Arrogant Husband

Kau Nakal, Sayang



Kau Nakal, Sayang

0Saga hanya diam saja saat pulang dari taman tadi. Arah tatapan matanya hanya fokus menuju ke depan. Alisa merasa khawatir dengan keadaan sang suami. Pria itu mendadak diam seribu bahasa. Biasanya mereka akan saling bicara di dalam mobil.     

Namun, Alisa tahu, ini semua berkaitan dengan kedua mertuanya tadi. Pak Surya dan Bu Angel tak menyukai keberadaan mereka di sana, karena ada bayi mungil yang tengah berada dalam gendongannya.     

"Sayang?"     

"Hm?"     

Hanya itu respons dari Saga. Pria itu juga tak menoleh ke arahnya. Membuat Alisa langsung terdiam dan tak ingin melanjutkan kalimat lagi. Mungkin, sekarang sang suami perlu sedikit waktu untuk tenang.     

Walaupun kedua mertuanya tak menyukai kehadiran bayi ini, tapi Alisa akan selalu menjaganya hingga akhir hayat. Ia tak akan pernah melepaskan Lisa begitu saja. Anak ini harus berada di sampingnya.     

Tak terasa, mobil Saga sudah sampai di halaman. Pria itu lalu ke luar lebih dulu dan membukakan pintu mobil untuk Alisa. Saga tersenyum singkat saat berpandangan dengan sang istri. Alisa langsung berjalan lebih dulu dari Saga.     

Alisa tak ingin mengganggu Saga sementara. Ia tahu, pasti suaminya masih memikirkan kejadian di taman tadi. Maka dari itu, ia lebih dulu berjalan menuju ke kamar.     

Alhasil, Alisa sudah sampai di depan pintu kamar. Dengan sekali tarik, pintu pun terbuka. Ia langsung menuju ke keranjang sang bayi. Meletakkan anaknya di dalam sana. Tadi Lisa terbangun sebentar sewaktu dalam perjalanan pulang. Namun, sang anak sudah kembali tertidur lagi.     

"Bobo yang nyenyak, sayang," ucap Alisa.     

Pandangan matanya menoleh ke arah pintu kamar. Di mana ada sang suami yang berdiri tegak di ambang pintu. Saga pun masuk ke dalam dan menghampirinya.     

"Sayang ...." Saga langsung memeluk tubuhnya. Alisa membalas pelukan itu dengan hangat. "Maafkan aku, ya."     

"Loh, maaf untuk apa?" tanya Alisa yang merasa bingung.     

"Aku tadi sempat cuek denganmu. Itu karena aku memikirkan ibu dan ayah."     

"Aku paham sayang. Tak usah kau pikirkan lagi tentang hal itu, ya." Alisa makin mengeratkan pelukannya pada sang suami.     

Saga merasa bersalah karena sudah bersikap cuek dengan Alisa sewaktu di mobil. Beruntung, sang istri pengertian dan tak mempermasalahkan hal ini.     

"Sebagai permintaan maafku, kau ingin sesuatu kah sayang?"     

"Ah, tidak usah sayang. Aku tak perlu apa-apa. Aku sudah memaafkanmu kok."     

"Tapi, aku takut."     

"Takut kenapa? Coba jelaskan." Alisa memandang ke arah Saga dengan pandangan intens. Suami istri itu saling bertatapan cukup lama.     

Alisa tersenyum sendiri saat menatap manik mata sang suami. Saga langsung mencubit hidungnya karena merasa gemas. Wanita di depannya saat ini, selalu saja membuat hatinya langsung merasa senang.     

"Aku tak merasa sedih lagi, karena ada kau yang selalu di sampingku. Aku beruntung memilikimu."     

"Aku hanya tak ingin kau sedih berlarut-larut sayang."     

Alisa sedikit memonyongkan bibirnya. Membuat Saga jadi tak tahan untuk menahan hasratnya. Ia pun perlahan maju untuk meraih bibir ranum itu. Kemudian, menciumnya dalam waktu yang cukup lama. Bagi Saga, bibir Alisa sangat manis dan membuatnya merasa kecanduan.     

Mereka sama-sama saling berciuman. Saling bertukar lidah di dalam sana. Saga terus mengecup-ngecup bibir Alisa. Hingga sapuan lidahnya menyebabkan daerah sekitar mulut jadi basah.     

Alisa sangat menikmati ciuman ini bersama dengan sang suami. Saga pun merasa nyaman berada di dekat Alisa seperti ini.     

"Aku sangat mencintaimu." Saga berhenti sejenak mencium bibir Alisa. Ia pun mulai berkata-kata. "Jangan tinggalkan aku sayang. Aku tak sanggup bila harus tanpamu."     

"Aku tak akan pernah bisa untuk meninggalkanmu. Aku akan selalu berada di sampingmu, aku berjanji."     

Saga menatap manik mata sang istri dengan tatapan yang teduh. Memandang Alisa seperti ini, membuat perasaannya jadi tenang. Semula perasaan yang ada di hati sedikit merasa cemas, lambat laun jadi tenang berkat Alisa.     

"Kau memang wanita yang ditakdirkan Tuhan untuk bersamaku," ucap Saga lagi.     

Pria itu mengajak Alisa untuk rebahan di atas ranjang. Dua sejoli itu kembali lagi berciuman satu sama lain. Saga tak pernah merasa bosan dengan sang istri. Baginya, Alisa adalah yang terindah dalam hidupnya.     

Alisa akan melakukan hal apa saja agar sang suami tak bersedih lagi seperti tadi. Hatinya merasa sedikit sakit, karena harus melihat wajah Saga yang murung. Ia pun selalu berdoa, agar kedamaian selalu berada dengan mereka.     

"Sayang?" ujar Alisa sambil membelai pergelangan tangan Saga.     

"Iya sayang, kenapa?"     

"Kapan kita membeli bibit tanaman?"     

Sepertinya Saga melupakan satu hal ini. Ia tadi berjanji, untuk membeli beberapa bibit tanaman untuk mereka berkebun di taman belakang.     

"Ah, aku jadi melupakan hal itu."     

Alisa geleng-geleng kepala. "Ya sudah, nanti saja sayang."     

"Kalau kau mau sekarang, aku bisa kok membelikannya."     

Alisa menggeleng. "Tidak, nanti saja."     

"Bagaimana kalau besok?" kata Saga lagi.     

"Hmm, boleh. Jadi, besok saja kita pergi."     

Saga tersenyum senang ketika melihat Alisa bahagia seperti ini. Ia rela melakukan apa saja untuk sang pujaan hati. Pria itu kembali lagi mencuri satu kecupan di bibir Alisa. Mereka berdua kembali berciuman lagi.     

Kali ini, ciuman yang Saga berikan untuk Alisa malah bertubi-tubi dan semakin panas. Tangan pria itu mulai menjalar ke daerah dadanya. Saga meremas-remas dua bukit kembar itu dengan penuh nafsu. Alisa terus merasakan sensasi itu.     

Berulang kali, Saga menjamah bagian tubuh atasnya. Membuat Alisa semakin terpancing untuk melakukan lebih. Hampir setiap hari, mereka bercinta, tapi hanya sebentar-sebentar saja durasinya. Pria itu selalu memintanya.     

Terdengar desahan yang ke luar dari mulut Alisa karena merasa nikmat, sewaktu Saga menindih tubuhnya. Pria itu kini berada di atas sambil menghisap area sensitifnya di tubuh bagian atas. Saga juga memijit-mijit bukit kembar itu dengan perlahan. Membuat Alisa makin terangsang.     

Tak lupa, Saga masih mencium bibirnya bertubi-tubi. Pria itu semakin bernafsu dan mulai membuka celananya sendiri. Mungkin, tak lama lagi si junior akan terbangun dari tempatnya. Alisa terkekeh, saat tangan Saga bergerayang di sekitar dadanya.     

Setelah Saga sudah melucuti pakaiannya, pria itu kini bersiap untuk memberi gempuran dahsyat. Tubuh Alisa dan tubuh sang suami sudah polos, tak terbalut apa pun lagi. Mereka akan bercinta dalam waktu dekat ini.     

"Sayang, sebentar saja, ya." Saga meminta hal itu sambil mengedipkan sebelah mata.     

"Kau nakal sayang. Selalu seperti itu bila lagi pengen," ujar Alisa.     

Wanita itu tak menolak keinginan Saga. Ia akan memberi jatah untuk sang suami. Lagi pula, ia juga merasa keenakan saat disentuh-sentuh oleh Saga. Keduanya sama-sama merasa nikmat.     

"Biar aku nakal, tapi kau tetap menyayangiku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.