseph tengah memikirkan sebuah rencana untuk melenyapkan Agam. Rasa bencinya pada pria itu makin menjadi.     

Joseph harus cepat bertindak, agar Agam tak semakin sok jagoan dalam mendapatkan hati Reva. Pokoknya, wanita itu harus jadi miliknya lagi.     

Setelah melihat sekilas, Joseph pun memutuskan untuk pulang saja dari tempat ini. Ia akan memikirkan sebuah rencana lagi untuk menghabisi Agam. Namun, kali ini harus berhasil dan tak ketahuan oleh siapa pun, termasuk Saga. Ia tak mau, kalau Saga ikut campur lagi dalam urusannya.     

"Aku tak rela, kalau Reva jatuh ke tanganmu dalam waktu yang lama. Dia adalah cinta sejatiku. Hanya aku yang boleh memilikinya. Tak ada seorang pria mana pun, yang boleh dekat dengan Reva."     

Pria itu sudah cinta buta terhadap Reva. Ia rela melakukan apa saja untuk mendapatkan wanita itu. Bahkan dengan berbagai cara dan menghalalkan apa saja, Joseph rela. Cintanya pada Reva sungguh besar. Maka dari itu, dirinya tak rela sama sekali, kalau sang kekasih direbut oleh Agam.     

Joseph sudah menyalakan mesin mobilnya dan segera berlalu dari bar itu. Ia lantas menuju ke rumah dan berencana dalam waktu satu atau dua hari, untuk memberi Agam pelajaran yang berarti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.