Arrogant Husband

Rahasia Kehamilan Reva



Rahasia Kehamilan Reva

0Agam terkejut ketika mendapati Joseph menemuinya di tempat kerjanya. Pria itu nekat datang lagi ke sini. Entah apa yang akan dilakukannya lagi.     

"Mau apa kau datang ke sini?" tanya Agam.     

"Aku hanya ingin bicara denganmu saja."     

Tatapan mata Agam tampak terlihat tajam saat menatap Joseph. Pria yang ada di hadapannya tersenyum lebar. Kedua tangan Joseph mempersilakannya untuk segera duduk. Ia pun menurut saja.     

Saat ini, Agam dan Joseph sudah duduk. Pria itu seakan ingin bicara padanya.     

"Hm, kau pacaran ya dengan Reva?" Joseph akhirnya menanyakan hal ini. Apakah Agam akan berkata jujur atau tidak.     

"Iya. Aku dan Reva sudah berpacaran. Sebentar lagi, aku akan menikahinya."     

Terdengar gelak tawa yang ke luar dari mulut Joseph. Pria itu menertawakan keinginan Agam itu. Mustahil baginya, Agam bisa menikahi Reva.     

"Jangan mimpi kau!" ucap Joseph ke arah Agam. "Reva hanya milikku seorang. Dari dulu sampai dengan sekarang."     

"Bukannya kau yang bermimpi? Reva tak pernah mencintaimu sama sekali, tapi kau tetap memaksanya," ucap Agam balik.     

Joseph hanya menanggapi ucapan Agam dengan santai, tanpa ingin bicara kasar menggunakan urat leher. Pria itu terlihat tersenyum meremehkan.     

Ingin sekali Joseph mengatakan bahwa Reva saat ini sedang hamil. Namun, hal itu tak mungkin dipercaya Agam begitu saja. Ia harus punya bukti yang kuat terlebih dahulu. Ia juga yakin, kalau Reva tak akan mudah untuk membocorkan rahasia ini pada Agam. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, perut Reva akan semakin membesar.     

"Kita lihat saja nanti, siapa yang akan menang." Joseph sangat santai saat membalas ucapan Agam.     

"Maksudmu apa?"     

"Nanti kau juga akan paham sendiri, Gam! Aku tak akan menjelaskan apa pun padamu. Yang jelas sekarang, lebih baik kau menjauh dari Reva daripada nanti. Sebab, kau akan merasa sakit hati."     

"Aku tak akan pernah melepaskan Reva begitu saja! Ingat itu."     

Akhirnya, Agam berdiri dan meninggalkan Joseph seorang diri di sini. Pria itu kembali lagi bekerja. Tak mengapa, yang jelas sekarang Joseph sudah merasa cukup puas karena sudah membuat Agam sedikit merasa kesal.     

Ia pun juga tak mau berlama-lama di sini. Joseph segera bangkit dari duduknya dan ke luar dari bar ini.     

Mata Agam tetap mengekor ke arah seorang pria yang ke luar melalui pintu. Ia masih tak mengerti dengan maksud ucapan Joseph.     

"Apa yang sebenarnya terjadi, ya? Apa Reva menyembunyikan sesuatu dariku?"     

Cukup lama Agam terdiam di tempat, hingga akhirnya ia pun tersadar kembali dan melanjutkan pekerjaannya lagi.     

Sedangkan, di luar sana Joseph tengah tersenyum lebar. Ia yakin, pasti Agam telah memikirkan sesuatu yang berkaitan dengan Reva.     

"Kalian berdua tak akan lama lagi, akan berpisah! Kalian nikmati saja dulu waktu yang sementara ini."     

***     

Akhirnya, Agam memberanikan diri untuk menemui Reva di rumah. Pria itu sekalian ingin melihat kondisi sang kekasih. Ia merasa rindu saat tak bertemu dengan Reva. Hari ini, wanita itu tak menemuinya di bar.     

Ia sengaja naik ojek untuk datang kemari. Jarak dari rumahnya ke sini cukup jauh. Setelah itu, Agam langsung melangkah menuju ke sebuah pintu. Tangannya langsung mengetuk daun pintu itu hingga sang pemilik rumah ke luar.     

Tak lama kemudian, muncullah Reva dari dalam. Wanita itu tampak tersenyum senang ke arahnya. Reva pun langsung mengajaknya masuk ke dalam.     

"Aku sangat senang melihatmu datang ke sini," ujar Reva.     

"Iya sayang. Aku sangat rindu padamu. Makanya aku datang ke sini sehabis pulang kerja."     

Tak ada yang terlihat mencurigakan dari Reva. Agam pun duduk di atas sofa. Sedangkan, sang kekasih sedang berjalan ke arah dapur untuk membuatkan minuman. Agam celingak-celinguk, menatap kiri dan kanannya. Memandang seisi rumah Reva yang sangat luas ini.     

"Tak akan ada yang memisahkanku dengan Reva, termasuk Joseph."     

Beberapa menit kemudian, muncullah Reva sambil membawa sebuah nampan yang berisikan segelas jus jeruk. Reva pun meletakkan gelas itu ke atas meja.     

"Sayang, silakan diminum jusnya."     

"Terima kasih, ya." Agam pun mengambil jus jeruk itu dan meminum isinya sedikit. Kemudian, meletakkan gelas itu kembali.     

Mereka pun akhirnya mengobrol satu sama lain. Wanita itu sangat senang karena kedatangannya ke sini. Reva tak sungkan, untuk bermanja-manja dengannya. Agam pun mulai memanjakannya dengan penuh cinta.     

"Sayang?" panggil Agam kemudian.     

"Iya sayang, kenapa?"     

"Kau tak mencintai Joseph, kan?"     

Reva langsung mengernyitkan kening. Tak mungkin ia menyukai Joseph. Pria itu bukan tipenya.     

"Aku tak pernah mencintainya. Hanya kau lah satu-satunya pria yang aku cintai," balas Reva.     

"Hmm, tadi dia datang ke tempat kerjaku. Aku merasa, ada yang ingin dia ucapkan, entah itu apa."     

Reva langsung terdiam seketika. Ternyata, perkataan Joseph tak main-main. Reva telah menganggap remeh pada pria itu. Andai saja, dia tak mengusir Joseph, maka pria itu tak akan menemui Agam.     

"Sayang, kau tak menyembunyikan sesuatu dariku kan?" tanya Agam lagi.     

"Ahh. Tentu saja tidak. Aku tak pernah menyembunyikan apa pun darimu sayang." Reva langsung mengusap dengan lembut wajah Agam. Membuat pria itu tersenyum lega. Ia berharap, Reva tak pernah berbohong.     

"Syukurlah. Aku paling tak senang, kalau ada yang membohongiku."     

Deg!     

Ucapan Agam seketika menusuk ke dalam jantung Reva. Pria itu tak suka kalau ada yang berbohong. Namun, Reva lah yang telah membohongi Agam sekarang. Karena harus menutupi kehamilannya ini.     

'Ya Tuhan, maafkan aku karena telah berbohong pada Agam. Aku tak ingin dia kecewa sekarang.'     

Wajah Reva mendadak lesu karena ucapan Agam tadi. Ia merasa bersalah pada sang kekasih. Reva tak mungkin bisa jujur untuk mengungkapkan ini. Entah sampai kapan, rahasia ini akan tersimpan rapat.     

"Kenapa kau diam saja?" Agam memperhatikan wajah Reva yang mendadak terdiam. Ia mengamatinya dengan saksama.     

"Tidak apa-apa sayang. Aku hanya merasa sedikit kelelahan saja."     

"Lebih baik kau istirahat saja dan aku akan segera pulang."     

"Ah, jangan. Jangan pulang dulu. Temani aku dulu di sini sayang." Reva meminta Agam untuk tetap berada di sini, karena dirinya masih merasa rindu pada sang kekasih.     

Lantas, Agam pun menurut dengan ucapan Reva. Ia akan tetap di sini sampai sang kekasih memberi izin padanya untuk pulang. Wanita itu langsung meletakkan kepalanya di bahu Agam.     

"Aku sangat menyayangimu, Gam. Jangan pernah tinggalkan aku, ya." Reva meminta pada Agam agar selalu berada di sampingnya.     

"Iya sayang. Aku akan selalu berada di sampingmu sampai kapan pun. Aku tak akan pernah meninggalkanmu."     

"Kau berjanji?"     

"Iya, aku berjanji sayang."     

Akhirnya, Reva merasa sedikit lega. Semoga saja, Agam akan selalu mengikat janjinya itu dan tak akan berniat untuk meninggalkannya sedikit saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.